Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sekali Berarti Setelah Itu Mati

26 September 2025   06:13 Diperbarui: 26 September 2025   06:13 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Loh ini kok mematahkan semangat untuk menulis? Tidak, bukan itu tujuan dari tulisan ini, lalu apa? Ya itu tadi, agar penulis realistis, melihat kenyataan yang ada, dengan tidak berharap terlalu banyak, apa lagi ingin kaya dengan menjadi penulis, wah itu bisa jauh panggang dari api. Lalu mengapa tetap menulis, dan menulisnya di blog yang tak dibayar? Akh… yang ini rahasianya lain lagi, jelas para bloger atau kompasioner bukan materi yang dikejar, tapi kekayaan rohani yaitu kabahagiaan.

Coba saja lihat setiap hari, puluhan, ratusan mungkin sampai seribu tulisan menyerbu di kompasiana, kabar terakhir sekitar 12.000an, padahal jelas-jelas tak dibayar, kok mau? Dan sudah nulis cape-cape, terkadang numpang lewat begitu saja alias tak ada yang membaca, kok nekat tetap menulis?

Jadi apa yang dicari? Sampai-sampai ada yang begitu rajin menulis dua, tiga artikel sekaligus dalam satu hari, sehingga di kompasiana isinya, 4L, lu lagi lu lagi! Loh kok bisa? Ya bisa saja, asal mau menulis, karena ketika di posting lansung tersebar, perkara dibaca atau pembanya banyak atau sedikit, itu persoalan lain lagi.

Untuk sekarang lebih sulit lagi karena jumlah kompasioner naik atau bertambah, jadi kemungkinan seperti dulu, yang bisa ribuan pembaca dalam satu kali postingan, tak bisa lagi. Contoh, tulisan saya tentang film Noah, lebih dari 24.000 sekali posting. Bahkan sekarang untuk mencapai angka 500 pembaca saja sudah sulit, ini riil. Apa lagi sekarang ada Meta AI atau Gemini, ya sudah, penulis tergilas.

Kembali ke penulis, bisakah menjadi kaya materi gara-gara menulis, bisa! Sudah ada buktinya, seperti contoh di atas. Tapi realitanya, tidak sebanyak jumlah penulisnya, tapi tetapkah harus bermimpi menjadi kaya dengan menulis, loh siapa yang melarang? Tapi sekali lagi hadapi realita, agar tidak kecewa. Lanjutkan menulisnya, katakan: “Siapa takut?”

Dan itu sudah saya tulis sebelumnya. Ayo terus menulis, Ulama dulu dengan tulisan tangan saja bisa melahirkan buku-buku berjilid-jilid, dan Beliau-beliau, seperti Imam Al Ghazali, Ibnu Arabi dan lain-lain tidak mikirin royaliti, tidak ingin kaya dengan menulis, hanya beramal dengan tulisan. Lah kalau dihitung royalitinya, dari ratusan tahun lalu sampai sekarang, berapa tuh yang Beliau dapat? Tak terhitung banyaknya, iyakan. 

Sedangkan saya. alhamdulillah ada hasilnya ketika aktif menulis di www.kompasiana.com /virays. Ini buktinya: Saya sudah menulis 8 buku Antologi bersama teman-teman, dan Antologi  tersebut sudah diterbitkan:
1. Jokowi ( bukan) untuk Presiden( 2013 ) PT Elex Media Komputindo
2. Kami tidak lupa Indonesia ( 2014 ) PT Bentang Pustaka
3. Ahok untuk Indonesia( 2014 ) PT Elex Media Komputindo
4. 150 kompasioner menulis.( 2021 ) Pimedia
5. Suara Penulis Soal Pemilu dan Demokrasi 2024 ( 2024 ) PDF, Satupena. Ini masuk rekor MURI dengan 221 penulis dan 1034 halaman.
6. Antologi Penyair Nusantara Jakarta dan Betawi 6 ( 2025 ) Taresia
7. Peran Penulis di Era AI ( 2025) PDF, Satupena
8. Rumah Puisi ( 2025 ) Langit Fajar.


 Selain buku antologi, saya juga membuat ebook sendiri, ini judulnya dan tetap tersimpan rapih.
1. Rusia selayang pandang ( 498 hlm )
2. Buat apa sakit hati ( 201 hlm )
3. Pelangi di Langit Moskow ( 199 hlm)
4. Obat Penawar Hati yg gelisah ( 54 hlm )
5. Ketika Tuhan Diprotes dia tetap menyayangi hambaNya.( 243 hlm)
6. Menulis dengan hati ( 330 hlm)

Semua tulisan tersebut bisa dilacak dijejak digital,  terutama di www.kompasiana.com/virays dan di www.eramuslim.com bagian oase iman. Sekedar info dan berbagi, hasil dari tulisan di www.kompasiana.com/virays terjalin komunikasi dengan berbagai komunitas, diantaranya: Satupena, PJMI( Jurnalis Muslim Indonesia ), FKULUM( Forum Komunikasi Ulama Umaro) sekecamatan Cakung, Aspirasi ( Ini WAG Emak-emak yang suka demo), KLB ( Komunitas Literasi Betawi) dan lain lain. Ok deh sekian dulu.

Jakarta, 26 September 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun