Tahu, mau dan mampuÂ
Manusia secara umum memiliki tiga kelebihan sebagai makhluk rasional, yaitu ia bisa tahu, mau dan mampu. Apa maksudnya? Manusia diciptakan dengan tiga kelebihan, karena itu ia dapat memiliki pengetahuan, kemauan/kehendak, dan kemampuan sebagai manusia. Berikut penjelasan dari masing-masing kelebihan tersebut:
Pengetahuan manusiaÂ
Berkat intelektualnya manusia bisa mengetahui segala sesuatu yang fisik maupun metafisis. Hasil dari kegiatan mengetahui ini ialah pengetahuan yang ada di dalam otak manusia. Dengan kelebihan intelektual ini ia dapat mengetahui yang benar dan yang salah. Bahkan dengan memiliki pengetahuan yang benar ini ia dapat disebut sebagai orang yang intelektual alias pintar. Inilah yang cenderung dikejar oleh sekolah dan perguruan tinggi, yakni menciptakan orang yang cerdas, meskipun terkadang hanya sebatas intelektual saja atau hanya sekedar memiliki pengetahuan saja.
Kehendak manusiaÂ
Selain pengetahuan, manusia juga memiliki kehendak bebas dalam dirinya. Dengan kehendak bebas ini ia dapat memilih apa saja, entah yang baik maupun yang buruk. Jika seseorang memilih yang baik, maka ia akan disebut orang baik. Demikian pula sebaliknya, jika ia memilih yang buruk, maka ia sebut orang yang buruk (secara moral ya.. bukan fisik). Namun kehendak ini tersembunyi di dalam hati manusia, sehingga tidak ada yang tahu apakah orang ini atau orang itu punya kehendak yang baik atau buruk? Hanya Tuhan dan orang yang bersangkutan saja yang tahu isi hatinya tentang apa yang dikehendakinya, entah baik atau buruk.Â
Kemampuan manusiaÂ
Jika pengetahuan dan kehendak itu tersembunyi dalam diri manusia, berbeda dengan kelebihan yang satu ini, yaitu kemampuan manusia, ia dapat dilihat secara langsung orang lain dan orang lain dapat menilainya juga secara langsung tanpa harus berasumsi terlebih dahulu.
Manusia tidak hanya bisa tahu dan mau, tapi ia juga mampu mewujudnyatakan apa yang ia tahu dan mau tersebut dalam perbuatan nyata. Jika yang ia tahu adalah salah dan yang ia mau adalah buruk, maka ia berpotensi untuk mampu melakukan perbuatan yang jahat. Sebaliknya, jika yang ia tahu adalah benar dan yang ia mau adalah baik, maka kemungkinan ia mampu melakukan perbuatan yang baik dan benar.Â
Akan tetapi, manusia itu makhluk yang paradoks. Ia bisa saja tahu tentang kebenaran dan mau melakukan kebaikan, namun seringkali ia tidak mampu melakukan perbuatan yang baik dan benar, malah sebaliknya ia lebih memilih melakukan perbuatan yang buruk dan jahat. Dengan kata lain, kemampuannya dikerahkan untuk melakukan apa yang bertentangan dengan pengetahuan dan kehendaknya. Maka muncullah ungkapan, "Aku melakukan apa yang tidak aku inginkan" setelah seseorang sadar akan kesalahannya.Â