Mohon tunggu...
Egizhia Vio Sorando
Egizhia Vio Sorando Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (NIM 24107030128) | viosorando455@gmail.com

Suka bikin tulisan yang disuka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gen-Z Wajib Tahu: Personal Branding Bukan Buat Flexing

4 Juni 2025   12:00 Diperbarui: 5 Juni 2025   12:30 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pexels/MART PRODUCTION

Pernah kepikiran nggak, kenapa ada orang yang followers-nya cuma 100 tapi tawaran kerjaannya kayak nggak habis-habis? Sementara yang followers 1.000, isinya cuma repost doang? Nah, mungkin jawabannya satu: personal branding. 

Kalau dijelaskan pakai bahasa yang gak ribet, personal branding itu soal bagaimana kamu ingin dikenal orang lain. Bukan soal pencitraan, tapi soal penegasan jati diri di depan publik---baik secara digital maupun nyata.

Mau kamu introvert, tukang ngopi, anak desain, penulis puisi, gamer, atau guru ngaji---semua orang sebenarnya sudah punya brand. Tapi masalahnya, kita sering gak sadar dan gak sengaja ngebentuknya.

Dan lucunya, banyak yang bilang gak peduli image tapi tetep insecure kalau nggak ada yang notice. Kontradiktif banget, kan?

Jujur aja, sekarang jejak digital itu CV kedua. Kadang malah yang pertama. Rekruter ngecek LinkedIn, klien ngintip IG kamu, teman kampus kepo Twitter kamu. Dan itu semua bisa ngasih gambaran: kamu tuh siapa, kamu bisa apa, kamu bisa dipercaya gak?

Personal branding itu bukan soal pengen dipuji, tapi biar pesanmu sampai. Jangan sampai kamu jago ngedit video, tapi orang-orang tahunya kamu cuma suka repost meme. Atau kamu pinter nulis, tapi gak pernah nunjukin karena ngerasa "takut dibilang sok pamer".

Kalau ngerasa belum siap, percayalah, siap itu datangnya setelah jalan, bukan sebelum. Mulai dari tempat yang kamu pegang tiap hari: Instagram, TikTok, LinkedIn, bahkan Threads (kalau kamu masih rajin buka).

Tapi bukan berarti harus "narsis digital". Mulai dari hal kecil kayak bio yang jelas, posting konten yang kamu suka, atau sekadar sharing proses belajar. Gak perlu nunggu estetika 10/10. Yang penting, otentik dan konsisten.

Nah, personal branding itu penting buat:

  • Mahasiswa yang mau dapet beasiswa atau magang
  • Freelancer yang cari klien
  • UMKM yang jual produk
  • Aktivis yang bawa isu sosial

Bahkan karyawan biasa pun butuh personal branding biar kariernya bisa naik level, bukan stuck di posisi yang sama bertahun-tahun.

Berikut tips versi aku, diramu dari hasil mantengin akun Instagram @kadafidevayana dan ngeresapi realitas sehari-hari:

  • Kenali dulu dirimu mau dikenal karena apa
    Jangan serakah semua mau dibahas. Pilih 2--3 fokus: misal edukasi, menulis, dan mental health. Biar orang tahu, "oh, ini tuh si A yang suka bahas B." Kenali market sehingga target audiens bisa tepat sasaran.
  • Edit bio yang jelas tentang diri sendiri.
    Jangan lagi nulis "Living life" atau "Just me being me." Tulis sesuatu yang orang bisa langsung paham: kamu siapa, kamu ngapain, dan mereka bisa ngontak kamu lewat mana.
  • Terus posting meski belum sempurna
    Kalau kamu nunggu semua kontenmu 'layak tampil', kamu ga akan pernah posting. Konten pertama pasti canggung. Tapi lebih baik canggung dari pada kosong. Nanti kualtias konten kamu pasti naik seiring berjalannya waktu.
  • Manfaatkan fitur-fitur yang ada dengan maksimal
    Story buat sharing ringan. Feed buat hal lebih permanen. Reels kalau mau reach lebih luas. Semua bisa diatur tanpa harus overposting. 
  • Beda antara eksis dan berfaedah
    Validasi? Semua orang butuh. Tapi branding yang baik itu muncul dari niat menyampaikan nilai, bukan cuma pengen diakui.

Apakah Personal Branding Sama Dengan Haus Validasi?

Jujur aja, ini pertanyaan yang fair. Karena sekarang semua orang kayaknya pengen dikenal. Tapi yang membedakan adalah:

Apakah kamu pengen dikenal karena karya atau karena eksistensimu doang?

Haus validasi itu kalau kamu posting cuma buat dapat likes. Personal branding itu kalau kamu sadar, postinganmu adalah bagian dari cerita yang ingin kamu bangun---tentang siapa kamu, apa yang kamu perjuangkan, dan kenapa orang perlu percaya padamu.

Terakhir, jangan sampai jadi akun hantu. Sekarang banyak banget akun Instagram yang isinya 0 postingan, 1.000 followers, dan gak ada bio. Terus ngerasa "aku gak dikenal, aku gak di-notice, kok hidup gak adil."

Yaa... gimana orang mau kenal kalau kamu gak nunjukin siapa dirimu?

Mulailah dari kecil. Satu posting. Satu insight. Satu keberanian. Karena di dunia yang penuh noise, justru yang punya suara jelas akan didengar.

Kalau kamu ngerasa tulisan ini relatable, boleh banget dishare. Dan kalau kamu penasaran soal personal branding yang gak lebay, coba cari aja tips-tips personal branding, banyak kok. Bukan buat diikutin 100%, tapi minimal buat kamu dapet arah. Dunia digital itu luas. Tapi kamu bisa mulai dari sepetak layar HP-mu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun