Mohon tunggu...
Wahyu Begundal
Wahyu Begundal Mohon Tunggu... -

Begundal biar kata amoral tapi tetap normal ingin handal dalam sgala hal..asoiiy :p

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Galau

5 Januari 2012   03:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap sajak telah menjadi pardigma mimesis, tecipta kedalam gores, suara dan gerak. mengisi kekesongan ilham yang bersanding lirik dipojokan carik kehidupan,,mengisi takdir setiap manusia, kubangan rindu yg tak pernah lepas dari pengaduan hati, sembari menanti datangnya ruang dan waktu tuk menjawab janji kerinduan kepada sosok perubahan yang mungkin tak berharap menyandingkan sedikit ruang dan wktunya, kepada sang penantinnya.

Penanti yang berkeluh kesah pada stiap pojokan logika rasio ideologi. Mereka menghiasi dari mereka dengan dialektika kawanan dan perlawanan namun mungkin tidak sadar bahwa mereka telah menjadi budak2 idelisme,idealisme warisan bangkai otoritas intelaktual, merak bersorak dengan vokal yg lantang dan menantang, sembari para politisi merancang resolusi tentang bagaimana kehidupan yang layak yang dikebiri normalisasi demokrasi dan konstutusi yang dihalkan oleh penjatah kursi,..ohh ini adalah sunguh2 reformasi standar hukum yg distorsi, kombinasi palementariat takkan pernah berhenti berkhianat, selama sejawat birokrat , aparat, dan koorporat  masih bernegosiat dengan siasat sesat. Aku pernah menyusuri setiap jengkal jejak langkah pada kerak-kerak aspal yg dilitasi pra penegak ploletariat yang mengatasnamakan rakyat yg dihiasi kubangan kemelaratan dan kemiskinan , namun setapak-setapak itu tak penah berujung dan bahkan hanya berakhir pada relung renung. Merenung dengan lelah keluh-kesah, seolah semua dialektika dan logika telah sesak dengan pandora dan ranah yg mereduksi kedalam reformasi dan revolusi basi. Dan kini cinta pun tak sanggup menemukan maknanya sebagai resolusi kegaduhan kehidupan, karna kini cinta telah mati ditelan kemunafikan sembari seni juga hanya berakhir pada tawar-menawar pasar, komudity, komersialisasi, yg ditampilkan pada kemajemukan layar dan monitor investasi bernama korporasi yg dilegitimasi brokrasi. Sementara itu kenaifan terlahir prematur dan kekekosongan kertas putih mereka telah diisi dengan seongok daging dan otak otoritariat dan semua kepalsuan budaya dan kesadaran munafik yang dibalut dengan kulit hirarki yg siap mendominasi setiap kebenaran menjadi pembenaran. Kini orientasi cinta hanya berakhir pada ujung tahta, kasta, dusta, dan mungkin derita yang siap mendara setip sudut dan relung insan yg terdalam.  dan kebenaran itu enggan lagi berbagi untuk mengisi kenaifan. Munkin kita telah digiring pada rasa dan rasio kehidupan dengsn makna dan kebenaran palsu. Dan para sufi bijak berseruh bahwa Kebenaran itu bukan milik siapa2, namun kebenaran itu adalah milik kebenaran itu sendiri. Dan setiap manusia yg meligitimasi kebenaran adalah miliknya berarti dia adalah pendusta. Kita dapat menjadi manusia seutuhnya namun terkadang mengejar kebenaran dan kehidupan dapat menghancurkan diri kita sendiri...!~
God Blees Us


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun