Judul Buku : Orientasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu
Penulis : Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd.
Penerbit : Prenada Media Grup
Tahun terbit : 2016
Manusia diciptakan oleh Allah dengan dibekali segala kemampuan dan peralatan canggih sejak lahir. Ia dapat mendengar, melihat, berbicara, berpikir, menganalisa, dan lain-lain. Itu semua merupakan kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia supaya manusia dapat mengambil manfaat darinya.
Pada era modern, peran manusia mulai tergantikan oleh robot. Segala sesuatu dikerjakan oleh robot, bahkan menjawab pertanyaan sekalipun. Teknologi  semakin canggih. Meski demikian, terdapat masalah-masalah keilmuan yang belum dapat dipecahkan bahkan oleh ilmuwan sekalipun. Karena itulah dibutuhkan filsafat.
Bab pertama buku ini menje;askan mengenai ilmu, filsafat, dan agama. Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah di bumi yang memiliki ilmu pengetahuan sebagai penolong baginya dalam keberlangsungan hidupnya serta alat untuk bertahan hidup hingga saat ini. Ilmu pengetahuan yan telah diberikan oleh Allah kepada manusia jumlahnya s angat terbatas.
Tetapi, tentunya Allah tidak melepas manusia begitu saja melainkan, Allah telah membekali manusia dengan berbagai potensi yang berfungsi untuk menggali lebih dalam terhadap ilmu pengetahuan tersebut. Manusia lahir sudah dilengkapi dengan panca indera sebagai salah satu alat untuk menggali ilmu pengetahuan. Bukan hanya itu manusia juga dilengkapi dengan akal yang memiliki fungsi yang sangat besar yakni, untuk berpikir yang nantinya akan menghasilkan sebuah keputusan.
Kedua, persoalan yang tidak secara tegas dibahas dialam Al-Qur'an dan As-Sunnah diserahkan ijtihad (produk pemikiran manusia yang tidak bertentangan dengan tekstualnya wahyu Al-Qur;an maupun sunnah Nabi) kepada masing-masing dengan kemampuan nalarnya.
Ketiga, masalah yang tetap masih merupakan misteri dan rahasia yang tidak terjangkau akal budi manusia karena keterbatasannya. Misalnya, mengenai roh, alam ghaib, hidup sesudah mati, dan hakikat takdir yang bukan masalah perilaku beragama (religius) sehari-hari.
Sementara itu, adapula yang memfokuskan pada eksistensi tuhan, penciptaan alam semesta, dan kesusilaan. Muhajir menyimpulkan bahwa keyakinan religious tumbuh dalam penghayatan religious. Dengan kekuatan akal budi (ilmu dan filsafat), manusia dapat memitik kebenaran.