Mohon tunggu...
Viola Esa Novrani
Viola Esa Novrani Mohon Tunggu... Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sriwijaya

Senang mempelajari hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menapaki Jejak Kritis: Filsafat dalam Era Digital

10 Desember 2023   22:24 Diperbarui: 10 Desember 2023   23:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Dalam gemuruh era digital, ketika kita menyusuri lorong-lorong algoritma dan menghadapi gelombang informasi, mungkin terdengar kontrast untuk membicarakan filsafat. Namun, mungkin juga itulah waktu yang paling krusial untuk melibatkan diri dalam refleksi filosofis. Di tengah arus informasi digital, filsafat tidak hanya menjadi teman introspeksi, tetapi juga kompas kritis untuk menavigasi kompleksitas dunia maya.

Dalam pandangan konvensional, filsafat mungkin sering dianggap sebagai ilmu yang berdebu, terperangkap dalam ruang baca yang sunyi. Namun, dalam era digital, filsafat bukan hanya riset di perpustakaan, melainkan juga perjalanan pikiran melintasi sirkuit-sirkuit algoritma. Filsafat menjadi kritis ketika kita menyadari bahwa kebenaran digital memiliki nuansa tersendiri, yang seringkali tersembunyi di balik layar touchscreen.

Di antara kecanggihan teknologi, pertanyaan etis melonjak ke permukaan. Filsafat, dengan akarnya yang dalam pada etika, memberikan pandangan kritis terhadap penggunaan data, privasi, dan implikasi sosial teknologi. Dalam menghadapi dilema etis, filsafat membimbing kita untuk tidak hanya bertanya "Apakah kita bisa?" tetapi juga "Haruskah kita?".

Era digital membawa impian transendensi melalui virtualitas, tetapi juga memunculkan kekhawatiran tentang hilangnya kemanusiaan. Filsafat mengajukan pertanyaan yang mendasar: Apakah kehadiran digital menggantikan esensi manusia atau hanya menciptakan bayangan semu dari eksistensi kita? Dalam mengejar kemajuan teknologi, filsafat mengingatkan kita untuk tidak kehilangan akar kemanusiaan.

Menapaki jejak filsafat dalam era digital bukanlah untuk mengaburkan batas antara dunia analog dan digital, tetapi untuk menjembatani makna. Filsafat menjadi simbiosis antara refleksi tradisional dan navigasi dalam dunia maya. Dalam perjalanan ini, kita dapat menemukan makna sejati di balik serangkaian kode dan algoritma.

Jadi, dalam kegelapan kode dan cahaya pixel, filsafat muncul sebagai pemandu yang tak tergantikan. Dalam menjelajahi era digital, mari kita tidak hanya menjadi pengguna yang cerdas tetapi juga pemikir yang kritis. Dengan menapaki jejak kritis filsafat, kita dapat menyaring makna dari kebisingan digital dan membentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang makna hidup dan teknologi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun