“Kita ke Malang aja yuk, nanti nginepnya di rumah temen mama, dari pada di rumah doang” ujar Ibu Lenny. Libur semeseter waktu itu mama mengajak keluarga kami untuk pergi ke Malang, pada saat itu sebenarnya saya tidak terlalu tahu tempat wisata yang menarik di Kota Malang. Namun karena saya dan adik saya tidak ada ide destinasi kota lain yang ingin saya kunjungi pada saat itu kami semua langsung menyetujuinya. Perjalanan menuju Malang tidak terlalu melelahkan karena kami berhenti dahulu di Yogyakarta untuk beristirahat. Sesampainya di Malang kami menginap di rumah teman mama dan kami langsung tidur karena waktu sudah menunjukkan pukul satu malam.
Keesokan paginya saat kami sedang bersantai di ruang tamu tiba-tiba mama bilang “Ke Gunung Bromo aja yuk” “Ke Gunung Bromo ngapain?’’ Tanya adik saya “Liat sunrise biar ga stress” dipikiranku saat itu kami bisa melihat sunrise di gunung bromo tanpa harus mendaki ternyata itu semua salah. “Bangunnya jam setengah tiga ya biar ga telat liat sunrisenya” ujar mama dan mendengar hal itu saya langsung menyetel alarm pukul 1.45 biar tidak telat bangun tidurnya. Saya terbangun mendengar alarm yang sudah disetel pukul 1.45 tapi saat itu saya masih sangat mengantuk jadi saya melanjutkan tidur lagi dan akhirnya mama membangunkan saya dan saya langsung cuci muka dan sakit gigi agar badan lebih fresh.
Setelah semunya selesai bersiap-siap dan tidak lupa kami membawa sweater dan juga jaket karena yang kami lihat di internet dan juga kata teman mama Gunung Bromo itu sangat dingin. Kami punbergegas pergi agar tidak melewatkan sunrise di Gunung Bromo. Perjalanan menuju Gunung Bromo mudah diakses dan dari rumah juga tidak terlalu jauh dari rumah teman mama. Sesampainya di pemukiman Gunung Bromo kami singgah terlebih dahulu ke warung untuk mengisi perut kami yang sudah berbunyi karena kami belum sempat sarapan.
Tiket untuk memasuki wisata Gunung Bromo terbilang murah yaitu sekitar Rp 30.000,00 untuk warga lokal dan untuk wisatawan luar negri perlu membayar tiket sekitar Rp 200.000,00 - Rp 300.000,00 tergantung hari berkunjung. Sesampainya disana kita langsung menyewa jeep untuk mencapai tujuan, namun untuk melihat sunrise kita perlu trekking untuk mendapatkan spot yang bagus untuk melihat sunrise. Saat trekking kami harus berhati-hati karena jalanannya yang tidak terlalu bagus, gelap, dan banyak sekali kotoran kuda. Selain itu banyak orang yang menawarkan kudanya kepada para wisatawan, “Neng mau naik kuda saya ga biar cepet nyampe” ujar pemilik kuda tersebut yang langsung saya tolak pada saat itu. Saat saya menoleh kebelakang saya melihat mama saya sedang berbicara denga orang yang menyewakan kudanya. Melihat itu saya langsung menggoda mama saya “Ih mama cupu banget naik kuda” ujar saya “Ya kan mama ga kuat jantung, dah” ujarnya sambil menunggangi kudanya dan mendahului saya.
Sesampainya di atas udara semakin dingin dan membuat tangan saya kebas bahkan bibir saya sampai biru. Melihat banyaknya orang yang sudah berdatangan dan memilih spot untuk melihat sunrise kami pun langsung memilih spot yag bagus untuk melihat sunrise, sambil menunggu munculnya matahari saya mulai mengabadikan momen dengan berfoto dan juga membuat time-lapse sampai matahari muncul. Namun karena kabut terlalu lebat matahari tidak terlalu kelihatan. Walaupun begitu hasil jerih payah trekking saya tetap terbayarkan karena melihat pemandangan yang indah, dan banyak sekali bunga edelweiss yang tumbuh pada saat itu yang memperindah pemandangan.