Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Maskulin Bukan Musuh Feminisme

1 Desember 2021   11:42 Diperbarui: 1 Desember 2021   11:54 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Maskulin adalah posisi di mana laki-laki menjadi jenis varian gender tertinggi di bandingkan dengan perempuan yang menjelma menjadi feminisme. Maskulin juga diidentikkan dengan penamaan seorang manusia berjenis kelamin laki laki dimana historis mengkisahkan bahwa laki laki adalah pemilik segala hal. Perempuan adalah bagian dari laki laki yang harus menjadi barang laki laki. Yang artinya perempuan hanya hadir sebagai sekunder dan laki laki yang menjadi primer dalam kehidupan. Maskulin sebagai diksi sinonim kekuatan gender laki laki selalu menjadi kontroversi misalkan dilibatkan dalam problem masa kini.

Sebagai Contoh ketika pencalonan kepala desa, masyarakat akan lebih menunjjuk laki laki menjadi pemimpin. Sebab kepemimpinan laki laki dikatakan sudah secara historis dipercayai dari pada kepemimpinan perempuan yang hadir di kembangkan. Namun dalam segi yang lebih holistik lagi mengenai bias gender tersebut. Ketika pemilihan menjadi bendahara maupun sekertaris, maka banyak lebih menunjjukan perempuan sebagai pemegang kekuasaan. Ini bisa di katakan paradoks dalam konsep pembahasan gender. Ini bisa kita ajukan sebuah asumsi paradoksal ketika dua hal ini di korelasikan dalam aplikasi nya. Satu sisi yang menjadikan manusia, perempuan sebagai objek milik dan satu sisi perempuan menjadikan dirinya maskulin dikarenakan keteringinan terbebas dari belenggu hukum dogma

Perempuan adalah maskulin merupakan sebuah kalimat yang di mana akan menimbulkan pertanyaan yang fundamental seperti kenapa,apa, bagaimana dan seterusnya Kenapa pemisahan gender ini terjadi. Apalagi terjadinya alienasi(keterasingan) terhadap perempuan dalam kehidupan ini. Seperti laki laki saja yang berhak untuk hidup di muka bumi ini. Perempuan hanya eksis untuk mengisi kegabutan gender laki laki. Ini faham yang terlalu naif, seperti kelahiran perempuan hanya sebagai hiasan dalam rumah. Jadi doktrin inilah yang perlu di rekonstruksi oleh semua orang, baik itu pandangan laki laki terhadap perempuan, ataupun perempuan terhadap kehidupan pemisahan gender tersebut. Jika merunut lebih awal lagi. masyarakat selalu penasaran dengan kenapa terjadi pemisahan gender tersebut. Apa alasan Masyarakat mempertanyakan hal tersebut?

Maka jawaban yang bisa saya berikan ketika zona nyaman dari rebahan kasur di hilangkan( kebiasaan menerima sesuatu tanpa harus mencari tau kepastian yang di anggap benar, walupun itu hanya sekedar asumsi belaka, tapi peluang untuk menjadi kebenaran pasti ada) . maka masyarakat akan keluar dari tempat persembunyiannya, dan menanyakan pertanyaan yang sudah dijawab sejak homo sapiens berevolusi. Sama halnya dengan alegori gua Plato yang mengisahkan orang-orang yang hidup di gua harus berusaha keluar dari dalam gua yang penuh dengan hidup bayang-bayangan. Sama halnya dengan kehidupan saat ini yang hanya mengangkat perempuan sebagai objek dan laki-laki sebagai subjek dalam bentuk dogma. Itulah yang perlu di rekonstruksi oleh kita semua layaknya Alegori gua Plato tersebut.

 Fenomena fenomena yang memunculkan pertanyaan fundamentalis ini juga di faktorkan karena masyarakat konservatif(orang orang yang masih memperhatikan mythos sebagai pedoman hidup dan cerita cerita halu yang masih di anggap sebagai kebenaran mutlak) yang masih mencintai produk ortodoks yang jelas salah, namun menguntungkan bagi mereka. Ketakutan terhadap rekonstruksi argumentasi baru yang lebih sesuai dengan kondisi adalah salah satu resistensi kenapa masih banyak orang yang tak mau bertransformasi dengan doktrin yang telah teruji dan bisa di pertanggungjawaban. Dalam hal ini. Kondisi perempuan sebagai pemuas laki laki harus coba di sadari oleh kita semua. Jangan sampai doktrin ataupun dogma seperti ini masih di pertahankan dalam kehidupan abad 21 ini.

Topik perempuan sebagai polemik membuat spesies manusia maupun jenis kelamin perempuan tersebut terjauh dari karakteristik maskulinitas. Yang artinya bahwa hal tersebut dikategorikan sebagai hal yang lumrah ketika kita mengkonversikan kongnitif kita semakin lebih dalam dalam berbagai dimensi, bukan hanya berpatokan kepada keuntungan tersendiri, namun dalam berbagai dimensi, kita intervensi sekaligus menganalisi bentuk Seca kompherensif dan holistik. Terlalu gelap Manusia melangkah, hingga mereka lupa bohlam sudah di temukan oleh Thomas Alfa Edison, lilin yang masih menerangkan gelap masih dipakai oleh kita saat ini untuk menjadikan kita tetap aman aman saja, sebab kepercayaan akan nenek moyang sama saja menjalani prilakunya. Ketidaktahuan membawa manusia masuk zona gelap tanpa tanpa alat bantu untuk merubahnya.

Bisa dikatakan bahwa kehadiran maskulin bukan pertanda buruk bagi dunia, Dunia menceritakan sesuatu yang sebenar-benarnya hidup. Kehidupan maskulin juga termasuk seleksi kehidupan yang lebih baik. Ketika maskulin menjadi regulasi dalam kehidupan. Maka perdamaian gender akan longgar, kehidupan saling mencintai tidak akan ada,bernafsu dan menikmati saling berpelukan setiap malam hanya cerita dongeng dalam kisah kisah saja. Maskulin jalan tengah untuk kebebasan manusia. Bukan sekedar laki laki dan perempuan memiliki. Mereka semua maskulin dan setiap maskulin memiliki kekuatannya. Tetapi ketidakpahaman manusia menjustifikasi bahwa maskulin itu laki laki yang egois dan tidak bisa menjadi sahabat dalam perempuan untuk membentuk harmonisasi kehidupan.

Ringkasnya yang bisa di berikan kesimpulan tentang perempuan dan maskulin dalam kehidupan yang di gambar berstigma negatif adalah kesalahan dalam mengkonsepsi arti. memahami bahwa maskulin baik dalam Segala fakultas hidup bukan tentang siapa leader gendernya. Namun ketika gender baik itu laki laki maupun perempuan mempunyai kekuatan yang melebihi manusia biasa yang memisahkan gender tersebut. Maka kamulah maskulin yang berpegang pada kesetaraan. Doktrin yang menjadi milik masyarakat konservatif bukan juga milik maskulin dalam paradigma yang enigma. Maskulin adalah bagian dari kekuatan yang bukan berstigma negatif saja. Namun faedah yang disajikan bisa menjadi fundamentalis manusia untuk tetap survive hidup ketika diksi maskulin selalu masuk dalam kehidupan miskonsepsi yang selalu di ratapi sebagai bentuk ajaran kebenaran dan harus di pertahankan. Padahal kenyataannya adalah sebaliknya, kesetaraan baik itu eksis perempuan sebagai feminisme maupun laki-laki sebagai masukulin akan masuk ke dalam ranah yang sama. Yaitu ranah saling menuntut hak yang sama dan melawan Patriarki yang tergolong memaksakan kehendak untuk dijalankan.

#wahyutrisnoaji

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun