Mohon tunggu...
Wahjuni Agustina
Wahjuni Agustina Mohon Tunggu... Guru - Dwija

Semua karena proses memaknai tentang ketulusan dan keikhlasan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Integritas dalam Serpihan Niat yang Mengabur

11 November 2020   22:00 Diperbarui: 11 November 2020   23:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika harus jujur penulis tak pernah berkeinginan untuk jadi guru atau masuk fakultas keguruan saat itu. Tapi mau gimana lagi, pilihan saat itu untuk melanjutkan karya diri hanya disitu.  Saat itu penulis berhasil diterima di fakultas keguruan atas dasar  harus bekerja di sekolah seperti arahan dari orang tua.

Tahun pertama penulis berusaha menyatukan segenap rasa untuk perkuliahan, tahun kedua  mulai bisa menyatu, dan di tahun ketiga  agak kurang yakin, akan pilihan ini.

Ada sesuatu  yang tak jarang mengusik pikiran  , tentang kontribusi apa yang akan diberikan oleh orang-orang seperti penulis ke depannya. Apakah juga nantinya terjamin menjadi Pegawai Negeri Sipil. Oleh sebab itu, penulis menuangkan segala curahan ini sebagai bahan pembenahan, khususnya untuk penulis sendiri.

Dan berdasarkan observasi sekedarnya yang penulis lakukan serta perenungan  secara mendalam, penulis dapat menyimpulkan bahwa sebaiknya jangan memilih jadi guru, jika dalam dirimu ada asumsi dan pemikiran seperti ini:

  • Hanya sekedar saja tanpa niat sejati

Ada sebuah kalimat bijak “amal perbuatan itu disertai oleh niat”. Hal itu berarti apa yang kita lakukan hendaknya berdasar pada niat yang baik. Coba dipikir lagi kira-kira kita mau jadi guru karena apa? Apakah benar sudah sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia yang isinya kurang lebih untuk mencerdaskan anak bangsa?

Tujuan kita mendidik anak juga agar mereka tumbuh menjadi manusia yang cerdas, berilmu pengetahuan, dan berakhlak mulia. Ukuran keberhasilan mendidik adalah terjadinya perubahan perilaku anak dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, dan tidak terbiasa menjadi terbiasa.

Atau jangan-jangan pemikiran kita sudah dibaluti niat terselubung yang ujung-ujungnya berorientasi materi.

Jangan sampai keinginan kita menjadi seorang guru hanya karena iming-iming sertifikasi, bayang-bayang menjadi pegawai negeri, atau mendapat tunjangan di sana-sini.

Oleh karena itu saatnya kita bulatkan tekad, jernihkan rasa, luruskan niat, dan berproses sebaik-baiknya menjadi guru yang bermanfaat untuk banyak orang. Sebagian orang berpendapat “Pekerjaan guru itu gampang banget, gak ada susahnya”

Penulis tidak sepakat dengan pernyataan tersebut, meskipun tidak susah, tapi bukan berarti gampang. Menjadi guru itu tidak sesimpel yang dibayangkan seperti datang, mengajar, pulang. Siswa hanya memindahkan pelajaran, mengerjakan soal, mendapat nilai, lulus, dan mendapat pekerjaan, selesai.

Jika pemikiran seperti itu  sekolah tak ubahnya pabrik yang siap memproduksi siswa-siswi untuk selanjutnya dijual ke pasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun