Mohon tunggu...
Abdi Galih Firmansyah
Abdi Galih Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Menebar benih kebaikan, menyemai aneka bunga peradaban, panen kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Malang Saja, Jangan Malang

16 Agustus 2022   21:17 Diperbarui: 16 Agustus 2022   21:22 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Never too old to learn": tidak akan pernah tua untuk belajar 

Sebuah quotes dari salah seorang dosen saya yang terhormat Dr. Blasius Boli Lasan, M. Pd. Kembali teringat oleh saya bahwa di kota Malang ini saya tak boleh malang dan tak boleh berputus asa dalam pengembaraan untuk mencari ilmu dan jati diri. Sebelum menginjakkan kaki di atas bangku semester 5 nanti, saya mencoba merenungi kembali apa yang menjadi tujuan saya di Malang ini. 

Kerap kali saya merasa cemburu ketika melihat banyak di antara teman-teman se-angkatan yang memiliki skill lebih daripada saya, bisa dibilang mereka yang lebih punya jiwa kemahasiswaan daripada saya. Mereka yang suka membahas isu berita terkini dan melek fashion, sedangkan saya yang abai fashion. 

Di saat melihat teman teman yang sudah berani mencari uang sendiri dan sama sekali tak nggandol pada orang tua meskipun kuliah sedangkan saya?  di situlah saya mulai merasa ada yang harus diubah dalam hidup ini. Saya tak boleh diam, harus berdzikir, harus berfikir, dan harus beramal !

Udah semester 5, dapat apa?  

Ternyata kuliah itu tak mudah, beragam fenomena sosio-kultural kampus telah sering memancing kontradiksi dalam benak saya. Beragam budaya yang ada di Malang ini tak mudah untuk berlincah adaptif bagi saya. 

Melihat background saya yang dididik dalam lingkungan sederhana beraroma desa: dunia sorogan dan bandongan ala pesantren yang tiba-tiba dihadapkan situasi kota yang begitu hingar bingar saya pun kaget. Kalau hanya sekedar menulis dan membaca saya pun bisa, akan tetapi ada Sosio-kultural yang lebih menantang untuk dihadapi secara bijaksana itulah yang sulit. 

2 tahun sudah terlewat, 4 semester Alhamdulillah lulus lulus saja meskipun dengan IPK yang tak bagus bagus amat. Saya tak begitu memperdulikan apa yang telah didapat dalam waktu 4 semester itu, karena pembuktian adalah masa depan dan masa lalu tidak berhak untuk dihakimi begitu saja. 

Yang jelas ada perubahan dan wawasan baru untuk dipikirkan dan bermuhasabah. Sesuai dawuh sahabat Umar: Jaddidi safinata faainnal bahra 'amiiq. "dandanono kapalmu amerga segara kui amba. Memang sengaja saya artikan dalam bahasa jawa karena getaran makna jawa lebih merasuk ke dalam hati bagi saya. 

Artinya adalah perbaiki kapalmu sebab samudra itu luas. Kurangnya kemampuan public speaking, masih malu berbaur dengan orang baru, dan mengerjakan pekerjaan kelompok secara sendirian. Kira kira itu yang harus diperbaiki agar kapal saya nanti dapat berlabuh lancar di atas samudra kehidupan. 

Andaikan saja sahabat Umar masih hidup pasti saya sudah diketak dengan lagak menertawakan hahaha.... Masa ummati rosulillah tak bisa menyelesaikan masalah duniawi yang sepeleh begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun