Satu kata buat autoimun? Mengerikan, satu-satunya penyakit yang penyebabnya dari hal-hal yang nggak terduga misalnya batuk. Sebelum itu, kenalin, aku “Dara” si paling skeptis sama yang namanya “batuk”. Bagiku “batuk” itu cuman “penyakit bocah”. Ikutin kisah aku disini yuk, tentang perjuangan aku melawan batuk yang hampir membawa ke jurang penyakit bernama “Autoimun”. Dramatis kaya catatan harian tentang mantan tapi kenyataannya bukan, dan pastinya ada pembelajaran yang bisa kamu ambil biar nggak tersesat dijalan.
Rutinitas Sepele Ternyata Nyakitin
Keteteran deadline kerjaan, stress out, bikin aku jadi males “masak”. Jadinya, sering beli makanan di luar yang belum tentu ada nutrisinya, bisa jadi zonk. Ditambah lagi, ada aja ‘tawaran maut’ dari teman yang ngajakin nongki terus. Akhirnya, minum air putih pun sering kelewat. Pagi ngeteh, siang ngopi, malam pun masih ngopi. Rasanya ketemu galon Aqua itu jadi momen langka.
Ada Yang Aneh Tapi Apa ya?
1 tahun dengan siklus gaya hidup yang toxic, akhirnya aku kena batunya juga. Awal-awal batuk biasa “minumin obat ntar juga hilang”, tapi kok udah 2 minggu nggak sembuh-sembuh juga. Heran, obatnya kurang manjur kayanya. Takut, tapi “masa iya batuk sepower ini sih bikin aku tumbang”, nggak bisa disangkal lagi ketakutan aku ketika, rambut mulai rontok terus, berat badan turun drastis. Lagi-lagi aku abaikan, sampai dimana dada ngerasa sesak, nafas berat dan pingsan. Bangun-bangun udah ada di klinik, terus di kasih tahu kalau mengidap ”gejala autoimun”. Paniknya bukan level 2 lagi, tapi udah level 10. Makin kepikiran lagi sama biaya perawatannya yang mahal. Bener-bener deh!
Ditolongin Pahlawan Kepagian
Di tengah-tengah kepusingan mikir biaya dan cara gimana biar sembuhnya, secara kebetulan atau gak, lewat iklan susu kambing yang katanya bisa dukung penyembuhan batuk. “Masa iya susu kambing bisa ngatasin batuk”, ragu sih tapi boleh lah dicoba dulu. Dengan segala sisa uang yang ada, 2 box susu kambing bermerk “etafit” sampai juga di tangan. Panduannya, cukup diminum 2 kali sehari, sempet kaget sama rasanya. Ringan, enak, dan nggak bau kambing. Setelah habis 1 box, gejala batuk aku meringan, badan juga mulai berstamina, rambut nggak serontok sebelumnya. Disini aku minum Etafit sebagai pendukung ya, obat resep dokter dan pola makan yang sehat itu tetap prioritas. 3 bulan kemudian, pas coba cek lagi ke klinik, gejala autoimun divonis “usai”. Satu kata yang terucap: “lega”.
Penutup: Batuk Itu Bukan Penyakit Bocah
Punya masalah batuk kayak aku? Jangan diabaikan ya! Segera cegah dan atasi dengan langsung konsultasi ke dokter terdekat, atau bisa banget cobain susu etafit buat bantu meringankan gejala batuk sekiranya berat. Tenang aja, aman dikonsumsi buat ibu hamil, menyusui dan diabetes. Bebas pemanis dan pengawet. Yuk yang mau samaan suplemennya sama aku, klik langsung Etafit ya. Ingat! Sehat itu mahal, jadi jangan dibikin makin mahal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI