Mohon tunggu...
Wafri Mujiburrahman
Wafri Mujiburrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang penulis baru yang memiliki minat dalam kajian topik global

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Sistem Fixed Exchange Rate Tiongkok di Tengah Sistem Floating Exchange Rate Dunia Pada Periode Tahun 1979-2005

29 Maret 2024   18:00 Diperbarui: 29 Maret 2024   23:40 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Komponen penting dari hubungan politik-ekonomi internasional adalah nilai tukar mata uang. Stabilitas nilai mata uang sangat penting untuk mencapai surplus perdagangan internasional yang stabil karena fluktuasi nilai mata uang memainkan peran penting dalam perdagangan internasional. Ada dua sistem yang digunakan untuk menetapkan nilai kurs mata uang, yaitu sistem nilai tukar tetap atau dikenal juga dengan fixed exchange rate dan sistem nilai tukar mengambang atau dikenal juga sebagai floating exchange rate.

Pemilihan nilai tukar tetap menggambarkan usaha negara untuk melakukan proteksi terhadap ekonomi nasionalnya. Sistem nilai tukar tetap dirancang untuk mendorong stabilitas perekonomian dengan menjamin bahwa nilai tukar akan selalu mengikuti nilai tukar yang telah ditetapkan. Namun, dalam kebijakan nilai tukar mengambang, suatu negara akan menentukan nilai mata uangnya terhadap perubahan keadaan pasar. Oleh karena itu, nilai tukar ini dapat berfluktuasi berdasarkan keadaan perekonomian dunia. Dalam sistem ini juga pemerintah tidak memiliki otoritas atau kewenangan untuk mengintervensi nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing.

Pada tahun 1979 sampai dengan 2005, pemerintah Tiongkok menerapkan sistem nilai tukar tetap dalam kebijakan moneternya, sementara negara-negara lain di dunia saat itu bergantung pada mekanisme pasar untuk menentukan nilai mata uang berdasarkan sistem nilai tukar mengambang.

Konferensi Bretton Woods memperbarui sistem nilai tukar, namun sayangnya tidak mampu untuk bertahan lama. Ketidakseimbangan neraca pembayaran Amerika Serikat (AS) menjadi pendorong dibalik runtuhnya sistem Bretton Woods pada tahun 1960-an. Inflasi jangka panjang di AS yang disebabkan oleh produksi pertanian yang berlebihan dan belanja militer yang besar untuk memenangkan Perang Vietnam, yang telah terjadi sejak tahun 1957, merupakan penyebab utama ketidakseimbangan tersebut. Sebagai akibatnya, Amerika Serikat tidak dapat membeli emas dari negara lain.

Hal ini ditimbulkan oleh tagihan AS yang sangat tinggi hingga menyentuh dua kalidari sisa cadangan emas AS. Dengan demikian pada tahun 1971 AS mengumumkan bahwa mata uang USD tidak dapat ditukar lagi dengan emas seperti sebelumnya.

Negara-negara perlu memulihkan dan mereformasi sistem moneter internasional sehubungan dengan kejadian ini agar perdagangan internasional dapat terus berlanjut. Oleh karena itu, sistem Bretton Woods diyakini telah gagal dan tidak dapat dipertahankan lagi. Perdagangan internasional diserahkan kepada mekanisme pasar. Nilai tukar mata uang yang didasarkan pada data impor dan ekspor atau neraca perdagangan.

Nilai mata uang akan meningkat seiring dengan ekspor suatu negara, sehingga membuat uang menjadi lebih kuat. Di sisi lain, melemahnya nilai tukar mata uang berdampak pada rendahnya rasio ekspor terhadap impor. Hal ini menunjukkan bagaimana sistem nilai tukar mengambang digunakan dalam perdagangan global. 

AS memprakarsai sistem  nilai tukar mengambang, yang kemudian diadopsi oleh negara-negara lain. Satu-satunya sistem yang akhirnya digunakan dalam perdagangan dan keuangan internasional adalah sistem nilai tukar mengambang terhadap dolar AS karena kurangnya pilihan lain yang tersedia bagi komunitas internasional. Sejauh ini, aktivitas komersial dan volume impor dan ekspor telah menentukan nilai mata uang suatu negara. Akibatnya, kemampuan negara dalam mengendalikan sistem moneternya semakin berkurang. 

Sistem nilai tukar mengambang mengurangi peran negara dalam campur tangan menjaga perekonomian dalam negeri, menurut berbagai perspektif. Dikatakan bahwa hal ini sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip liberal. Tiongkok adalah salah satu negara yang tidak mengubah kebijakan sistemnya sejak didirikan. Tiongkok telah menerapkan Sistem nilai tukar tetap untuk menukar uang sejak tahun 1979. Pemerintah mengambil alih sebagai pengatur utama kondisi ekonomi internal negara dan menetapkan nilai mata uangnya melalui penggunaan dari sistem ini.

Kebijakan moneter Tiongkok sejak pembukaan pasar pada tahun 1979 didasarkan pada sistem nilai tukar tetap. Hal ini dilakukan di samping pengetahuan bahwa Tiongkok merupakan pemain ekonomi baru, khususnya dalam perdagangan internasional. Jika Tiongkok memutuskan untuk melepaskan nilai Yuan ke pasar atau menerapkan sistem nilai tukar mengambang, nilai mata uang tersebut akan ditentukan oleh neraca perdagangan. Pada waktu itu, Tiongkok belum banyak mengekspor sebagai pemain baru. Bursa Jerman, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat mempunyai pangsa ekspor internasional terbesar pada tahun 1980an. Sementara itu, pangsa ekspor global Tiongkok hanya sebagian kecil saja dari total ekspor global.

Menurut Keynes, dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money, suatu bangsa memerlukan keterlibatan pemerintah atau negara di samping mekanisme pasar untuk mencapai kesejahteraan ekonomi. Oleh karena itu, peningkatan ekspor Tiongkok tidak dapat dipisahkan dari sistem nilai tukar mata uang yang tetap sebagai wujud campur tangan pemerintah Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun