Perempuan itu punya seribu satu cara buat ngomong. Kadang bisa cerita panjang lebar soal hal kecil yang mungkin orang lain anggap sepele. Tapi di lain waktu, dia bisa tiba-tiba diam. Nggak ada kata, nggak ada penjelasan. Dan saat itu terjadi, banyak orang mulai bingung, ini kenapa, salah apa, maunya apa.Â
Sayangnya, nggak semua diam itu berarti marah. Nggak semua diam itu bentuk minta dikasihani. Kadang justru, diam adalah satu-satunya cara yang tersisa. Bukan karena mereka nggak mau bicara, tapi karena pernah mencoba dan gagal dimengerti.
Pas Mulut Nggak Lagi Aman, Diam Jadi Pelindung
Nggak semua perempuan nyaman mengungkapkan kecewa lewat kata-kata. Bukan karena nggak bisa, tapi karena sudah pernah mencoba. Sudah pernah bicara jujur tapi dibilang drama. Pernah terbuka tapi malah dicap ribet. Pelan-pelan, mereka belajar bahwa mungkin diam lebih aman.
Buat sebagian perempuan, diam itu bukan bentuk cuek. Tapi bentuk sadar diri. Sadar bahwa apa yang mau disampaikan bisa jadi cuma masuk telinga kanan keluar kiri. Daripada makin rumit, mereka memilih diam dulu sambil menunggu apakah kamu cukup peka untuk mengerti atau justru buru-buru menyalahkan.
Dan iya, mereka ingin dimengerti. Tapi bukan berarti minta kamu jadi cenayang. Mereka hanya berharap kamu cukup hadir tanpa harus diminta dan tanpa perlu banyak kata.
Bukan Cuek, Tapi Lagi Berusaha Nggak Bikin Runyam
Banyak yang salah paham dan mengira diam itu bentuk dingin atau menghindar. Padahal, bagi banyak perempuan, diam adalah bentuk usaha. Usaha supaya hubungan kalian nggak makin rusak. Karena mereka tahu, kalau ngomong saat emosi masih penuh, hasilnya bisa lebih menyakitkan.
Biasanya, diam itu muncul saat:
- Sudah pernah ngomong tapi ngerasa diabaikan
- Lagi berusaha memahami dirinya sendiri dulu
- Capek ngejelasin hal yang sama berulang kali
- Nggak ingin dengar jawaban kamu yang selalu defensif
Diam bukan strategi yang sengaja dibuat untuk menghukum. Nggak ada niat buat bikin kamu merasa bersalah. Tapi percayalah, mereka juga lelah kalau harus ngulang luka yang sama terus-menerus. Kadang, lebih nyaman memproses semuanya sendiri daripada harus debat dengan orang yang belum siap mendengar.
Nggak Harus Dikejar, Tapi Jangan Ditinggal