Menyingkap Megahnya Monumen Reog Ponorogo. Di tengah hamparan perbukitan yang hijau dan udara sejuk khas Jawa Timur, berdiri megah sebuah karya arsitektur yang bukan sekedar patung biasa. Ia adalah Monumen Reog Ponorogo, sebuah mahakarya yang menjulang tinggi, menjadi simbol kebesaran dan kekayaan budaya Ponorogo. Monumen ini bukan hanya penanda geografis, melainkan juga cerminan jiwa dari seni tradisional yang telah mendarah daging di tanah kelahirannya, yaitu Reog Ponorogo.
Lebih dari sekadar tugu peringatan, Monumen Reog Ponorogo adalah sebuah deklarasi visual yang menggaungkan identitas sebuah kota. Setiap lekuknya, dari ukiran Singo Barong yang gagah hingga jalinan bulu merak yang anggun, menceritakan kembali legenda dan semangat yang tak pernah padam. Artikel ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam makna di balik kemegahan monumen ini, menyingkap kisahnya, dan memahami mengapa ia begitu penting bagi masyarakat Ponorogo.
Ponorogo selalu memiliki keunikannya sendiri, setelah Reog Ponorogo ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO, pemerintah berkeinginan untuk menjadikan Monumen Reog dan Museum Ponorogo setinggi 126 meter sebagai salah satu destinasi wisata baru dan menjadi andalan di Jawa Timur.
Hal ini disampaikan Sekretaris Menteri Koordinator (Sesmenko) Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, dalam siaran tertuisnya, Senin (13/1/2025). Susiwijono menyampaikan tentang pembiayaan lanjutan pembangunan MRMP terkait kebutuhan tambahan anggaran senilai Rp164,7 miliar dalam beberapa tahun ke depan akan tercukupi melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Tapi karena ini untuk daerah, namanya KPDBU yaitu skema pembiayaan kerja sama pemerintah daerah dan badan usaha.
Menurut dia, pembiayaan untuk merampungkan MRMP sudah disepakati dalam rapat bersama Bappenas, Kementerian Keuangan, dan sejumlah kementerian lainnya yang berkaitan. Pembangunan Monumen Reog Ponorogo dipilih untuk ditetapkan dilokasi yang sangat strategis, yaitu di Gunung Gamping, Desa Sampung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo. Lokasi ini dipilih tidak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena posisinya yang berada di pintu masuk ke Ponorogo dari arah Jawa Tengah. Hal ini menjadikan monumen ini sebagai sambutan megah bagi para pengunjung yang datang dari barat.
Mengenal lebih dalam mengenai elemen-elemen yang terdapat pada Monumen Reog Ponorogo yaitu Dadak Merak Ini adalah elemen paling ikonik dari Reog, yaitu topeng besar yang menyerupai kepala harimau dengan mahkota bulu merak yang megah. Dadak merak ini merupakan simbol kekuatan dan keindahan, yang dipikul oleh penari utama dengan Singo Barong yang menjadi figur utama yang diwakili oleh patung singa besar, Singo Barong adalah gambaran seekor singa hutan yang kuat, dan dalam pertunjukan Reog, dia adalah pemimpin yang gagah berani.
Perlu kita ketahui juga bahwa ketinggian Monumen Reog Ponorogo melebihi tinggi patung Garuda Wisnu Kencana (GWK). Monumen Reog Ponorogo yang sedang dalam tahap pembangunan dirancang untuk mencapai ketinggian yang lebih impresif, yaitu 126 meter. Patung ini, yang akan menggambarkan sosok penari reog yang ikonik, akan menjadikannya patung tertinggi di Indonesia, mengalahkan rekor yang dipegang GWK. Ketinggian Monumen Reog Ponorogo bukan hanya soal memecahkan rekor. Proyek ini merupakan perwujudan visi untuk mempromosikan kekayaan budaya Ponorogo, khususnya seni Reog yang telah diakui sebagai warisan budaya takbenda. Monumen ini diharapkan menjadi magnet baru bagi pariwisata, menggerakkan ekonomi lokal, dan menumbuhkan rasa bangga di kalangan masyarakat. Dengan dibangunnya monumen ini, Ponorogo tidak hanya akan dikenal sebagai kota Reog, tetapi juga sebagai rumah bagi salah satu karya seni monumental paling ambisius di Indonesia. Monumen ini menjadi bukti bahwa tradisi bisa bersanding harmonis dengan kemajuan, menciptakan simbol yang tidak hanya megah secara fisik, tetapi juga kaya akan makna dan sejarah.
Dari sudut pandang ekonomi pembangunan Monumen Reog Ponorogo ini diharapkan menarik wisatawan domestik dan internasional, Pemerintah daerah berharap, monumen ini akan menjadi magnet baru yang meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Ponorogo secara signifikan. Dengan demikian, roda ekonomi lokal akan berputar lebih cepat, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mungkin beberapa rencananya akan seperti ini, mencakup pembangunan museum, pusat kuliner, dan area pementasan seni. Fasilitas ini akan mengubah area sekitar monumen menjadi pusat kegiatan budaya dan ekonomi yang aktif, menarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Namun perlu di ingat bahwa dampak pembangunan Monumen Reog Ponorogo dapat mengancam mata pencaharian pertambangan dan pengolah batu kapur yang berada disekitar Gunung Gamping. Pemerintah daerah perlu menawarkan solusi alternatif, seperti pelatihan dan dukungan untuk beralih ke usaha pariwisata. Pembangunan di bekas area penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Upaya konservasi dan rehabilitasi lingkungan harus menjadi prioritas, Komersialisasi Reog Ponorogo untuk kepentingan pariwisata dapat mereduksi nilai-nilai sakral dan magis dari kesenian tersebut. Perlu ada keseimbangan antara promosi budaya dan pelestarian nilai-nilai tradisional. Monumen Reog Ponorogo memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat Ponorogo, terutama dalam peningkatan ekonomi dan pelestarian budaya. Namun, dampak negatif juga perlu diantisipasi dan dikelola dengan baik. Dengan perencanaan yang matang, partisipasi masyarakat, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
Monumen Reog Ponorogo bukan sekadar tugu batu atau konstruksi megah; ia adalah manifestasi dari mimpi, harapan, dan semangat gotong royong masyarakat Ponorogo. Pembangunannya adalah sebuah perjalanan panjang yang melibatkan banyak pihak, dari pemerintah daerah hingga masyarakat akar rumput. Tantangan dan hambatan pasti ada, namun dengan tekad yang kuat dan kerjasama yang solid, semua itu dapat diatasi. Keberadaan monumen ini diharapkan tidak hanya mendongkrak sektor pariwisata dan ekonomi lokal, tetapi juga menjadi pusat pelestarian dan pengembangan seni budaya Reog Ponorogo. Lebih dari itu, Monumen Reog Ponorogo adalah simbol identitas dan kebanggaan yang akan terus dikenang oleh generasi mendatang. Mari kita jaga dan rawat bersama, agar monumen ini tetap berdiri kokoh sebagai cerminan semangat dan jati diri masyarakat Ponorogo.
Daftar Pustaka