Mohon tunggu...
Via Mardiana
Via Mardiana Mohon Tunggu... Human Resources - Freelance Writer

Penulis Novel | Freelance Writer | Blogger | Traveller | Instagram : @viamardiana | Twitter: @viamardianaaaaa | Blog pribadi : www.viamardiana.com | Email : engineersukasastra@gmail.com atau mardianavia@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Cara Menjadi Gila

25 Juni 2019   21:12 Diperbarui: 25 Juni 2019   21:22 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang pria tengah bertelanjang dada sambil menghisap sebuah rokok disebuah tembok pinggir sungai. Tatapannya kosong namun bibirnya tetap bekerja menghisap rokok. Sesekali dia memainkan kakinya, mengayunkan ke depan ke belakang sebab dia duduk di tembok dengan tinggi sekitar 60 senti dipinggir sungai. Lalu, tak sengaja tangan kirinya mengenai batu yang digunakan untuk menahan alat pancing agar tidak jatuh. Namun, alat pancing yang tadinya aman saja kini terjatuh ke sungai. Beruntung saja, aliran sungai ini tidak deras namun tetap membuat alat pancingnya bergerak.


"Gusti!" kata pria tersebut.


Alhasil, pria tersebut harus menceburkan kakinya ke sungai di dalam kota yang airnya sulit didefinisikan dalam segi warna. Bau yang menyengat membuat orang-orang malas untuk mendekati sungai, namun berbeda dengan pria tersebut. Dari popok bayi, sandal bekas, kotoran orang-orang mengambang jelas menjadi pemandangan menjijikan setiap harinya. Pria tersebut awalnya tampak risih dengan apa yang dilihatnya, tapi melepaskan alat pancing satu-satunya jelas bukan pekerjaan yang mudah.


Pria bernama Komarudin itu sangat gemar memancing. Sayangnya, dia tidak pernah mendapatkan ikan dari hasil memancingnya. Beberapa orang sudah mengingatkan bahwa disungai tersebut tidak pernah ada ikan, namun Komarudin tetap memancing dari pagi sampai sore setiap harinya.
Pria dengan tubuh kurus tinggi tersebut menarik nafas dalam-dalam. Dia merasakan kakinya menginjak sesuatu yang lunak. Dalam hatinya dia berharap yang diinjaknya adalah tanah, naas ternyata itu adalah kotoran yang dia keluarkan satu jam yang lalu sebelum dia memutuskan memancing di sungai ini.


"Gusti!" kata pria tersebut.


"Masya Allah, ngapain Din?" tanya Mbok Yum, seorang penjual jamu.


"Alat pancingku jatuh, Mbok Yum," teriak Komarudin.


Mbok Yum hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Komarudin. Setiap hari, Komarudin menghabiskan waktu untuk memancing di sungai yang kotor yang jelas-jelas tidak ada ikannya, jika Komarudin dapat ikan pun pasti akan menjijikan untuk memakannya.


Akhirnya Komarudin berhasil mengambil alat pancingnya dalam keadaan kaki menginjak kotorannya sendiri. Dia mencuci kakinya dengan air sungai yang kotor tersebut lalu kembali keatas dimana tadi dia menghabiskan waktunya untuk melamun. Tak sampai lima menit, Komarudin memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya tanpa membawa satu pun ikan.


Jarak dari sungai ke rumahnya memang tidak begitu jauh. Tapi, kebiasaan Komarudin harus melewati pasar kecamatan terlebih dahulu agar lewat rumah pak Rohim, tetua di desa tersebut. Tujuannya agar dia mendapatkan jatah rokok dari pak Rohim yang merupakan sahabat bapaknya dulu.


"Dapat ikan kamu hari ini?" tanya pak Rohim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun