2. Mentoring
Salah satu konsekuensi dari sedikitnya perempuan dan minoritas dalam posisi kepemimpinan puncak perusahaan adalah kurangnya karyawan perempuan dan minoritas di tingkat bawah yang dapat meminta dukungan atau nasihat kepada seseorang. Di sinilah program mentoring dapat bermanfaat.
Program mentoring yang baik harus ditujukan kepada semua karyawan dengan potensi tinggi untuk naik tangga karier organisasi. Tetapi dalam hal peningkatan keberagaman, mentor yang merupakan perempuan atau minoritas seringkali paling siap untuk menawarkan saran kepada orang lain yang serupa dengan mereka. Dan anak didik lebih cenderung berhubungan dengan seseorang yang mereka anggap mirip dengan diri mereka sendiri; mentor sering melihat pada anak didik mereka tantangan yang pernah mereka hadapi sebelumnya dalam karier mereka.
3. Pelatihan Keberagaman
Tidak berlebihan untuk menyatakan bahwa organisasi Amerika Serikat menghabiskan miliaran dolar per tahun untuk pelatihan keberagaman. Terdiri dari apa pelatihan ini? Apakah pelatihan ini efektif? Dan jika berhasil, kondisi apa yang mendukung keberhasilan ini?
Pelatihan keberagaman idealnya harus berfokus pada pengetahuan, sikap, dan perilaku. Program biasanya mencakup tinjauan masalah keberagaman dan nilai keberagaman, diikuti dengan latihan untuk membantu individu menyadari nilai-nilai budaya dan bias bawah sadar mereka sendiri, untuk mengalami bagaimana rasanya didiskriminasi, dan untuk mempraktikkan respons yang tepat dalam interaksi dengan kelompok orang yang beragam.
Pelatihan keberagaman telah terbukti memiliki efek positif pada pengetahuan, sikap, dan tindakan, tetapi dengan cara yang berbeda. Setelah pelatihan, orang mengingat pengetahuan baru; tetapi kepercayaan dan perilaku mereka cenderung kembali, seiring waktu, ke cara mereka sebelum pelatihan.
4. Kelompok Sumber Daya Karyawan (Employee Resource Groups)
Kelompok sumber daya karyawan (kelompok afinitas) adalah subkelompok sukarela yang dipimpin karyawan dalam suatu organisasi yang memiliki kualitas, minat, atau tujuan yang khas.
ERG memiliki banyak tujuan. Mereka adalah wadah untuk menyuarakan keprihatinan bersama, tetapi mereka juga membantu menarik dan merekrut talenta yang beragam, meningkatkan keterlibatan karyawan, dan bahkan menjalankan program mentoring.
Pada 1960-an, kantor pusat Xerox Corporation di Rochester, New York, meluncurkan Black Caucus Group. Ini adalah salah satu contoh awal dari Kelompok Sumber Daya Karyawan (ERG). Sekitar 90 persen perusahaan Fortune 500 kini memiliki ERG, dan mereka telah menjadi perangkat struktural yang penting untuk mendukung keberagaman.
Kesimpulannya, menciptakan tempat kerja yang beragam dan inklusif memang menantang, tetapi perlu. Meskipun bias bawah sadar, ketidaksetaraan gaji, dan glass ceiling semuanya dapat menghambat kemajuan, perusahaan seperti Marriott International telah menunjukkan bahwa kesuksesan itu mungkin.Â
Melalui komitmen manajemen puncak, program mentoring, pelatihan keberagaman, dan kelompok sumber daya karyawan, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja di mana setiap orang merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berhasil. Dengan merangkul keberagaman, bisnis dapat memperoleh manfaat dari perspektif yang lebih luas, yang mengarah pada kreativitas, inovasi, dan kesuksesan organisasi secara keseluruhan yang lebih besar.
Sumber: Robbins, S. P., & Coulter, M. A. (2020). Management, Global Edition (15th ed.). Pearson International Content. https://bookshelf.vitalsource.com/books/9781292340975
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI