Mohon tunggu...
Viola Gaisani
Viola Gaisani Mohon Tunggu... 24107030003

je pense, donc je suis. haii, panggil aku violaa. biasanya nulis artikel berkaitan dengan travel, jogja, dan beberapa yang relate sama kehidupan. enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gak Harus Selalu Jadi Orang Denial, Jangan Tutup Mata dari Kenyataan

7 Juni 2025   13:14 Diperbarui: 7 Juni 2025   13:14 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu tahu gak sekarang lagi ramai di TikTok soal orang denial. Bukan cuma soal perasaan yang gak diakui, tapi lebih ke gimana kita sering kali gak mau terima kenyataan yang sebenarnya sudah jelas di depan mata. Banyak yang ceritain kisahnya, entah dalam hubungan, persahabatan, bahkan keluarga, tentang gimana mereka terus-terusan menolak melihat realita yang menyakitkan.

Misalnya saat pasangan berbuat salah atau teman gak menghargai, tapi kita tetap bilang "dia baik kok" atau "aku yang terlalu sensitif." Padahal nyata-nyata yang terjadi itu menyakitkan. Tapi demi mempertahankan harapan atau rasa nyaman semu, kita pilih pura-pura semuanya baik-baik saja.

Fenomena ini gak hanya dialami perempuan. Laki-laki juga banyak yang denial. Contohnya ketika tahu pasangannya gak menghargai tapi masih bertahan karena takut sendiri. Atau keluarga yang membatasi pilihan hidup, tapi kita bilang "ya emang harus nurut aja," walau di dalam hati tertekan. Denial bisa muncul dalam banyak bentuk dan kadang kita gak sadar sudah terjebak.

Kenapa kita bisa denial? Karena kenyataan itu sering sakit. Otak kita otomatis ingin menghindar dari rasa sakit, jadi kita bikin narasi yang lebih nyaman. Kita bilang mereka capek, makanya marah. Kita bilang mereka sibuk, makanya gak sempat balas chat. Kita bilang ini cuma salah paham. Sampai akhirnya kita sendiri yang lelah.

Di TikTok, banyak yang buka suara soal ini. Mereka cerita gimana dulu mereka bertahan di hubungan yang gak sehat cuma karena takut kehilangan. Ada juga yang cerita tentang persahabatan penuh drama tapi tetap dipertahankan dengan alasan "aku gak punya teman lain." Padahal kenyataannya mereka cuma gak berani lepas dari zona nyaman yang semu.

Menerima kenyataan bukan perkara mudah, tapi bukan berarti gak bisa. Kadang yang dibutuhkan cuma satu momen jujur. Satu waktu di mana kita berhenti cari pembenaran dan mulai bertanya, "sebenarnya aku bahagia gak sih?" Kalau jawabannya ragu-ragu, itu pertanda kamu selama ini cuma pura-pura kuat.

Denial bukan tanda kamu lemah. Justru itu bukti kamu manusia. Kamu punya hati dan kamu pengin yang terbaik. Tapi jangan sampai rasa sayang bikin kamu buta. Jangan sampai kamu bertahan di sesuatu yang menyakiti.

Mulailah dengan langkah kecil. Sadari perasaanmu. Kalau kamu kecewa, ya akui. Kalau kamu sakit hati, ya jangan pura-pura gak apa-apa. Ceritakan ke orang yang kamu percaya. Jangan simpan semuanya sendiri. Karena semakin lama kamu diam, semakin kamu yakin semua ini salahmu, padahal enggak.

Coba hitung berapa kali kamu bilang "dia gak sengaja," padahal itu sudah ketiga kalinya. Berapa kali kamu bilang "aku terlalu lebay" cuma karena orang lain gak peka. Itu bentuk denial halus. Kalau gak segera disadari, itu bisa bikin kamu lelah tanpa alasan jelas.

Gak sedikit juga orang yang denial dengan dirinya sendiri. Mereka tahu apa yang bikin mereka sedih, tapi malah terus disangkal. Mereka bilang "aku kuat kok," padahal tiap malam nangis diam-diam. Mereka bilang "aku cuma lagi capek," padahal sebenarnya sedang hampa dan gak tahu arah. Ini juga bagian dari penolakan terhadap realita yang seharusnya bisa dihadapi pelan-pelan.

Bahkan dalam dunia kerja atau akademik, banyak yang juga denial. Gagal di satu kesempatan lalu bilang "memang bukan rezeki" padahal belum coba maksimal. Atau sebaliknya, terus menerus ngejar sesuatu yang sebenarnya gak bikin bahagia, tapi tetap dilanjutkan karena merasa itu satu-satunya pilihan. Padahal jalan hidup gak harus satu arah. Kadang kamu harus berhenti biar sadar kalau selama ini kamu cuma lari dari yang kamu tahu udah gak cocok buatmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun