Mohon tunggu...
VICKY JANUAR FAHREZA
VICKY JANUAR FAHREZA Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang Mahasiswa, Anak, Saudara, Teman.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fenomena Migrasi Tenaga kerja di Era yang Semakin Terbuka dan Dampaknya

26 Maret 2025   11:55 Diperbarui: 26 Maret 2025   11:53 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan untuk menetap. Proses ini dapat melibatkan perpindahan masyarakat dalam satu negara yang disebut migrasi nasional dan perpindahan masyarakat antar negara yang disebut dengan migrasi internasional. Banyak faktor yang menjadikan masyarakat melakukan migrasi yakni dikarenakan kondisi ekonomi, bencana alam, ketidakstabilan politik dan mencari pekerjaan.

Fenomena migrasi sudah umum terjadi apalagi migrasi tenaga kerja. Fenomena migrasi tenaga kerja seringkali menjadi respons terhadap ketidakseimbangan ekonomi antar wilayah, baik dari sisi tingkat upah, kesempatan kerja, dan kualitas hidup. Perpindahan tenaga kerja tidak hanya terjadi pada tingkat dalam suatu wilayah atau negara tapi juga dalam konteks global atau antar negara. Pada era globalisasi ini migrasi tenaga kerja dan perdagangan internasional menjadi isu sentral dalam pembicaraan pembangunan ekonomi global.

Perpindahan tenaga kerja lintas negara tidak hanya sekedar fenomena demografis, melainkan juga menjadi instrumen penting dalam mengisi kekosongan pasar tenaga kerja, prtumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan sosial. Banyak negara maju yang menghadapi fenomena kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor. Di sisi lain negara-negara berkembang memiliki banyak tenaga kerja yang siap bekerja namun lapangan pekerjaan yang tersedia di negara mereka terbatas. Adanya globalisasi memicu adanya fenomena perusahaan multinasional memindahkan produksinya ke negara lain yang memiliki tenaga kerja lebih murah untuk meningkatkan efisiensi dan keuntungan. Hal ini menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat lokal, tetapi juga bisa mendorong lebih banyak orang berimigrasi ketika upah yang ditawarkan di negara asal masih rendah.

Migrasi terjadi karena adanya ketiddkaseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja di tingkat globlal. Negara-negara maju umumnya memiliki permasalahan demografis seperti populasi yang menua dan kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor. Sebaliknya, di negara berkembang umumnya terjadi fenomena bonus demografi dan surplus tenaga kerja namun dengan tingkat pengangguran yang tinggi, sehingga mendorong penduduknya mencari pekerjaan di luar negeri.

Migrasi tenaga kerja yang dilakukan oleh negara berkembang berfungsi sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingkat pengangguran di negara mereka. Selain itu, remitansi atau kiriman uang dari para pekerja migran menjadi salah satu sumber devisa yang signifikan. Menurut data dari Bank Dunia pada tahun 2024, remitansi global mencapai 685 milliar dolar AS, sementara menurut data dari Bank Indonesia remitansi yang didapat oleh Indonesia pada tahun 2024 yakni sebesar 15,7 millai dolar AS. Remitansi ini tidak hanya membantu keluarga pekerja migran dalam memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan investasi di sektor pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur lokal.

Perdagangan internasional memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi global. Dengan adanya liberalisasi perdagangan dan perjanjian perdagangan bebas, negara-negara memiliki akses yang lebih luas terhadap pasar dunia. Teori keunggulan komparatif menekankan bahwa setiap negara sebaiknya memfokuskan produksi pada barang dan jasa yang memiliki efisiensi relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain, dan kemudian memperdagangkannya untuk memperoleh barang yang kurang efisien diproduksi secara domestik. Dalam praktiknya, perdagangan internasional telah mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas, dan mempercepat transfer teknologi antar negara.

Bagi negara berkembang, keterlibatan dalam perdagangan internasional membuka peluang untuk mengintegrasikan diri ke dalam rantai pasok global. Misalnya, negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Indonesia, dan Thailand berhasil menjadi basis produksi manufaktur bagi perusahaan multinasional, terutama di sektor elektronik, tekstil, dan otomotif. Hal ini menciptakan lapangan kerja, meningkatkan ekspor, dan mendatangkan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI).

migrasi tenaga kerja dan perdagangan internasional dapat menjadi pendorong utama pembangunan yang berkelanjutan. Keduanya dapat membantu mengurangi kemiskinan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, tanpa regulasi yang tepat, bisa terjadi ketimpangan sosial dan eksploitasi tenaga kerja.

Untuk mencapai pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Negara-negara asal tenaga kerja harus meningkatkan pendidikan dan pelatihan keterampilan agar tenaga kerja mereka lebih siap bersaing di pasar global. Di sisi lain, negara penerima perlu memastikan bahwa pekerja migran mendapatkan hak-hak yang setara dengan pekerja lokal. Selain itu, perdagangan internasional harus didukung oleh kebijakan yang mendorong diversifikasi ekonomi agar negara berkembang tidak hanya bergantung pada ekspor komoditas mentah.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun