Mohon tunggu...
Veronika Dina
Veronika Dina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Kopi Kuningan

26 Oktober 2016   00:34 Diperbarui: 26 Oktober 2016   00:55 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zeze saat menyeduh secangkir kopi di Otaku.

Siapa yang tidak tahu kopi? 

Semua orang tahu kopi, tapi tak semua orang mengerti kopi. 

Semua tahu kopi itu pahit, tapi tak semua orang tahu kopi itu sejak bibit.

Kurang lebih satu tahun lalu, Zainal Hafsa (30th) alias Zeze memutuskan untuk membuka kedai kopi di Kuningan. Berawal dari kejenuhannya sebagai akuntan publik di kota Bandung, ia mulai berpikir untuk membuat usaha sendiri. Sejak jatuh cinta pada kopi Aceh Gayo, Zeze menapakkan kaki ke berbagai cafe dan kedai kopi di Bandung yang memberinya inspirasi untuk membuka kedai kopi di tempat kelahirannya. 

Bukan hal mudah untuk membuka kedai kopi di Kota Kuda. Sebagian besar masyarakat  sudah terbiasa meminum kopi jenis sachet yang sebenarnya kurang baik dikonsumsi jangka panjang. Secangkir kopi yang diseduh secara manual belum bersahabat di lidah warga Kuningan. "Hanya 20% yang sudah biasa ngopi di cafe dan ngerti kopi" tutur Zeze. Tantangannya adalah ia harus memperkenalkan kopi pada orang-orang yang belum kenal kopi beserta manfaatnya. 

Zeze banyak bercerita tentang kopi dan manfaatnya pada setiap pelanggan yang datang ke Otaku. Nama Otaku berasal dari bahasa Jepang yang artinya penggemar. Filosopi dari nama Otaku itu perlahan mulai terlihat. Semakin banyak orang yang datang ke cafe yang terletak di depan Perum Ciporang, Kuningan ini, artinya penggemar kopi semakin banyak. Zeze bisa tersenyum manis. Usahanya untuk memperkenalkan kopi yang disuguhkan dengan manual brewing berhasil diterima masyarakat.

Namun, terus bertambahnya penggemar kopi tidak diimbangi dengan ketersediaan biji kopi. Dari awal Otaku berdiri, green bean kopi didatangkan langsung dari Bandung. Keterbatasan jarak tempuh, serta berkurangnya pasokan kopi dari Bandung membuat Zeze harus memutar otak. Ia memberanikan diri mencari biji kopi lokal untuk menjadi tambahan di Otaku. Melalui seorang teman, ia dikenalkan dengan kopi jenis arabika yang ditanam di Ciputri, Cisantana. Kopi yang belum bernama itu akhirnya dinamai Kopi Ciputri sebagai kopi lokal Kuningan pertama yang diseduh secara manual di Otaku. 

Tidak berhenti sampai disana, Zeze merasa semakin tertantang untuk mencari kopi-kopi lokal Kuningan. Mengingat, Kuningan berada di kaki Gunung Ciremai yang subur dan memiliki ketinggian yang cocok untuk ditanami kopi jenis arabika. Hingga saat ini ada empat kopi lokal seperti Kopi Ciputri, Palutungan, Darma dan Cibeureum yang mengisi deretan kopi-kopi di Otaku. Kini cita rasa khas Kuningan dapat bersaing dengan kopi kenamaan lainnya.

Terbukti pada bulan September lalu, di sebuah festival kopi "Simfoni Kopi Indonesia", Kopi Ciputri menjadi kopi lokal favorit pengunjung. Tak heran jika permintaan akan kopi lokal Kuningan semakin meningkat. Zeze dan beberapa temannya pun tak kenal lelah untuk memberikan sosialisasi dan workshop kepada petani kopi setempat tentang bagaimana cara menanam dan memelihara kopi hingga dihasilkan kopi dengan kualitas yang baik. Tak hanya itu, Zeze pun mengusahakan untuk mendapatkan bantuan bibit kopi dengan mengajukan permohonan bantuan bibit kopi ke pemerintah. Setidaknya, Zeze berharap dalam tiga tahun kedepan permintaan kopi lokal sudah dapat terpenuhi. 

Usaha yang dilakukan Zeze semata bukan hanya untuk keuntungannya sendiri, melainkan untuk menghidupkan geliat petani kopi di Kuningan. Ia ingin menjadikan kopi lokal Kuningan dapat dinikmati para maniak kopi di kancah nasional seperti halnya kopi Toraja, Aceh Gayo, Bali Kintamani, dll. 

Kopi dirawat dengan penuh ketelatenan dan kesabaran, diseduh dengan penuh cinta, hingga menimbulkan kerinduan  di lidah penikmatnya. Begitulah kopi, pahit namun menyebabkan ketagihan. Kopi bukan hanya kenikmatan, tetapi ada makna dan cinta dalam setiap tegukannya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun