Persoalan yang paling rumit dalm kehidupan bangsa Indonesia adalah perubahan sosial yang terus berlangsung tanpa bisa ditahan karena hal itu merupakan akibat dari setiap proses sosial.Â
Bentuk dari perubahan sosial itu menjadi tantangan bagi kearifan tradisional yang selama ini berperan menjadi perekat masyarakat melalui wibawa pemuka sosial seperti pemuka agama dan budaya.Â
Akibat kekuatan daya perekat yang mengalami kemunduran atau juga dapat disebut sebagai pendangkalan wibawa maka akan berakibat masyarakat tidak diikat lagi oleh kepercayaan yang mempercayai bahwa setiap orang yang diakui sebagai pemuka agama dan budaya lambat laun menjadi kehilangan wibawa.Â
Demikian halnya dengan aspek budaya yang semula begitu dominan mengikat persatuan penghormatan terhadap tradisi yang dipandang sebagai nilai budaya.Â
Oleh karena itulah maka terjadi perubahan sosial yang juga dapat menyebabkan timbulnya konflik antar kelompok dalam proses memahami nilai-nilai sosial, budaya dan agama yang berkembang.
Agama hadir bersamaan dengan sejarah peradaban umat manusia di muka bumi, dan telah mengalami perubahan ataupun evolusi secara berkesinambungan dan juga proses tahapan yang cukup panjang, hal ini menunjukkan bahwa agama pada dasarnya bersifat dinamis dan tidak statis.Â
Agama sebagai satu sistem keyakinan yang merupakan manisfestasi bagi segala problema kehidupan yang sulit untuk dipecahkan secara empirik dan juga tekhonlogi.Â
Spiritualitas merupakan keyakinan inti dalam sebuah agama mampu memberikan pemaknaan baru yang mendasari perilaku serta tindakan-tindakan manusia dalam mengubah dan memaknai lingkungan alam dan sosial.
Begitu banyak tragedi yang menguji kesabaran, menguji sisi kemanusiaan dan nasionalisme terhadap bangsa. Fenomena ini menggambarkan jika tekanan mental yang dirasakan masih terbilang tinggi.Â
Meskipun benar jika pemerintah menyediakan alternatif berupa bantuan materi kepada masyarakat, namun nyatanya bantuan tersebut belum tersalurkan secara merata. Justru kebijakan ini menimbulkan impresi yang serius jika ditilik dari aspek psikologi seseorang.Â
Pandemi memaksa kita untuk membuka mata agar mampu beradaptasi dengan hal-hal baru termasuk dalam mempertahankan stabilitas ekonomi dan pendidikan.Â