Oleh : Vera Syukriana,S.Pd.
Jum'at, pada puasa keempat Umar masih bertahan untuk melaksanakan puasa. Hari itu, Umar kadang-kadang Umar merasa haus tapi tidak mau membatalkan puasa. Dia punya alasan yang kuat untuk dapat mempertahankan puasa karena ada Devon sahabat terbaiknya yang selalu memberikan motivasi dan pengingat dia untuk tetap menjaga shaum sampai puasa keempat.
Devon juga seperti itu. Dia selalu menunggu pesan suara dari Umar. Bahkan menurut cerita Umi Devon, untuk membangunkannya agar terbangun dan mengerjakan sholat sangat mudah sekarang. Uminya mendengarkan suara rekaman Umar ketelinga Devon dan secara cepat dia merespon. Yang akhirnya, membangunkan dan menyeru Devon untuk beribadah. Sungguh persahatan yang luar biasa.
Sepulang Umi sekolah, seperti biasanya Umar meminta HP umi. Meminta bukan berarti untuk menonton youtube atau bermain game tapi dia membuka whatsupp uminya Devon dan melihat berita terbaru atau pesan terbaru dari sahabatnya. Dia selalu mengharapkan ada rekaman suara yang dikirim khusus untuk Umar. Kalau tidak ada, dia mendengarkan rekaman-rekaman sebelumnya.
Saat asyik mendengar rekaman yang sudah berlalu, ada bau yang menggoda di meja makan. Dia meletakkan HP dan menuju sumber bau.
"mmm...harum sekali. Apa tu, Mi", tanya Umar kepada Umi yang sedang mengeluarkan barang belanjanya dari pasar pagi.
"Ada deh", jawanb umi buat Umar penasaran.
Tanpa pikir panjang, dia membuka kantong kresek hitam yang mengundang bau yang menyengat. Dia buka ikat yang sulit dilepas. Namun, dia tetap berusaha untuk melepas dan melihat apa sebenarnya yang ada dalam kantong.
Umar tidak mau menyerah. Umi pun membiarkan Umar berusaha sendiri.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa juga", kata Umar makin penasaran.
Buanh kuning, berdaging, berbiji, dan memiliki harum yang menggoda itu ternyata buah nangka. Umar sangat ingin memakannya.
"Umi, Umar mau."
"Makanlah, nak. Nanti Umi kasih tau sama Devon Umar hari ini batal puasanya karena nangka", jawab Umi seloroh.
"Hehehe...enggak jadi, mi. Insyaallah Umar sanggup", jawab Umar pasrah tapi tak rela.