Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyikapi Tragedi Kemanusiaan

6 Oktober 2022   19:27 Diperbarui: 6 Oktober 2022   19:28 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AP Photo/Mohammad Sajjad

Usai laga yang ditandai dengan peluit panjang dari hakim lapangan, hasil sah sudah diakui bersama.  Para pemain dan officialnya lalu pulang dengan sorak-gembira dan/ atau tetesan air mata. Para penonton juga kembali dengan aneka pergolakan rasa. Mereka semua pulang dengan mengantongi hasil nyata. Mereka tahu dan terima "mana yang kalah, mana yang menang."

Tetapi tidak untuk laga di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Ada tragedi kemanusiaan yang sungguh menyayat hati. Selanjutanya ada sejuta simpati datang, baik dari anak negeri maupun warga dunia.  Atas tragedi ini, siapa yang beruntung dan siapa yang harus bersyukur?

Berburuk sangkah atas tragedi ini menjadi tidak bijak tetapi kebenaran fakta lapangan harus diungkap. Saling melempar tanggung jawab, bukanlah kewajiban hokum. Boleh jadi sikap atau berpandangan positif atas peristiwa setelah usai laga di Kanjuruhan merupakan pembelajaran hidup seribu makna ke depan.

Bagaimana harus bersikap? Untuk sesuatu ke depan yang lebih bermakna, lebih maju, lebih profesional, lebih sukses maka sikap bijak, penegakkan law of the game, cara pandang positif hendaknya mewarnai seluruh proses penyelesaian dan penanggulangan tragedi tersebut. Penataan ulang menjadi hukum wajib.

Untuk laga-laga berikut. Jika setiap laga pada level apa saja memiliki tujuan positif dan mulia maka titik raih tertinggi itulah yang diutamakan. Apa itu ? 

Jawabannya, seperti "kebahagiaan, kedamaian, kesuksesan, kebersamaan, persaudaraan, dan atau persahabatan antar para pemain dan pendukungnya, sporitifitas dan prestasi dengan berdasar pada rambu-rambu yang harus ditaati, dan sikap tertib, tahu diri dan tahu batas.

Dan apabila suatu laga bertujuan lebih jauh lagi untuk memajukan sesuatu dalam konteks lebih besar, serupa persepakbolaan tanah air, untuk mengangkat "nama, harkat, dan martabat" bangsa maka nilai-nilai sportifitas dan tujuan mulia seperti digambarkan di atas, dikedepankan dalam setiap laga. 

Pada koridor ini Spirit Lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan pada pembukaan laga di liga terus mengalir membasahi darah warga, anak-anak bangsa bahwa "Jiwa kita telah dibangun, Raga juga demikian." Kita adalah bangsa yang besar, dan warga bangsawan yang menaruh hormat dan menjunjung tinggi setiap pribadi, sesama manusia yang bermartabat luhur sekalipun dalam medan laga di liga. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun