Manusia memanglah makhluk sosial, makhluk yang selalu butuh teman, saudara, dan lingkungan canda tawa, serta kegiatan yang basisnya team work. Akan tetapi pernahkah anda entah melihat atau mengalami sebuah gejala yang sangat tak mengenakkan hati, membosankan, dan bahkan menjadi suatu trauma bagi kita untuk pergi jauh jauh dari pengalaman dan kenangan itu.
Yaitu sepi, hening, bahkan kaku di dalam sebuah keramaian yang kita benar benar berkawan, mengenal jelas mereka dalam kawasan keramaian itu. Ya benar, merasakan sepi dalam sebuah keramaian. Mungkin kalian heran, masa sih ada gejala seperti itu ?. Percaya atau tidak, terserah anda, saya tak ada hak untuk memaksa, gejala itu memang benar terjadi. Sayalah salah satu dari mereka yang mengalami gejala itu
Sepi di dalam kesendirian bagi saya bukanlah masalah, sama sekali bukan masalah, juga bukan suatu hal yang patut dikasihani menurut pandangan manusia sosial pada umumnya. Justru saat saat seperti itulah waktu yang memang kenyamanan dari segala kenyamanan di dunia ini yang tuhan berikan kepada saya. Momen momen itu adalah saatnya benih benih hidayah, hikmah kehidupan, kesadaran pikir, instropeksi dan prasangka baik yang tuhan jatuhkan dalam hati saya khususnya dan bagi orang orang ma'rifat dan pemikir kritis pada umumnya.
Akan tetapi kesepian di dalam keramaian itu yang masalah, sangat masalah. Rasanya kita sudah tak hidup lagi, meskipun secara fisik dan biologis kita dikatakan hidup. Tapi jiwa kita bisu, tuli, buta, dan tak berasa apapun, dan lama kelamaan matilah jiwa itu. Apapun itu janganlah kita bersifat pasrah, seolah olah dalam suasana ramai takdir kita memang itu, ya mau gaimana lagi.
Ya nggak usah seperti itulah, tetaplah menganggap bahwasanya kita sedang berjuang menegakkan ayat tuhan yaitu
قل بفضل الله وبرحمته فبذالك فليفرحوا
Mari tetap berbahagia, ceria, semangat, dan menggalakkan betul beutul segala kepositifan di dalam diri kita ketika menghadapi rahmat, fadlilah, dan ujian tuhan. Misi hidup kita sebenarnya ya itu sih, tak lebih!
Dan suatu saat kita akan mengerti bahwasanya kita tak pernah sepi. Mungkin ide yang saya tuliskan di catatan sederhana ini terkesan jlimet, seolah olah saya tak konsisten menggirirng suatu permasalahan. Ya mau gimana lagi, hidup ini memang super kompleks komperhensif. Dan dalam kekomperhensifan itu kita hanyalah manusia.
Masih ada tuhan di hati kita, masih ada kanjeng nabi yang masih konsisten dan tak lupa untuk terus mengamati kelakuan umatnya. Masih ada para ulama yang memang mereka tak benar benar mati, masih membimbing kita dari kejauhan. Dan yang satu ini memang benar benar teman sejati kita, siapa?, HATI NURANI!
Betul, hati nurani selalu membisiki kita agar tak bosan bosan menginstropeksi pikiran, prinsip, dan pegangan ide yang kita punya. Ia tak akan pernah bosan, mari sejenak melantunkan kalimat hamdalah sebagai bentuk syukur kita dengan diciptakannya si hati nurani ini.