Mohon tunggu...
Caminar yVolar
Caminar yVolar Mohon Tunggu... Freelancer - Penyuka kuliner, travel, dan senang ngobrol.

Camina y vuela, luego flamea el corazón para descubrir la verdad.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kuliah ke Luar Negeri, Dibiayai Negara, Pulang Dukung Khilafah, Lho!

11 Juli 2019   07:30 Diperbarui: 11 Juli 2019   07:32 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori bilang, sekolah lebih tinggi akan lebih pintar. Makin pintar manusia, maka pikirannya makin membebaskan kolektif manusia dari kungkungan kebodohan, pikiran picik dan sempit, serta yang paling penting bebas dari kekangan emosi homo vegetus dan mamalibus (tentang dua hal ini bisa dilihat di Buku Porat Antonius, 2018, "Vertikalitas Otak dan Peringkat Humanitas Manusia"). 

Sekolah konon memperlebar ruang untuk rasionalitas homo sapiens alias manusia bijak. Sekolah mengajari neuroplastisitas manusia agar makin bijak, cakap menggunakan otak agar secara positif menyokong manusia yang makin damai, solusi untuk keadilan sosial bisa tergapai, dan nilai peradaban yang konstruktif. Tetapi, apa lacur, banyak orang yang sekolah makin tinggi justru makin emosional dan bodoh. Ada yang salah !

Pemerintah mempromosikan porsi anggaran beasiswa makin tinggi. Setiap tahun anak-anak muda dikerahkan untuk menggapai pendidikan setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya dengan biaya negara. Catat!! biaya negara lhooo !! Dari mana sumber biaya itu? Nomor satu pasti pajak. 

Artinya, uang rakyat Indonesia, terutama mereka yang susah payah mengumpulkan pundi-pundi. Tetapi demi sila ke-5 mereka membayar pajak. Kalau mau hidup enak, bisa saja orang-orang ini hidup egois, seperti beberapa di antara mereka yang bekerja mirip mafia. 

Ngapain mikir orang lain. Kaya itu mudah di negeri dengan sumber daya melimpah seperti nusantara. Cukup dengan menindas banyak orang, rusakin lingkungan, dapat banyak uang, lalu pergi.

 Tetapi tidak semua orang sebrutal itu. Banyak yang berbisnis baik, menjaga secara seimbang antara manusia dan lingkungan. Dannnn... mereka bayar pajak. Dari pajak itu pula sejumlah orang bisa berleha-leha kuliah keluar negeri.

Akhir-akhir ini makin banyak ex-kuliahan "luar negeri" yang kembali ke tanah air dan menyokong aliran radikal tertentu. Tidak setengah-setengah pula. 

Mereka ingin menghapus negara dan menggantikannya dengan entitas yang lain sama sekali. Yang lebih mengerikan, entitas versi mereka itu anti-keberagaman. Bukan main...!! 

Ada apa dengan sekolah kepintaran ini. Konon, kuliah di universitas ternama bikin orang makin pintar dan bisa membebaskan sesamanya. Lah, kalau pulang-pulang justru mengerahkan energi untuk membenci orang lain, apa itu lebih pintar atau justru eydan. 

Bikin tambah bingung moralitas. Sekolah tinggi tetapi menafikan jasa para penyokong dana (pembayar pajak). Bukankah secara teori (sekali lagi teori), sekolah bikin orang makin tahu diri. Beberapa yang lalu lalang di depan kita, entah Tv atau Medsos, koq sebaliknya.   

Saya tidak mau bilang pendukung idelogi ini dan itu adalah bodoh. Sama sekali tidak. Saya juga sering bertindak dengan ideologi tertentu. Mungkin liberal hari ini. Besok sosialis. Lusa tidak jelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun