Mohon tunggu...
wahyu untara
wahyu untara Mohon Tunggu... -

Saya orang Indonesia, asli Klaten walau hidup di Jogja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Out of The BoX

9 Maret 2015   13:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu kesempatan di Universitas Kopenhagen.

Seorang mahasiswa mendapat pertanyaan dari dosennya, “ Jelaskan cara mengetahui ketinggian suatu bangunan pencakar langit dengan menggunakan sebuah barometer.”

"Begini, Pak. Ikatlah seutas tali pada barometer, kemudian turunkan barometer tersebut dari atap pencakar langit hingga menyentuh tanah.Panjang tali ditambah panjang barometer adalah ketinggian bangunannya. "

Jawaban yang orisinil ini ternyata membuat berang dosennya.Dianggapnya si mahasiswa menggombal. Namun kemudian si mahasiswa proteskarena merasa jawabannya tidak bisa disangkal kebenarannya.
Pihak Universitas kemudian menunjuk seorang penengah untuk memutuskan persoalan itu. Si penengah memutuskan bahwa jawaban si mahasiswa memang benar, namun dianggap tidak secuil pun ada kaitannya dengan ilmu fisika.

Maka kemudian diputuskan untuk memanggil si mahasiswa. Sang penengah memberinya waktu enam menit untuk memberikan jawaban verbalguna memastikan setidaknya si mahasiswa memang cukup akrab denganprinsip-prinsip dasar fisika.

Selama lima menit, si mahasiswa duduk tepekur, dahinya berkerut. Pada saat si penengah mengingatkan bahwa waktu sudah hampir habis, si mahasiswa berkata bahwa ia sudah memiliki berbagai jawaban yang sangat relevan, namun ia belumbisa memilihjawabanmana yang akan dirasanya pas untuk sesempatan itu.

Saat diingatkan penengah untuk segera memberikan jawaban,mahasiswa itu menjawab: “Pertama, Anda bisa membawa barometer ke atap pencakar langit itu; kemudianmenjatuhkannya ke tanah.Dengan mengukur waktu yang dibutuhkan barometer sampai ke tanah, ketinggian bangunan itu bisa ditentukan,Rumusnya telah saya tulis pada kertas saya ini. "

Namun mahasiswa itu menambahkan , " Tapi , Pak; saya tidak akan merekomendasikan hal itu .Tidak baik bagi nasib si barometer. "

Kemudian si mahasiswa memberi jawaban lain: "Alternatif lain adalah ini:jika matahari sedang bersinar, anda bisa mengukur tinggi bayangan barometer; tegakkan di atas ujungnya dan ukurlah panjang bayangannya.Kemudian Anda ukurpanjang bayangan si pencakar langit, dan setelahnya adalah masalah sederhana. Anda tinggalmenggunakan perbandingangeometrik untuk menghitung ketinggian pencakar langitnya . Rumusnyajuga telah saya tulis di kertas ini.

Tapi, Pak; jika Anda ingin jawaban yangsangat ilmiah tentang hal itu, maka Anda bisa mengikat seutas tali pendek pada barometer dan menggoyangkannya seperti pendulum.Pertama di permukaan tanah dan kemudian di atas atap pencakar langit. Ketinggian gedung bisa dihitung melalui perbedaan nilai gravitasinya, seperti yang saya yang telah tuliskan pula rumusnya di kertas ini; perhitungannya panjang dan rumit.

Atau, Pak: ada pula cara lain lagi. Lumayan juga. Jika pencakar langitnya memiliki tangga darurat eksternal, akan lebih mudah untuk berjalan menyusurinya dan mengukurketinggiannya dengan badan barometer jengkal demi jengkal.

Tapi jika Anda hanya ingin menjadi orang yang sangat membosankan dan sangat konvensional, tentu saja mungkin inilah jawaban yang Anda cari: Anda bisa menggunakan barometer untuk mengukur tekanan udara di atap gedung, dan di tanah;untuk mendapatkan ketinggian gedung itu kita tinggal mengubah perbedaan milibar menjadi bentuk satuan kaki.


Namun karena kita senantiasa ditekankan agar menggunakan kebebasan berpikir dan menerapkan metode ilmiah, maka tidak diragukan lagi cara terbaik adalah dengan mengetuk pintu pengelola gedung dan berkata padanya, 'Barometer yang bagus, kan? Barometer baru yang cantik ini akan menjadi milikmu dengan cuma-cuma; asalkan kamu memberitahukan berapa ketinggian pencakar langit ini. Bagaimana?’"

...

Tidak dijelaskan bagaimana reaksi si penengah atau juga dosen yang telah memberikan pertanyaan kepada si mahasiswa itu. Mungkin sang dosen akan sangat sebal, mungkin juga sang penengah diam-diam akan kagum. Yang jelas si mahasiswa adalah contoh mahasiswa yang pikirannya sangat aktif. Kelak kita akan mengenal si mahasiswa menyebalkan itu sebagai salah satu fisikawan nuklir paling berpengaruh di dunia: Niels Bohr.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun