Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akrab Tokoh FPI dengan Pendeta

22 Desember 2014   22:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:42 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14192290871455593871

[caption id="attachment_342738" align="aligncenter" width="465" caption="Lihat itu pentolan FPI sedang bergandengan tangan dengan tokoh Kristen, apa masalahnya, tak ada. Foto: republika.co.id"][/caption]

Ada pemandangan yang menarik tentang FPI( Front Pembela Islam) yang selama dijuluki dengan "Islam garis keras" bahkan sampai-sampai Ahok, dan dulu Gus Dur, ingin membubarkan organisasi massa ini, tapi hebat, FPI tetap berdiri sampai saat ini, dan saya salah seorang yang tidak setuju FPI dibubarkan.

Terlepas anda suka atau tidak, FPI adalah aset bangsa, FPI tetap saudara saya seiman, makanya saya akan bela sesuai dengan potensi yang saya miliki. Kalau memang ada yang salah, ya diperbaiki, bukan FPInya dibubarkan. FPI itu dibina, bukan dibinasakan. Jika pun ada tindakan oknum FPI yang terlalu keras, ya oknumnya dipanggil. Itu persis dengan istilah, jika ada tikus di lumbung padi, bukan lumbungnya yang dibakar, tapi tikusnya yang ditangkap, sudah beberapa kali saya tulis di ruang ini.

Berbagai pihak ingin membubarkan FPI karena tindakan-tindakan FPI yang katanya terlalu keras, namun yang sering terjadi bila ada kegiatan FPI yang baik-baik, media seakan tak peduli. Mana media yang menyiarkan FPI sedang mengadakan acara peringatan hari besar Islam, seperti Maulid, Hijrah, Isro Mi'roj dan lain sebagainya. Yang digambarkan atau selalu dibesar-besarkan oleh media tatkala FPI demo dan tak peduli kalau yang ikut demo, bisa saja orang yang menyusup, yang tujuannya agar citra FPI rusak di masyarakat.

Sehingga ada alasan untuk membubarkan FPI. Namun sekali lagi FPI tetap berdiri sampai saat ini, sampai ketika tulisan ini dibuat. Mengapa ada tulisan ini? Di atas saya sudah katakan,  ada berita menarik, ini saya dapatkan di www.republika.com, mari kita lihat berikut ini:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lini masa dihebohkan dengan foto Ketua Umum (Ketum) Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab tampak menggandeng pemimpin Gereja Bethel Indonesia (GBI) Glow Fellowship Center, Pendeta Gilbert Lumoindong.

Foto tersebut diunggah di akun Twitter, @PastorGilbertL dan @DPP_FPI pada 15 Desember lalu. Hal itu ditujukan sebagai salah satu bentuk toleransi beragama yang dilakukan alumnus King Saud University tersebut.

"Tanpa harus mengorbankan akidah, Habib @syihabrizieq tetap menyambut hangat kedatangan Pastor @PastorGilberL," tulis akun resmi FPI.

Pastor Gilber mebalas melalui akunnya. Ia mengatakan, "Bersama Habib @Syihabrizieq @DPP_FPI perbedaan bukan alasan tdk bergandeng tangan, damai itu indah."

Para pengguna Twiter pun merespon hal tersebut. "Ini toleransi yg benar," kata akun @Andhika_Lsmn.

Selain mengunggah foto tersebut, DPP FPI melanjutkan pandangannya terkait toleransi beragama. Di antaranya, "Mengucapkan selamat Natal itu haram. Tapi mengganggu umat Nasrani melaksanakan Natal juga haram."

Dalam kicauan selanjutnya akun DPP FPI menjelaskan bahwa ucapan selamat Natal dapat merusak aqidah, walaupun hal tersebut hanya kata-kata. Begitu pula dengan kata Syahadat, meski sekadar kata-kata, namun bisa membuat seseorang masuk Islam.

Maka itu jangan pernah paksa non-Muslim untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat. "Toleransi itu simple," ungkap akun DPP FPI.

Coba lihat itu, ini mungkin berita langkah, karena selama ini yang diberitakan tentang FPI yang buruk, yang citranya kurang baik. Padahal FPI juga organisasi Islam yang menjujung tinggi perdamaian. Kalau pun ada tindakan yang agar keras, tujuan utamanya adalah memberantas kemaksiatan, bukan menyerang orang yang sedang beribadah! Islam sangat menghormati pihak lain yang sedang beribadah, dan dalam Islam tak ada paksaan dalam memasuki Islam.

Urusan toleransi dalam Islam, sudah ada sejak Islam berdiri, 14 abad lalu, ayat : Lakum dinikum waliyadin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku, adalah ayat toleransi yang terus menerus dikibarkan. Jadi tak ada masslah dengan toleransi dalam kehidupan sosial, budaya, politik dan lain sebagainya. Pokoknya hubungan soal muamalah, tak ada masalah dengan agama lainnya. Tapi soal akidah, ya jangan dicampur adukan. Yang Islam beribadah ke Mesjid, yang Kristen ya ke Gereja, monggo.

Makanya ucapan yang sedang ramai dibicarakan setiap menjelang tanggal 25 Desember, selalu kontroversi, karena ada setuju, tapi ada juga yang tak setuju, ada yang membolehkan, ada pula yang mengharamkan, tergantung pada prinsif atau alasan yang digunakan masing-masing.Keduanya punya alasan yang sama-sama kuat, jadi jangan sampai sesama muslim justru ribut, bertengkar gara-gara ucapan tersebut.

Mari terus galakan toleransi sesama ummat beragama, foto di atas,  Habib Rizik sudah mencontohkan, tak ada masalah dengan foto tersebut, selama tidak melanggar akidah. Ayo terus berdampingan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, mari jaga negara ini dari adu domba yang akibatnya adalah kehancuran. Mari belajar dari kehancura negara-negara lain akibat perpecahan.

Silahkan menyebarkan agama untuk yang belum beragama dan tak ada pemaksaan untuk menganut Agama Islam. Jangan lupa damai itu indah, jangan dirusak oleh benturan akidah, silahkan beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Jangan memaksakan astribut untuk digunakan oleh orang yang tidak seagama, silahkan berjalan menurut akidah masing-masing. Sekali lagi, damai itu indah, lebih indah lagi bila berjalan pada rel masing-masing.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun