Mohon tunggu...
Wachid Abdulloh
Wachid Abdulloh Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi A UIN SuKa 2012 @wachidABdulloh

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Demi Melihat Keindahanmu Apapun Akan Kulakukan

28 Desember 2013   20:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:24 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika lagi booming boomingnya air terjun Sri Gethuk di Gunungkidul, sempet melihat di salah satu fans page yogyakarta ada postingan tentang air terjun yang ada di gunung kidul juga. Tepatnya di Karangsari, Semin, Gunungkidul, DIY. Namanya Air Terjun Banyunibo. Namun ada versi lain yang menyebutkan bahwa air terjun ini terletak di Dusun Ngluwur, Kepuhsari, Mayaran, Wonogiri, Jawa Tengah. Mungkin karena letaknya dekat perbatasan antara Gunungkidul (DIY) dan Wonogiri (Jateng) menjadikan letak sebenarnya dari air terjun ini menjadi simpang siur mengingat mengingat lokasi tepatnya juga berada di balik barisan perbukitan dan harus melewati persawahan. Tapi ketika hendak melakukan perjalanan ke lokasi air terjun kita hanya memegang satu informasi alamat letak air terjun yaitu yang di Semin, Gunkid tersebut. Santai aja jangan males dulu baca tulisan yang begitu panjang, nanti di bawah ada foto-fotonya kok. Tenang aja!!.

Perjalanan yang sangat panjang...

Tepatnya Minggu tanggal 3 Februari 2013 saya bersama teman saya Gln memutuskan untuk berpetualang ke air terjun yang letaknya jauh dari pusat kota jogja yaitu ke Gunung Kidul. Apalagi kali ini tujuannya adalah di daerah kecamatan semin yang kalau dilihat di peta, Semin adalah kecamatan di Gunungkidul yang letaknya di paling pojok timur laut. Sudah bisa di tebak perjalanan akan memakan waktu berjam-jam.

Seperti biasa dimulai dengan start yang agak telat karena sudah jam 9nan. Padahal kalau mau memulai perjalanan jauh menurut saya jam segitu sudah termasuk kesiangan. Tapi yasudahlah so must go on.ceilah

Perjalan langsung saja dimulai dengan otomatis menuju pusat kota Wonosari, Gunungkidul. Sebelum perjalanan dimulai seperti yang sudah biasanya dilakukan yaitu baca peta dulu mengenai letak lokasi yang akan dituju kemudian baru berangkat. Kebetulan waktu itu boncengan motoran satu aja dan saya yang didepan. Tanpa banyak cingceng langsung berjalan menuju wonosari baru kemudian menuju ke semin. Namun apa yang terjadi? Cerita mulai seru!.

Kesasar 1

Karena lupa melihat di peta jalan mana yang jadi patokan nanti belok ke arah semin, akhirnya malah sudah sampai terlalu jauh kebablasan. Kita sampai di daerah Kec. Ponjong dan ketika dilihat di peta ini benar-benar sudah bablas sangat jauh. Akhirnya kita memutuskan untuk putar balik dan memutuskan untuk segera berbelok ke arah utara menuju semin. Harusnya kita tetap direncana awal yaitu dari Wonosari ke Karangmojo baru ke Semin karena itu melewati jalan utama jadi enak. Tapi setelah dipikir pikir entar kelamaan dan kejauhan kalau harus kembali ke wonosari lagi. Akhirnya kita memutuskan untuk poton jalan dan kalau ada pertigaan ke utara kita ambil. Dan tak lama berselang ada belokan ke utara tanpa ada Bangjo kita belok kanan dari situ. Perjalanan kembali dilanjutkan dan lihat apa yang terjadi?

Kesasar 2

Tetap dengan berjalan lurus kedepan akhirnya sampailah di persimpangan yang gak membingungkan. Waktu itu kita kembali lihat peta dan target sementara yang harus dicapai adalah harus sampai ke daerah yang namanya Genjahan. Dipeta terlihat daerah tersebut berwarna coklat jadi wajar kalau disitu pasti daerah ketinggian antara 1000-2000 m. Benar sekali seiring motor tetap berjalan dengan lincahnya kami menemukan tanjakan untuk melewati perbukitan dan jalan berkelok-kelok tetap jadi menu utama. Ada firasat, naluri serta insting yang berkata lain dan seolah-olah ingin mengatakan kalau ini bukan jalan yang harus dilewati. Benar saja setelah menuruni bukit kami disuguhkan dengan danau disisi kanan dan kiri jalan yang kami lewati. Akhirnya kami berhenti sejenak dan memutuskan untuk bertanya dengan warga sekitar. Kali ini ada mas-mas yang sedang jogging. Aneh juga sih siang-siang yang panas begini masih jogging. Tapi ya sudahlah itu bukan urusan kita. Yang terpenting kita bisa kembali ke jalan yang benar. Jalan yang diridhoi dan penuh dengan keberkahan. Amin. Lhaahh :D. Ketika kami tanya mas disini daerah mana? Masnya menjawab, “Tambakromo mas”. Dan tak lama berselang liat peta lagi dan apa yang terjadi? Teng teng teng ini kesasarnya lebih parah dari yang pertama tadi. Inipun kalau dilihat sudah hampir masuk jawa tengah. Yasudahlah sambil menyapa masnya kembali dan pamit kami bergegas untuk kembali melanjutkan perjalanan dengan putar balik lagi. Setelah menempuh beberapa menit akhirnya kita tiba di persimpangan dan kesimpulannya kita salah ambil jalur. Karena papan petunjuknya saya nilai emang agak rancu ini mengarahnya kemana. Atau sayanya ya yang memang nggk bisa baca. Hehe embuhlah, pokoknya harus kembali ke jalan yang benar penuh dengan keberkahan.

Karangmojo..

Setelah berjalan di aspal rata yang lumayan jauh akhirnya kita tiba di perempatan karangmojo. Inilah perempatan yang harusnya sejak awal tadi sudah dilewati. Tapi apa boleh buat Tuhan berkehendak lain agar kami sedikit jalan-jalan terlebih dahulu di bumi ciptaannya ini dengan judul “kesasar” dulu. Dari perempatan kami lanjut ke arah utara (semin) dengan belok kanan dari jalan tadi. Perjalanan dilanjut kali ini jalan yang dilalui adalah jalan utama jadi lebih besar dan sering bertemu dengan kendaraan besar seperti bus dan truk. Target terdekat yang harus dicapai adalah langsung saja daerah Karangsari, Semin, Gunungkidul. Sempet lihat pasar dipinggir jalan dan ada terminal kecil juga tepat di pojok tikungan jalan utama yang kami lewati.

Sholat sek ah

Akhirnya bertemu dengan dengan persimpangan (pertigaan besar kalau tidak salah), kita ambil kanan yang disitu terpampang papan petunjuk arah ke wonogiri. Langsung ambil kanan (ke timur) dan meneruskan perjalanan. Tak berapa lamakemudian di siang yang sangat terik sekali kami beristirahat di warung penjual ikan segar yang sedang tutup di pinggir jalan di depan hamparan sawah yang luas. Sambil minum, makan snack bawaan dan liat peta kembali untuk memastikan jalan yang dilalui adalah benar adanya. Tapi sebelum melanjutkan perjalanan kami memutuskan untuk sholat dzuhur dulu dan harus putar balik karena tadi ada masjid di pinggir jalan dekat tikungan.

Nyampe di Karangsari dan “Kesasar 3”

Setelah istirahat dengan santai dan badan kembali segar kami lanjutkan perjalanan. Tujuan tampak semakin dekat adalah daerah karangsari menurut peta yang kami bawa berada di sebelah kanan jalan (selatan) akhirnya ketemu dengan belokan ke kanan, jalan menuju suatu perkampungan kami langsung masuk saja. Berharap ada plang petunjuk arah menuju lokasi air terjun maka kami menyusuri jalan perkampungan dengan pelan-pelan dan hati-hati sambil memperhatikan kanan kiri sepanjang jalan untuk dapat melihat dengan seksama kalau ada papan petunjuk. Kami terus berjalan dan jalannya lurus terus bahkan sudah melewati beda desa. Tampaknya waktu itu agak semi kesasar dengan kebablasan sampai bertemu dengan pasar di pinggir jalan yang ada terminal kecilnya tadi. Wah ini dah terlalu jauh ini, dah nggk di karangsari lagi nih. Yaudah puterbalik lagi dan kembali melewati jalan yang sama tadi. Namun yang saya heran adalah kenapa enggak ada sama sekali plang petunjuk arah ke lokasi candi. Apa jangan jangan air terjun itu nggk ada?? Duh dek. Akhirnya kami sempat bertanya dengan bapak-bapak dan beliau menjawab terus aja nak nanti ada gang yang jalannya begini (maksudnya apa ya, lupa dulu ngomong apa) kamu belok kiri, ambil gang tersebut. Yaudah tanpa pikir panjang kami cari tu gang yang seperti bapak maksud. Tapi ada insting yang mengatakan kalau jalan itu meragukan ya. Pas di depan ada ibu-ibu sedang menjemur gabah langsung deh kami tanya, buk kalau mau ke air terjun banyunibo lewat mana ya? (Tentu dalam bahasa jawa pastinya ya). Ibuknya menjawab,”o masih jauh mas disana, jalannya sulit pake jalan kaki juga dan itu itu juga jauh”.”dulu juga ada mas yang mau kesana rombongan tapi tampaknya gak jadi karena jauh dan karena medannya sulit”. “kalau mau lewat mayaran sana mas tapi jauh bgt mas”. Sebagai anak muda yang doyan berpetualang saya berpendapat bahwa jawaban itu “sangat tidak memuasakan”. Ya maklum lah mungkin ibuknya melihat dari penampilan kita orang kota nggk sanggup mencapai kesana. Dalam hati saya bergumam, “udah deh kasih tau aja jalannya lewat mana, bisa atau enggak dicapai?”. Maklum bro jiwa muda yang menggebu-gebu. Dilihat dari wajah dan bicara si ibu tadi terkesan malah nggk ngasih solusi dan bikin kita jadi pesimis bisa mencapai air terjun. Yaudah pilihan terbaik yang cukup solutif dari ibuk tadi adalah lewat mayaran yang lebih jauh tadi, maka kami segera jalan lagi dan meninggalkan daerah tersebut.

Sang Pencerah !

Kembali ke jalan yang arah ke wonogiri tadi kami lanjut berlajan ke arah timur (wonogiri) dan ketika bertemu dengan jalan menuju arah desa (ke kanan) kami ambil jalan tersebut. Namun keraguan mulai muncul ketika didepan hanya ada sawah dan seolah-olah tidak ada perkampungan. Hati jadi ragu dan kami berhenti sejenak untuk berfikir. Akhirnya kami ragu dan kembali ke jalan utama tadi dan berjalan ke barat lagi dan nyampe di depan gang jalan menuju ke karangsari tadi. “wah kalau begini nih Cuma muter-muter gak jelas nih!”. Akhirnya kami kembali putar balik dan balik berjalan ke timur dan tak berapa lama kemudian kami berhenti untuk berfikir sejenak. “Ini mau dilanjut nggk nih mencari lokasi air terjunnya?” jam sudah menunjukkan hampir masuk setegah tiga sore. Saya juga sempat berucap kalau nggk memungkinkan waktunya, karena juga memikirkan waktu untuk perjalanan pulang maka yaudah jangan dipaksakan besok kita coba balik lagi kesini dengan bekal informasi yang lebih banyak. Tapi habis itu saya juga berucap masak sudah sejauh ini kita gagal mencapai lokasi target sih. Dan setelah timbul rasa optimisme baru dan dengan didorongkan oleh doa, maka seluruh alam semesta akan mendukung. Jiahaha. Benar saja tak lama berselang kami menoleh ke belakang ada bapak-bapak di dekat kita sedang memperhatikan kita yang sejak tadi ngobrol dengan penuh kebingunan dan pesimis, bimbang dan tak tahu arah jalan pulang, aku tanpamu butiran debu. Lhoooh :D

Sang bapak bertanya,”mau kemana mas?” ini mau ke air terjun banyunibo pak tapi belum tahu lewat mana jalannya. Lalu bapaknya bilang oh lewatnya masuk ke jalan yang ada toko elektronik (kalo nggk salah) lurus aja mas sampai nanti ada tugu di tengah kamu ambil kanan terus ya nanti tanya lagi untuk lebih jelasnya. Oke sambil bilang terimakasih kepada bapaknya kami lanjut dan pamit. Nah kalau udah kayak gini kami jadi yakin dengan jawaban dari bapaknya yang mencerahkan.

Kesasar 4

Perjalanan kami lanjutkan dan melewati jalan yang pernah kami lewati tadi. Tampaknya firasat awal tadi itu benar bahwa kita harus melewati jalan ini. Tapi entah kenapa belum jauh berjalan sudah jadi ragu duluan. Firasat dan insting pembunuh, eh salah.. firasat dan insting petualang pun cukup untuk dipercayai yang kadang memang naluri dari jiwa itu adalah penolong disaat kita membutuhkan jawaban berupa pertolongan.ciehhh.

Kata-kata bapak tadi kami turuti dan benar kami sudah bertemu tugu di tengah (pertigaan kalau nggk perempatan, lupa) maka kami ambil kanan. Lebih lanjut lagi sambil berjalan kami tetap memperhatikan kalau ada plang petunjuk jalan akhirnya hujan pun turun dan menjadi bumbu penyedap yang mantap sebagai teman perjalanan kami yang sampai saat ini belum juga sampai di air terjun. Akhirnya kami segera berjalan agak lebih cepat dan menemukan tempat berteduh. Pas ingin berteduh malah nggk ada tempat karena sepanjang perjalanan malah nggk ada rumah warga di pinggir jalan. Yang ada hanya pohon yang rimbun. Wah bagaimana ini jangan-jangan didepan sudah nggk ada perkampungan lagi. Hati mulai ragu apakahputer balik atau percaya di depan ada rumah warga yang bisa ditumpang i untuk berteduh. Akhirnya ketemu juga disisi kanan jalan yang agak turun warung yang sedang tutup jadi kita bisa berteduh di terasnya. Sambil makan snack dan ngobrol dan ditemani hujan udah ngrasa capek dan berjalan sejauh ini belum juga nyampe. Hufftt.

Ternyata di depan ada bengkel motor yang kecil dan temanku saya minta untuk bertanya kepada bapak yang sedang di bengkel tersebut. Setelah mendapatkan beberapa informasi dan hujan sudah mereda kami melanjutkan perjalanan lagi.

Kesasar 5

Menurut kata temenku yang diserap dari informasi yang bapak tadi berikan kita harus putar balik dan kalau ada jalan turun di kiri ambil jalan tersebut. Oke deh kami berjalan lumayan cepat dan benar kami sudah sampai di persimpangan yang kalau ke kiri jalannya menurun maka kami ambil jalan tersebut. Lurus berjalan dengan santai dan sesekali mendapatkan pemandangan batu batu besar seperti di gunung api purba nglanggeran kami terus berjalan. Ada persimpangan pun dengan PD-nya dilewati dengan ambil jalan yang meyakinkan entah itu benar atau salah. Hati mulai ragu karena dimana-mana tidak ada plang kenuju ke air terjun. Akhirnya kami berhenti, berfikir sejenak, wah kita nyasar lagi ini. Di depan ada nenek tua yang berjalan ke arah kami dan dengan sopan kami bertanya “kalau ke air terjun lewat mana nek?” neneknya bilang “lewat sana mas, kalau disini mau ke X (lupa bilang apa, beliau nyebut nama sebuah daerah) “masnya balik lagi dan kalau ada perampatan masnya ambil kiri”. “itu lho mas yang deketnya rumah pak Y” (nenek nyebut nama seorang bapak, mungkin tokoh masyarakat disitu) “pas turun ada Sekolah Dasar “(SD) “nah situ mas”. Jam sudah semakin sore maka kami segera pamit kepada nenek dan lanjut perjalanan lagi.

Perempatan yang dimaksud

Berjalan kembali seolah menuju arah pulang kami akhinya ketemu dengan perempatan yang kalau ambil kiri dari arah kami ada SD dibawahnya. Oke untuk lebih meyakinkan lagi maka kami bertanya dengan bapak-bapak yang ada di seberang jalan di depan warung. Dan bapak memberi penjelasan yang sangat kami syukuri. Akhirnya kami telah berada di jalan yang benar tanpa kesesatan dan jauh dari pulang ke rumah. Tapi kita nggk akan pulang sebelum sampai di tanjung harapan. Welah :D. Bapaknya tadi bilang kalau di depan ada bercabangan yang kalau ke kiri lebih menanjak kami disuruh ambil kanan. Oke kami lanjut dan melewati percabangan yang dimaksud kami ke kanan. Sekarang suasana sudah berada di ketinggian sesekali ada rumah warga di pinggir jalan. Kami pun menyempatkan untuk membeli bensin eceran. Takut kalau nanti malah kehabisan bensin di tengah perjalanan apalagi di tengah pedesaan yang belum tentu ada yang jual. Secara perjalanan yang sangat jauh dan turun naik wajar jika konsumsi bahan bakar cepat sekali berkurang apalagi ketika melewati jalan menanjak maka kucuran bensin di ruang pembakaran di mesin jadi banyak (bener nggk sih, katanya sih gt). Lanjut lagi berjalan kami sudah disuguhi dengan pemandangan alam yang indah menawan dan tampak di kejauhan ada view waduk gajah mungkur di wonogiri.

Kesasar 6

Jalan naik turun kami lewati. Jalannya sudah bagus sih tapi karena habis hujan jadi agak licin jadi takut kalau kenceng sedikit entar nge-rem mendadak malah slip dan masuk jurang deh. Akhirnya kami dihadapkan sebuah pilihan dengan di depan ada persimpangan tiga jalan, mau ambil luruskah atau ke kanan atau ke kiri. Naluri mengatakan untuk ambil kiri, karena kalau dilihat semakin ke kiri ada perbukitan jadi mungkin air terjun akan ada dibalik perbukitan tersebut. Yasudah akhirnya kami ambil kiri dan melanjutkan perjalanan dengan sedikit deg-degan karena kali ini jalannya menurun dan dari tanah yang kena air hujan jadi licin pastinya. akhinya kami berjalan sangat pelan sekali dan itupun masih tergelincir di jalan yang tergenang air. Sampailah kita di persimpangan jalan lagi dan di samping masjid. Keraguan sudah muncul di dalam benak kami karena tampaknya ini jalan yang salah. Dan benar ketika kami bertanya kepada salah satu warga sekitar bahwa ini bukan jalan yang mengarah ke air terjun. Wah kali ini naluriku salah tadi. Mbak-mbak yang saya tanyain tadi mengatakan yang benar tu lurus aja yang jalannya naik dan setelah ketemu jalan cabang dua belok kanan nanti masnya parkir motor di rumah yang ada pohon sawonya. Ah kenapa tadi nggk milih jalan yang lurus aja, jalan yang lurus kan jalan yang penuh keberkahan.hahaha. Segera putar balik dan melakukan apa yang di katakan.

Selangkah lagi...

Dari jarak yang lumayan sudah terlihat rumah dan pohon sawo yang dimaksud. Sekitar jam setengah 4an kami baru sampai di rumah tersebut yang sebagai tempat penitipan motor. Minta ijin sama penghuni rumah yang kebetulan rumah itu juga buka warung. Sekalian tanya arah ke air terjun kemana ya?. Ternyata kita sudah semakin dekat tinggal selangkah lagi sampai. Kita harus menyusuri jalan setapak di pematang sawah sepanjang 150 m. Kebetulan waktu itu gerimis mulai turun dan jalan yang kami lalui becek karena ada air yang mengalir di cekungan bawahnya. Sawah yang berundak-undak pun kami lewati dengan cepat mengingat waktu sudah sore dan langit mendung.

Beautiful..

Setelah berjalan di pematang sawah lumayan jauh akhirnya tercium juga bau keindahan dari air terjun banyunibo yang sudah sedikit demi sedikit manampakkan sosok cantiknya. Sambil berlari sedikit agar cepat sampai, cepat merasakan kesegara air yang jatuh dari langit. WoW. Sedikit berjalan turun untuk mencapai sentuhan dengan airnya. Belum sah namanya main ke air terjun kalau belum ada yang basah sebagian atau seluruh tubuh oleh air yang jatuh dari atas tersebut. Keluarkan kamera dan mengabadikan momen, namun cuaca saat itu kurang mendukung karena mendung sedang melanda di langit atas kami. Sedapatnya kami mengambil gambar dengan apapun keadaan lingkungannya. Tak lupa berfoto di depan air terjun untuk sedikit bukti was here.

Air terjun ini mengalir dari balik cekungan badan bukit. Kalau tidak salah orang menyebutnya Gunung Panggung (dari salah satu sumber yang didapat dari blog). Perbukitan disini seperti di gunung api purba nglanggeran, batu-batunya hitam tampak indah berada dibawahnya yang terus dihujam derasnya air yang jatuh dari atas dengan tanpa ragu. Air terjun ini juga tidak hanya satu, kemarin pas kesana kita bisa liat ada dua air terjun yang mengalir. Air terjun paling besar dan satu lagi yang kecil berdampingan bersebelahan. sungguh pemamdangan yang menakjubkan. Subhanallah.

Besok kesini lagi

Waktu sudah menunjukkan jam setengah lima sore dan mendung semakin pekat tanda hujan akan turun lebat. Kami memutuskan untuk pulang sekarang karena juga menghitung estimasi waktu buat perjalanan pulang agar tidak pulang kemaleman. Gerimis turun lebih cepat dan ini harus segera cepat cepat kembali ke rumah dimana motor tadi dititipkan. Sesampainya dirumah tersebut kami menyempatkan untuk menumpang sholat ashar terlebih dahulu. Alhamdulillah beliau orang yang kami temui sangat welcome dengan kehadiran kami disitu. Setelah kami sholat kami segera pamit untuk pulang. Bapaknya bilang mau lewat jalan yang mana? Kalau lewat sini (jalan lurus dari rumah) nanti lebih cepat sampai jalan besar. Dalam hati mungkin ini jalan yang akan tembus ke karangsari yang diawal tadi kita sudah sampai sana tapi gak jadi karena ragu.

Menunggu Hujan

Akhirnya kami memutuskan melewati jalan yang sama ketika kami datang. Ditengah perjalanan dan hampir menuruni bukit, hujan turun dengan sangat lebat dan benar-banar hujan deras. Tak ada tempat berteduh dalam pandangan mata. Kami terus melanjutkan berjalan menembus hujan deras sampai alhamdulillah didepan ada rumah-rumahan tempat untuk menaruh jerami. Hujan benar-benar membuat perjalanan kami tidak dilanjutkan walaupun sebenarnya kami sudah lumayan kebasahan karena barusan. Yasudah nunggu hujan reda saja sambil cerita-cerita. Sesekali truk ada yang lewat dan menyapa kami, kami balas sapabalik dengan mantap. Ada juga bapak-bapak sedang naik motor dan tak lama berselang motornya mogok tapi kemudian bisa jalan lagi. Akhirnya hujan cukup reda dan kami putuskan untuk lanjutkan perjalanan lagi. Jalan sudah semakin gelap dan jalan tampak sepi sekali. Akhirnya kami sampai dijalan besar.

Mie Ayam Wonogiri

Perjalanan yang sangat panjang menyedot tenaga dan membuat kita lapar. Tiba di pertigaan besar Semin kami memutuskan untuk mampir dulu untuk makan mie ayam. Mie ayam wonogiri sangat khas sekali. Porsinya mantap dan rasanya sedap cocok buat perut yang sedang kelaparan (kalau laper makanan apapun pasti enak rasanya). Sempat beberapa kali lampu mati karena giliran (pemadaman listrik). Setelah makan kami lanjut kembali untuk meneruskan perjalanan.

Mencekam..

Setelah membayar dan berjalan keluar kami baru sadar kalau sedang terjadi pemadaman listrik dan ditambah lampu penerang jalan ikut mati total semua. Kali ini yang menyetir didepan adalah teman saya. Kami memutuskan untuk pulang dengan jalan berbeda. Kali ini kami akan lewat utara yaitu melewati klaten. Dan yakin tetep akan sampai di rumah dengan selamat tanpa kesasar. Beitu kami berdoa. Dengan kondisi jalan yang gelap gulita penerangan yang ada hanya dari lampu motor kami sendiri dan kendaraan lain yang sama-sama sedang lewat. Tapi keadaan waktu itu sangat membuat bulu kuduk berdiri. Sedah jalannya gelap, kendaraan lain yang lewat pun sangat sedikit. Seolah kami hanya sedang berjalan sendiri. Benar-benar suasana yang mencekam. Apalagi teman saya tidak cukup berani untuk menggeber motornya jalan agak ngebut dikit. Maksud saya agar lebih cepat cepat meninggalkan daerah situ dan segera bertemu dengan daerah yang terang. Sulit memang dengan jarak pandang yang terbatas bisa berjalan agak cepat. Akhirnya setelah kami bertemu dengan persimpangan kita ganti sopir lagi dan saya jadi yang di depan lagi. Dengan tanpa ragu dan yakin sekali saya ngebut untuk segera bisa sampai di rumah.

Klaten – Yogya

Akhirnya kami lewat bayat kemudian samapi di gantiwarno dan melewati daerah dippinggir sawah dengan sangat panjang dan jauh. Melewati pasar (lupa namanya). Kami menggunkan naluri kami untuk mencapai jalan besar. Secara logika yogya terletak di sebelah barat jadi kami selalu ambil jalan besar ke arah barat dan agak ke utara. Kami melewati rel kereta api yang tak jauh dari situ ada stasiun kalau tidak salah. Akhirnya sampai di prambanan klaten. Sekedar pengetahuan saja, prambanan itu ada dua, prambanan sleman dan prambanan klaten. Keduanya daerah yang berdampingan namun sudah beda provinsi. Sampailah kita di jalan utama Jogja-Solo dan dari sini kami sudah tenang karena tinggal mengikuti jalan dan tentu sudah sangat hafal jalan untuk bisa sampai dirumah. Perjalanan ditempuh selama 30 menit dan akhirnya kami sampai di rumah saya. Demikian perjalanan yang sangat melelahkan dan berkesan sekali dengan bumbu-bumbu penyedap pelengkap selama diperjalanan. Untuk mudahnya berikut rute yang saya himpun dan dari berbagai sumber agar lebih enak mencapai tujuan ke Air Terjun Banyunibo.

  1. Dari kota Yogyakarta mengambil arah ke timur menuju Gunungkidul (lewat Jalan Wonosari - Piyungan - naik ke Bukit Bintang - Patuk- Wonosari). Jaraknya sekitar 48 km,dapat ditempuh dalam waktu 1 jam perjalanan.
  2. Sampai Wonosari, perempatan Pemda belok kiri, ambil arah ke timur yaitu menuju Karangmojo. Jarak Wonosari - Karangmojo sekitar 7 km dapat ditempuh 15 menit.
  3. Sampai perempatan pasar Karangmojo, belok kiri menuju Semin. Karangmojo - Semin sekitar 14 km.
  4. Nah sampai Pasar Semin bisa lurus ke timur mengikuti jalan ke Karangsari. Sampai Karangsari tanya arah ke dusun Ngluwur. Sampai Ngluwur tanya penduduk insyaallah akan menunjukkan arah ke air terjun. Jalan alternatif yang lain bisa lewat pasar semin belok kiri mengikuti jalan besar. Lalu belok kanan menuju Manyaran. Lalu menuju Kepuhsari - Ngluwur - Banyu Nibo. Perjalanan dari Semin ke air terjun sekitar 20 menit.
  5. Menurut pengalaman kemarin, pemandangan lewat jalan Manyaran - Kepuhsari lebih indah daripada Pasar Semin - Karangsari. Kami kemarin bisa melihat Waduk Gajahmungkur dari atas gunung jika lewat Jalan Manyaran.
  6. Pemberhentian terakhir jika menggunakan kendaraan roda empat atau dua adalah di rumah warga yang ada pohon sawonya (maaf malah lupa tanya namanya). Kendaraan diparkir disana. Barang bawaan berat juga bisa dititipkan. Waktu itu tidak dikenakan tarif samasekali
  7. Setelah motor diparkir, kita akan jalan kaki menuju air terjun jauhnya sekitar 150 meter yang dapat ditempuh selama 10-15 menit. Wuih...tracknya asyik, nglewati pematang-pematang sawah. Trus ada jalan yang berbatu seperti aliran air. Trus sepanjang jalan kita akan mengikuti pralon-pralon kecil yang digunakan untuk irigasi.

Terlepas dari kontroversinya air terjun ini letaknya di Karangsari, Semin, Gunungkidul, DIY, Atau di Dusun Ngluwur, Kepuhsari, Mayaran, Wonogiri, Jawa Tengah, air terjun ini sangat layak dijadikan destinasi wisata alam untuk pembaca kunjungi. Apalagi buat saya pribadi ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Mungkin melalui tulisan yang sangat panjang ini kurang bisa memberikan sisi perasaan emosi yang tersampaikan melalui untaian kata-kata. Jika berkenan bisa mengajak saya kesana lagi gakpapa bisa hubungi ke 08572968542*. Dan agar lebih memberikan pernyataan nih foto-foto air terjunnya.

[caption id="attachment_301766" align="aligncenter" width="300" caption="rumah penitipan motor yang ada pohon sawonya"][/caption] [caption id="attachment_301767" align="aligncenter" width="300" caption="jalan setapak menyusuri sawah"]

1388236523666898886
1388236523666898886
[/caption] [caption id="attachment_301768" align="aligncenter" width="300" caption="masih jalan setapak di pinggir bukit"]
1388236632899362486
1388236632899362486
[/caption] [caption id="attachment_301773" align="aligncenter" width="300" caption="air terjun banyunibo"]
1388236821249004099
1388236821249004099
[/caption]

[caption id="attachment_301783" align="aligncenter" width="300" caption="air terjun banyunibo"]

1388237751909145518
1388237751909145518
[/caption]

[caption id="attachment_301789" align="aligncenter" width="300" caption="air terjun banyunibo"]

13882380291303104160
13882380291303104160
[/caption]

[caption id="attachment_301792" align="aligncenter" width="300" caption="air terjun banyunibo"]

1388238156181274978
1388238156181274978
[/caption]

[caption id="attachment_301795" align="aligncenter" width="300" caption="eksis "]

13882382971840902757
13882382971840902757
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun