Coming out merupakan proses yang kompleks bagi individu yang mengidentifikasi diri mereka sebagai lesbian, gay, biseksual, atau transgender (LGBT). Coming out mengacu pada pengungkapan atau penegasan identitas seksual seseorang kepada diri sendiri dan orang lain, terutama kepada keluarga, teman, dan masyarakat umum. Proses coming out seringkali dianggap sebagai momen yang penting dalam kehidupan seorang individu LGBT. Hal ini karena coming out melibatkan pengakuan dan penerimaan diri sendiri, serta pengungkapan identitas seksual yang mungkin berbeda dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Namun, dengan maraknya coming out yang terjadi antara hubungan sesama jenis  terlepas dari dukungan dan toleransi yang semakin berkembang di masyarakat modern, muncul pertanyaan kritis, bagaimana proses coming out dapat mempengaruhi pergaulan bebas bagi generasi mendatang?
Ragil Mahardika adalah seorang selebriti di Indonesia yang melakukan coming out sebagai seorang gay di media sosial. Ragil pindah ke Jerman pada tahun 2012 dan baru memberi tahu keluarganya tentang orientasi seksualnya pada tahun 2014 sebelum akhirnya terbuka di media sosial. Ragil mengungkapkan bahwa ia tidak menyembunyikan orientasi seksualnya dan selalu memposting tentang kehidupannya di media sosial. Ragil mengalami komentar miring dari haters setelah melakukan coming out di media sosial. Namun, ia juga mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-temannya. Ragil mengatakan bahwa sebelum melakukan coming out, ia juga mengalami proses mencari jati diri dan berdamai dengan dirinya sendiri.
Penerimaan atau penolakan publik dapat memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan mental individu yang coming out. Reaksi negatif atau sikap diskriminatif dari masyarakat dapat memicu stres, kecemasan, dan bahkan depresi pada individu yang baru saja mengungkapkan identitas mereka.
Serangan informasi dan konten di media sosial yang berkaitan dengan LGBT dapat mempengaruhi pandangan dan perilaku generasi muda. Hal ini dapat membuka pintu bagipergaulan bebas yang tidak terencana atau tidak diinginkan. Masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung isu LGBT mungkin menanggapi dengan penolakan atau penuh rasa ingin tahu, yang pada akhirnya dapat memicu pergaulan yang berisiko.
Respon masyarakat terhadap banyaknya orang yang mengumumkan hubungan sesama jenis di media sosial bervariasi. Ada yang mendukung dan ada yang tidak setuju. Ini mencerminkan perbedaan pendapat dalam masyarakat tentang isu LGBT. Untuk generasi mendatang, disarankan untuk tidak terjebak dalam pergaulan bebas hubungan sesama jenis. Pendidikan seksual, dapat membantu mengurangi stereotip terhadap individu LGBT. Selain itu, penggunaan media sosial juga perlu diatur dan dikontrol agar tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat, seperti penyebaran kebencian dan caci maki terhadap orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI