Kawasan Pasar Gede menjadi daya tarik bagi muda-mudi dalam menikmati malam. Wisatawan asal kartasura yang malam itu datang bersama teman-temannya, khusus menempuh perjalanan 30 menit dengan sepeda motornya untuk menikmati dan menyambangi malam merah menyala Kota Solo sekaligus mencicipi jajanan kuliner dan tidak lupa untuk berfoto ria diantara lautan manusia yang tengah berfoto di dekat lampion tersebut. "Ini pertama kali datang dalam perayaan imlek. Penasaran aja dengan suasana imlek di solo yang katanya menarik" ujar wisatawan dalam sebuah wawancara.
Sekitar 5000 an lampion terpasang di depan pasar Gedhe dan panitia perayaan festival imlek juga memasang lampion dengan bentuk 12 shio, serta neon box 12 shio, lampion shio tikus dan lampion Dewa Rejeki di Koridor Jensud hingga kawasan Pasar Gede. Selain festival lampion itu para pendatang juga disuguhi dengan perahu hias yang berjalan diatas kali pepe dengan pemandangan diatasnya yakni ribuan lampion yang terpampang, Perahu tersebut akan dijalankan oleh juru mudinya pada pukul 17.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB Karena itu pihaknya menyediakan penggal Kali Pepe yang melintas di tengah Kota Solo ini sepanjang 300 meter. Penumpang yang akan merasakan sensasi tersebut dipungut biaya Rp10.000 per orang, yang berkapasitas sekitar 11 orang, Untuk menjamin keamanan, perahu hanya boleh ditumpangi maksimal tujuh orang untuk sekali perjalanan.memang banyak para pengunjung yang mengeluh akibat kalinya bau akan tetapi jika tidak menaiki perahu tersebut akan merasa kurang karena itu sebuah pengalaman baru yang hanya bisa didapatkan setahun sekali saat perayaan imlek.
Guna menyemarakkan suasana keramaian tersebut pihak panitia penyelenggara juga menggelar bazar makanan dan minuman, pakaian dengan harga yang tentunya tidak akan merogoh kantong anda terlalu banyak yang berada di tepi Kali Pepe yang menampilkan potensi ekonomi rakyat dan mereka menyiasati agar pengunjung tidak merasa bosan mereka menggelar hiburan di tempat tersebut selama acara digelar."Hiburan yang kami adakan setiap malam diusahakan ganti terus. Di antaranya ada Koes Plus-an, musik bambu, band dan sebagainya," ujar Yunanto selaku pihak panitia penyelenggara.
Semua acara ini, festival ini diadakan tidak luput peran dari sang bapak pluralis kita yakni Abdurahman Wahid atau Gusdur, oleh karena itu hargailah jasa beliau karena berkat beliau orang tionghoa bisa bebas berekspresi akan agama mereka dan jangan jadikan alasan agama untuk perbedaan.