Indonesia seakan tak asing dengan gerakan teror, marilah kita menengok ulang pada Serangkaian aksi Bom bunuh diri yang dilakukan oleh Teroris di Surabaya, Sidoarjo dan Riau sebenarnya tak dapat dipisahkan dari persoalan Islam dan negara yang menjadi inti dari perjuangan teroris yang mengaku berjihad dan memusuhi demokrasi.Â
Tentunya jika dilihat dari berbagai perspektif banyak stimulan yang menyebkan aksi-aksi teror tercetus di beberapa tempat. Hal ini pun berkaitan erat dengan sejarah masa lalu Indonesia. Tepatnya empat tahun setelah Indonesia merdeka.Â
Saat itu terjadi juga konflik antara pemerintah dan masyarakat yang disebabkan oleh kekecewaan atas politik lokal yang menyebabkan pemberontakan DI-TII, yang dikatakan sebagai akar sejarah lahir dan berkembangnya gerakan radikal yang kemudian bermetamorfosa menjadi organisasi teroris.
Pemberontakan DI-TII merupakan awal mula benih-benih islam radikal di Indonesia. Meskipun konflik ini secara formal telah selesai pada 22 Mei 1962 melalui kompromi-kompromi politik yang dilakukan pemerintah Indonesia, yakni dengan diberlakukannya Daerah Istimewa Aceh, yang memberlakukan syari'at Islam melalui payung hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun
1965 (El Ibrahimi 2001)
Namun persoalan muncul dari sikap pemerintah Indonesia terhadap kelompok- kelompok yang pernah memberontak tersebut, para pelaku pemberontak pada saat itu tidak diberikah hukuman, malah menurut Kawilarang (2008:155) pemerintah menawarkan satu unit rumah dan mobil kepada Daud Beureuh yakni pimpinan DI-TII Aceh walaupun ia menolaknya, begitu pula para Pegawai negri sipil yang ikut memberontak diperbolehkan kembali untuk menjalankan dinas --dinas di pemerintahan (Syamsuddin 1990:346)
Sikap pemerintah ini sebetulnya yang menurut penulis merupakan salah satu akardari persoalan terorisme di Indonesia. Para pemberontak dimasa lalu dibiarkan bebas begitu saja dan kelak membentuk organisasi-organisasi baru yang berafiliasi denganbjaringan terorisme dunia.
Tulisan ini ingin mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah terorisme di Indonesia dan penyelesaiannya yakni: Apa penyebab gerakan terorisme di Indonesia?
A. Penyebab Terorisme di Indonesia
Setelah melakukan studi pustaka berupa penelitian tekstual terhadap beberapa buku dan jurnal yang telah diterbitkan, Penulis dapat menyimpulkan bahwa mencari akar permasalahan terorisme di Indonesia sangatlah sulit karena meliputi perspektif yang beragam. Namun penulis mencoba menarik benang merah melalui konsep 2 konsep yang dikemukakan oleh Gurr dan Bjorgo.
Gurr melalui bukunya "Why men rebel?" atau mengapa seorang laki-laki turut terlibat dalam kerusuhan politik (Aksi pemberontakan atau kudeta) .Â
Dalam hipotesanya, Gurr mengemukakan Relative devrivation adalah keadaan psikologis dimana seseorang merasakan ketidakpuasan atas kesenjangan atau kekurangan subyektif yang dirasakannya pada saat keadaan diri dan kelompoknya dibandingan dengan orang atau kelompok lain. Dan keadaan devrivasi ini dapat menimbulkan persepsi ketidakasilan
Disisi lain, Bjorgo dalam bukunya Root Causes of Terrorism: Myth, Reality, and Ways Foward . dalam bukunya, ia menyimpulkan dua penyebab terorisme. Yakni preconditions of terrorism dan precipitant of terrorism. Faktor pertama adalah faktor yang menyebabkan terorisme dalam jangka panjang, faktor ini merupakan faktor yang tidak langsung menyebabkan terorisme, namun faktor ini terjadi dalam jangka panjang dan merupakan efek dari globalisasi, modernisasi dan perdagangan bebas.