Mendengar dua kata itu kita tidak akan lepas dari sosok orang Yunani yang disebut sebagai Plato maupun tokoh tokoh yang lainnya yang memiliki sifat idealis. Hematnya, kita bisa mendefinisikan bahwa idealisme merupakan sebuah faham/ajaran yang di mana gagasan ataupun idea di gunakan sebagai instrumen utama dalam mencapai segala sesuatu, dan perfeksionis merupakan segala yang di lakukan oleh manusia itu sendiri dengan cara yang sempurna tanpa celah anomali di dalamnya. Jika melihat dua Definisi ini secara ringkas. Maka konklusi nya adalah bagaimana jika orang idealis untuk perfeksionis. Maka interpretasi saya sendiri secara subjektif adalah dia akan menemukan harapan yang sifatnya kompherensif di dalam objek fikiran nya. Sebab segala sesuatu idea yang berasal dari fikiran ya akan termanifestasi ke dalam wujud entitas entitas perfek jika dilihat di dalam praktiknya. Kondisi perfek ini dibuktikan ketika gagasan yang dimiliki oleh para idealis akan lebih tendensius kedalam dunia SUBJEK yang ia fikirkan. Artinya ketika melihat output fikiran tersebut dan di lakukanlah tindakan tindakan berupa pengaruh fikirannya di dalam dunia real. Maka akan mencoba menyesuaikan dengan semaksimal mungkin.
Terkadang pula orang idealis itu dengan demarkasi normal akan memandang kondisi sesuai realitas dan tak memaksakan. Sebab ia tahu apa yang terjadi tidak akan mampu terjadi dengn apa yang di fikirkan. Namun orang yang idealis yang perfeksionis akan lebih cenderung kedalam presepsi dan aksi yang lebih sempurna. Mengakomodir dua entitas wajah yang harus sempurna tanpa pengecualian. Hingga wujud seperti ini dinginkan oleh para idealis yang terlahir menerima materialisme sebagian. Perfeksionis yang condong ke hal hal sempurna akan coba mengkonsolidasi keadaan idealis fikiran. Hingga wujudnya bisa di terima secara subjektif. Dan pastinya ini akan menjadi pertimbangan yang cukup ketat pada fikiran-fikiran objektif Manusia secara keseluruhan
FIKIRAN PERFEKSIONIS
Suatu yang lengkap memang harus membutuhkan sesuatu yang tidak lengkap, dengan hal inilah kelengkapan segala hal yang dianggap lengkap akan menuju kesempurnaannya. Ketika hal ini dilakukan maka ada sesuatu yang harus menjadi yang terbatas dan tidak lengkap untuk mengakomodir sesuatu yang menuju kesempurnaan. Hingga hal inilah hal yang perlu dibatasi adalah ketika apa yang dianggap objek yang belum sempurna itu menjadi komparasi ataupun pembanding yang relevan.
Di dalam batasan pengetahuan manusia memiliki beberapa elemen-elemen yang disebut sebagai variabel, variabel tersebut di justifikasi dengan premis-premis hipotesa hingga aksiomatis. Ketika hal ini diwujudkan maka bisa dikatakan hal tersebut bagian dari elemen-elemen yang terbatas, kemudian bukan hal kesimpulan yang ditarik melainkan ada praduga hipotesa yang akan terjerumus ke dalam sintesis ataupun intisari dari ketidak lengkapan tersebut. Untuk itu dibutuhkan beberapa hal untuk mencapai elemen itu salah satunya yakni mampu mengetahui hal yang terbatas tersebut, di dalam filsafat dialektika hegel menjelaskan Bagaimana dialektika mampu untuk mengakomodir sekaligus merevitalisasi kehadiran dari ketidak lengkapan. Hegel mengatakan bahwasanya dialektikanya bergerak dari tesis antitesis hingga sintesis. Dengan ada terjemahan antara yang positif maupun negatif hingga menjerumuskan ke dalam hal yang menjadi (being). Maka kesimpulan seperti ini akan menimbulkan sebuah hal yang kompleks dan komprehensif jika diterjemahkan. Menurut Aristoteles sendiri elemen-elemen yang sempurna itu adalah bagian dari kehidupan yang lebih kompleks yang disebut sebagai kausa prima ataupun yang menterjemahkan segala hal yang ada namun bukan dari 4 elemen seperti air, api, udara dan tanah.
Dengan hal inilah perfeksionis digambarkan sebagai citra entitas yang ada kemudian menampilkan keberadaan yang lebih sempurna. namun harus berdasarkan alasan-alasan yang perlu dibandingkan dari sesuatu yang terbatas. Ide tentang perfeksionis Memang Salah satu alasan bagaimana sesuatu itu harus digambarkan yang lebih sempurna dan lebih esensial dibandingkan sesuatu yang terbatas. Jika yang terbatas hanya mampu menjelaskan kondisi dalam konsep. Maka yang tak terbatas ataupun yang perfect itu harus menjelaskan berbagai elemen-elemen yang ada tanpa membatasi hingga mencapai kesempurnaan di dalam pikiran maupun tindakan.
Perfeksionis di dalam pikiran manusia adalah bagaimana ide yang lebih sempurna maupun tindakan yang lebih kompleks di dalam pekerjaan yang sifatnya subjektif. Perfeksionis tidak memerlukan objektif untuk mendapatkan pembenaran, karena sesuatu yang perfeksionis akan memberikan sebuah Citra yang lebih kompleks dan holistik di dalam memberikan penjelasan di dalam problematika. Ketika hal ini mampu dilakukan maka penjelasan terhadap perfeksionis akan lebih mudah dipahami, disebabkan gambaran yang nyata adalah sesuatu yang lebih bisa diterjemahkan. Dengan alasan apapun, dengan tindakan apapun bisa saja sesuatu yang belum sempurna itu bisa melengkapi dirinya sebagai objek dan perfeksionis yang di dalam fikiran manusia bisa muncul secara penerjemahan yang holistik.
FIKIRAN IDEALIS
Ketika sesuatu yang dipikirkan itu bisa membuat seorang lebih memahami apa yang nampak disebut sebagai eksis ataupun yang diadakan sebagai ekstensialis, jawaban yang bisa menjawab semua itu adalah orang-orang yang memiliki paradigma idealis.
Orang-orang idealisme memiliki sudut persepsi yang lebih kompleks dan holistik dalam penerjemahan segala hal yang ada, mereka lebih mempercayai apa yang mereka pikirkan sebagai ide yang kompleks dan gagasan-gagasan yang ada bisa mencapai representasi dari yang real. Hingga yang sederhana adalah apa yang dianggap sebagai material ataupun yang pernah dilakukan itu lebih dari eksistensi dari ide saja. Jika pun ada materi yang di luar ide maka itu adalah representasi dari ide yang dimasukan kedalam ketidaksadaran manusia sendiri.