Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bahaya jika "Si Pahit Lidah" Menjadi Politikus

5 Oktober 2017   19:45 Diperbarui: 5 Oktober 2017   20:43 2233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam dunia politik, jangankan lawan, temanpun bisa disikat habis, asal jabatan dan kekuasaan dapat diraihnya. Sumber: inilah.com

Dalam kehidupan politik sering kali kita menemukan orang-orang yang mungkin saja tak sejalan dengan kita. Bahkan bukan hanya tidak sejalan, tapi bisa jadi bertolak belakang. Anda maunya ke Barat, lawan Anda maunya ke Timur. Anda mau bergerak ke Utara. Pihak lawan justru bergerak ke Selatan. Ya sering kali bertolak belakang Untuk bahan renungan dan introspeksi diri agar menemukan titik keseimbangan dalam hidup dan kehidupan yang fana ini, mari kita lihat tulisan berikut ini.

Lalu siapa orang yang selalu bertolak belakang dengan Anda dalam dunia politik? Tak usah jauh-jauh mencarinya, ternyata orang yang sering "bermusuhan " dengan Anda, justru berada di sekitar Anda, tak jauh dari Anda, namun sangat melukai Anda, dan itu bukan main-main, bisa Anda menjadi bahan fitnahan, dan bahan olok-olokan ketika Anda tak berada di hadapannya. Dan orang seperti itu bisa disebut pencela atau biang gossip. Yang kata orang digosok-gosok semakin sip. Pencela sering kita temukan dalam kehidupan, cirinya sebagai berikut:

Pertama.: Hanya melihat warna hitam di atas kertas yg putih. Coba itu, begitu luas terhampar kertas putih atau kain yang putih yang membentang di hadapannya, di hadapan tukang gosip atau " biang kerok", yang dilihat setitik hitam, bukan kain putin yang membentang itu. Jadi noda hitam yang dilihatnya, bukan kain yang putih bersih itu.


Kedua: Ketika melihat baju yang bersih, yg dilihatnya hanyalah setitik noda tinta di baju tersebut.

Inipun demikian, ada baju baru, ada baju yang bersih, namun ada setitik noda hitam pulpen di saku baju orang itu. Nah bagi orang yang suka bergosip ria, noda tinta sekecil itupun menjadi bahan "bisik-bisik " tetangga. Ada saja kata usil yang diucapkannya. Belum dicuci lah, belum digosok lah, tak dicucikan istrinya lah dan seterusnya. Kalau kata Bang Rhoma Irama: Terlalu!

Ketiga: Ada buku yang bermutu, yang dilihatnya hanyalah kesalahan cetak yang terjadi tanpa sengaja. Bagi seorang yang hobinya membaca, jangan buku dengan kertas hvs yang mengkilat, novel atau buku dari kertas koran pun tak masaah baginya. Bahkan Saya pernah melihat di Metro, kereta bawah tanah di Moskow, ada orang Rusia sedang asik membaca, dan buku bacaan yang cukup tebal tersebut disampul kertas koran, jadi judulnya tak terbaca, dan asik saja dia membacanya. Nah bagi yang jahil buku yang dibungkus kertas Koran bisa saja, jadi bahan omongan, bahan gibahan untuk menjatuhkan orang, padahal hanya sampul buku dari koran, dan itu tak penting, iyakan? Yang penting isinya Bung!


Keempat:  Mencari kesalahan orang lain menjadi kebiasaan. Kesalahan diri sendiri diabaikan. Ini yang menjadi ciri paling khas bagi biang gosip. Polikus model begini, suaranya keras. Kesalahan orang terus yang dicarinya, kalau bisa digali sampai keakar-akarnya. Dan terlihat begitu puas bila sampai yang orang yang dicarikan kesalahannya betul-betul ditemukan, seakan mendapat mutiara di tengah-tengah lumpur. Ini orang agak aneh, mukanya yang buruk, cerminnya yang dibelah, yang salah selalu orang lain, dirinya sendiri seperti orang suci. Orang semacam ini ada di mana-mana, ada di sekitar Anda juga, entah di kantor, di masyarakat atau bahkan dekat sekali dengan Anda. Di depan anda tersenyum manis, di belakang Anda, habis Anda di bully.

Kelima: Merasa diri lebih dari orang lain dan merendahkan orang lain. Hingga timbul rasa sombong. Tahukan type orang seperti ini? Semua orang di hadapannya rendah, semua orang direndahkannya, bukan hanya temannya, namun juga pimpinannya. Omongnya "nyinyir". getir, dan " si

Mau ga ya politkus bekerja keras untuk rakyat, semoga masih ada politikus yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Ilustrasi; dokumen prbadi.
Mau ga ya politkus bekerja keras untuk rakyat, semoga masih ada politikus yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Ilustrasi; dokumen prbadi.
pahit lidah" ini tak akan tanggung-tanggung menggunjingkan Anda. Bisa dibilang tiada hari tanpa gossip, tiada hari tanpa menjelekkan orang lain atau tidak ada hari tanpa gibah. Benar-benar sudah seperti embahnya kesomongan, yaitu setan laknatullah.

Keenam: "Wajah buruk, cermin yang dibelah". Yang salah selalu orang lain, orang lain tak ada yg benar, jikapun benar tak diakuinya. Ini sudah disinggung sedikit di atas. Polikus semacam ini, benar-benar tak berjaga diri, tak instropeksi diri. Diri yang salah, orang lain yang dijadikan " kambing hitam", orang seperti ini sering " melempar batu, lalu tangannya disembunyikan dalam-dalam. Seperti tak punya perikemanusiaan. Lempar batu, sembunyi, lempar batu  lagi, sembunyi lagi, begitu seterusnya. Tak jauh-jauh sembunyinya, hanya di sebelah pintu Anda saja. Ketika bersama Anda, seperti teman Anda, namun ketika jauh dari Anda, Andalah yang menjadi santapan empuk bahan gibahannya, bahan omongan buruknya.

Ketujuh: Yang dicari dari orang lain bukan kebaikan dan kebenaran, tapi keburukan dan kesalahannya. Nah repotkan menghadapi politkus semacam ini. " Si pahit lidah"  Yang dicari kok keburukan orang lain, bukan kebenaran dan kebaikan orang lain. Maka jadilah musuh di mana-mana. Type orang seperti ini, kalau menjadi politikus bahaya sekali. Akan terjadi kegaduhan di mana-mana, karena omongannya tak terkontrol, terutama kalau sedang emosi, habis semua orang " dibabat" dengan kata-katanya yang kasar, keras, bahkan bisa jadi jorok! Bahaya kan? " Si Pahit lidah" benar-benar pahit kata-katanya, semua orang bisa sakit karena omongannya.

Mari kita istigfar, semoga tujuh ciri '  Si Pahit Lidah" tersebut tak ada dalam diri kita masing-masing, jikapun ada, mari kita mohon ampun kepadaNya, mari merendahkan hati dan menghaluskan budi, agar hidup penuh arti dan terpuji. Lalu bagaimana car menghadapi " Si Pahit Lidah ini?" Banyak cara, di bawah ini ada sedikit cara, Anda bisa mencarinya sendir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun