Mohon tunggu...
Veronica Maureen
Veronica Maureen Mohon Tunggu... Penulis - Communication Science Student

I am a communication student who loves to write and tell inspirational stories. Interested in environmental issues and sustainable living.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Degradasi Hutan, Satwa Endemik, dan Apa yang dapat Kita Lakukan?

12 September 2019   15:06 Diperbarui: 12 September 2019   16:29 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.transformational.travel

Urgensi saat ini: menekan arus deforestasi dan eksploitasi sumber daya di hutan

Hutan dijarah, industri kelapa sawit serta pulp dan kertas mendominasi

Hutan yang kita kenal ialah tidak lain atas perannya sebagai paru-paru dunia. Dengan jutaan ribu pohon yang ada, hutan dan segala isinya menyimpan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang begitu besar -- sebagai penyeimbang ekosistem bumi dan menjaga kestabilan iklim dunia.

 Namun, tidak hanya itu. Sumber daya di dalamnya juga manusia manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan tanpa kita sadari.

Oleh karena itu, laju deforestasi hutan di Indonesia sendiri semakin meningkat dari tahun ke tahun, didukung dengan tingginya permintaan pasar. 

Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya.Dua industri besar yang berperan atas alih fungsi lahan ialah industri pulp dan kertas serta industri kelapa sawit.

Merespon urgensi deforestasi hutan dan alih fungsi lahan yang masif mengakusisi hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan, pemerintah menerapkan INPRES No.8/2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit Serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit.

Namun, rupanya masih ditemui kegagalan dalam perlindungan kawasan hutan selama diberlakukannya moratorium sawit tersebut. Lebih dari satu juta hektar hutan dalam area moratorium telah terbakar antara 2015-2018. Bahkan sejak pertama kali diperkenalkan, laju tahunan rata-rata deforestasi ialah 137.000 hektar per tahunnya.

Hal ini tidak hanya berdampak terhadap hilangnya pohon-pohon sebagai pemasok oksien dan penjaga iklim dunia. Namun juga kehilangan seluruh keanekaragaman hayati didalamnya.

Hutan kehilangan wibawanya sebagai habitat alami bagi satwa-satwa endemik Indonesia

Gergaji-gergaji besi memangkas rumah mereka, dan timah panas menembuh tubuh dan organ-organ mereka. 

Deforestasi hutan menjadi ancaman paling utama bagi satwa-satwa didalamnya diikuti dengan perburuan liar dan pembunuhan balas dendam. 

Satwa-satwa endemik Indonesia tidak hanya harus berjuang melawan tekanan kehilangan habitat aslinya, juga harus menghindari dari kejaran perburuan liar.

Orangutan, Harimau, Gajah, Badak dan Penyu terus bertempur melawan musuh-musuh yang mengancam keberlangsungan hidup mereka. Semakin menyusutnya habitat asli dan kurangnya makanan mendorong satwa-satwa ini untuk memasuki area penduduk -- yang memancing konflik langsung antara satwa dengan manusia dan berakhir dengan pembunuhan.

Mereka diburu untuk dijual dan dimakan. Orangutan diburu, betina ditangkap dan anak-anaknya dijadikan hewan peliharaan. Cula badak dan gading gajah diambil sedang sisa bagian tubuh lainnya dibiarkan membusuk di lokasi. 

Seluruh bagian tubuh Harimau mulai kumis hingga ekornya menjadi komoditas yang diminati pasar dunia -- mulai sebagai obat hingga penentu standar status sosial.

What can we do? -- Apa yang dapat kita lakukan?

Manusia sebagai makhluk paling berpengaruh: memberi dampak negatif atau memulihkan bumi?

Manusia adalah makhluk paling berpengaruh dan paling adidaya di bumi. Kita bisa menciptakan teknologi, membangun peradaban dan beradaptasi dengan berbagai situasi alam. Dan kita jugalah yang bertanggung jawab atas kerusakakan bumi.

Konsumi sumber daya alam dan gaya hidup kita, 7 miliar penduduk dunia saat ini telah melampaui kemampuan bumi untuk memulihkan diri secara alami. 

Bumi telah sampai pada batas ekologi dan kemampuannya. Apabila tidak ada upaya untuk mengurangi konsumsi dan eksploitasi sumber daya alam -- bumi dan segala isinya akan mengalami kehancuran dan kelangkaan sumber daya alam.

Dalam kampanye #BeliYangBaik oleh WWF-Indonesia, dipaparkan bahwa kegiatan konsumsi manusia dimulai dari pemilihan produk, dilanjutkan dengan penggunaan dan proses pembuangannya. 

Manusia -- dalam aktivitas  konsumsinya -- dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dengan memperhatikan 3 tahap dalam proses konsumsi.

Dalam tahap awal: pemilihan. Kita dapat memaksimalkan efektivitas penggunaan barang dengan memilih barang yang kita perlukan saja, juga barang yang awet -- sehingga tidak perlu membeli lagi, dan juga barang yang lokal -- karena tidak memakan waktu dan tenaga yang banyak dalam proses produksi hingga sampai ke tangan konsumen. 

Selain itu juga membeli barang yang alami dan ekolabel. Dengan membeli yang alami, kita dapat menekan penggunaan pestisida dan zat kimia lain yang digunakan dalam pertanian yang merusak tanah.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip sederhana dalam proses konsumsi, kita dapat mengurangi dampak negatif pola konsumsi kita terhadap bumi. 

Bumi sudah kehilangan kemampuan untuk memulihkan dirinya sendiri, ini adalah tugas kita bersama untuk menjaga keseimbangan dunia, mempertahankan hutan-hutan dan menjaga kestabilan iklim dunia.

~~~

Source: 1 2 3 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun