Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma

Ramadhan Bersama Umar (Part 11 Ada Apa dengan Buah Nangka?)

20 April 2021   08:27 Diperbarui: 20 April 2021   08:43 530 4
Oleh : Vera Syukriana,S.Pd.

Jum'at, pada puasa keempat Umar masih bertahan untuk melaksanakan puasa. Hari itu, Umar kadang-kadang Umar merasa haus tapi tidak mau membatalkan puasa. Dia punya alasan yang kuat untuk dapat mempertahankan puasa karena ada Devon sahabat terbaiknya yang selalu memberikan motivasi dan pengingat dia untuk tetap menjaga shaum sampai puasa keempat.

Devon juga seperti itu. Dia selalu menunggu pesan suara dari Umar. Bahkan menurut cerita Umi Devon, untuk membangunkannya agar terbangun dan mengerjakan sholat sangat mudah sekarang. Uminya mendengarkan suara rekaman Umar ketelinga Devon dan secara cepat dia merespon. Yang akhirnya, membangunkan dan menyeru Devon untuk beribadah. Sungguh persahatan yang luar biasa.

Sepulang Umi sekolah, seperti biasanya Umar meminta HP umi. Meminta bukan berarti untuk menonton youtube atau bermain game tapi dia membuka whatsupp uminya Devon dan melihat berita terbaru atau pesan terbaru dari sahabatnya. Dia selalu mengharapkan ada rekaman suara yang dikirim khusus untuk Umar. Kalau tidak ada, dia mendengarkan rekaman-rekaman sebelumnya.

Saat asyik mendengar rekaman yang sudah berlalu, ada bau yang menggoda di meja makan. Dia meletakkan HP dan menuju sumber bau.

"mmm...harum sekali. Apa tu, Mi", tanya Umar kepada Umi yang sedang mengeluarkan barang belanjanya dari pasar pagi.

"Ada deh", jawanb umi buat Umar penasaran.

Tanpa pikir panjang, dia membuka kantong kresek hitam yang mengundang bau yang menyengat. Dia buka ikat yang sulit dilepas. Namun, dia tetap berusaha untuk melepas dan melihat apa sebenarnya yang ada dalam kantong.

Umar tidak mau menyerah. Umi pun membiarkan Umar berusaha sendiri.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa juga", kata Umar makin penasaran.

Buanh kuning, berdaging, berbiji, dan memiliki harum yang menggoda itu ternyata buah nangka. Umar sangat ingin memakannya.

"Umi, Umar mau."
"Makanlah, nak. Nanti Umi kasih tau sama Devon Umar hari ini batal puasanya karena nangka", jawab Umi seloroh.
"Hehehe...enggak jadi, mi. Insyaallah Umar sanggup", jawab Umar pasrah tapi tak rela.

Abi mengalihkan perhatian Umar dengan mengajak Umar bersiap sholat Jum'at  ke mesjid komplek rumah. Dia memakai pakaian biru dan peci nasional kesukaannya. Dia berlari meminta uang infak pada umi. Dia tidak akan pernah lupa membawa infak kalau sholat ke mesjid. Walau pun hanya 500 rupiah.

Kali itu, Umar tidak jadi mengambil uang yang diberikan umi. Dia mengambil dompet yang berisi uangnya sendiri hasil kerjanya membantu umi selama ini.

Di rumah Umar dibiasakan untuk mendapatkan sesuatu dengan uangnya sendiri. Misalnya akan biaya brenang, beli mainan, dan lainnya dia harus kumpulkan uang dulu. Sehingga dia perlu usaha untuk mengumpulkan.

Caranya sangat mudah. Apabila dalam satu hari Umar mencuci piringnya sendiri maka Umar akan diberi Umi uang dua ribu rupiah. Ini berlaku, setiap hari. Sehingga Umar dapat mengumpulkan uangnya. Kalau dia berhasil menghafal satu surat dengat baik seperti surat An-Naba' sebanyak 40 ayat, maka diberi uang Rp 50.000,00.

Hal ini umi lakukan agar umar memahami kalau kita harus berusaha sebelum mendapatkan sesuatu. Sebenarnya memberi anak uang agar bekerja tidak baik. Tapi, selagi ini untuk membiasakan Umar bertanggung jawab pada diri dan bersemangat, menurut umi ini baik. Dan cara ini hanya berlaku saat Umar masa kecil sekarang. Agar besar nanti dia terbiasa melakukan tanggung jawab tanpa mengharapkan pamrih.

Sudah banyak uangnya terkumpul. Kadangkala, nenek kampung jugfa memberi uang karena murajaah sama nenek. Ada juga, dia diberi uang oleh teman abi. Uang yang dia kumpulkan digunakan untuk kebutuhannya terutama untuk berinfak di mesjid dan sekolah.

Sebelum berangkat, dia mengambil uang untuk infak dan melebihkan untuk abi.
"Bi, ini infak untuk di mesjid. Pakai saja uang Umar", kata Umar seperti orang bijak.

Abi dan umi tersenyum melihat anaknya yang mulai tumbuh dewasa. Dia memasukkan uang itu kesaku abi dan menggandeng tangan abi menuju mesjid.

Sepulang sholat Jum'at, Umar sendirian. Dia meninggalkan abi di mesjid. Dia tidak mau menunggu abi karena dia melihat abi sedang berbincang-bincang dengan temannya di jalan menuju rumah.
Setelah menggantin pakaian, dia kembali ke posisi awal duduk di ruang tamu. Dia tidak mengacuhkan HP yang sudah terletak begitu saja di lantai. Dia mengambil buku cerita "Lalabee Ibu Ulang Tahun" yang menarik pandangannya dari cover buku seri anak yang menarik. Dia membaca perlahan dan membuka halaman pertama cerita.

Umar membaca satu halaman cerita lalabe. Tiba-tiba Rasyid meminta umi untuk membuatkan susu. Umi membuatkan dan memberikan kepada anak bontot yang manja dan gemesin itu. Sebelumnya, umi mengingatkan agar tidak minum di depan Uda Umar.

Rasyid tidah mendengarkan umi. Aura usilnya mulai keluar dan mendekati Uda Umar.
"mmmm....aahhhh...manis da susunya. Harum...enak sekali rasa coklatnya, Da", kata Rasyid menggoda Umar.
"Abi, Rasyid dia mengganggu Umar membaca. Dia minum susu depan Umar", kaduan Umar mendekati abi yang datang dari luar.
"Rasyid hanya minum, Bi. Rasyid bilang kalau susunya harum, manis dan enak", jawab Rasyid membela.
"Rasyid, uda lagi puasa. Jadi tidak boleh makan dan minum di depan orang puasa", je3las abi memberi pengertian.

Rasyid meminta maaf pada Umar. Umar menghentika kegiatan membacanya karena siaran Hafiz Indonesia sudah mulai. Dia menyimak dan melihat penampilan anak-anak hafiz. Dia sangat ingin tampil di televisi mengikuti acara ini.

Umi mengaminkan keinginan Umar. Umi juga sangat ingin anaknya menjadi penghafal Alquran. Dia tertidur di depan televisi. Tidur siang adalah kebiasaan Umar dari kecil. Karena tidur siang sangat bermanfaat bagi anak.

Tidur siang dapat membantu anak mengingat hal-hal yang sudah mereka pelajari. Tak hanya itu, mereka pun akan lebih mampu untuk fokus. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidur siang lebih unggul dalam permainan yang mengandalkan ingatan.

Sorenya, dia tidak ikut jualan dengan abi. Umar lebih memilih tetap di rumah. Dengan alasan ingin membantu umi membuat sup buah.

Semua buah sudah dipotong Umat kecuali buah nangka. Dia ingin buah nangka tanpa campur yang lain. Sangat berbeda dengan umi. Umi ingin potongan buah nangka dimasukkan ke sup buah. Aroma harumnya melengkapi cita rasa sup buah yang menggugah selera.

Umar menyiapkan semua. Dia juga memasukkan sup buah ke dalam mangkok kami. Saat memasukkan sup buah, aromanya menggiurkan selera Umar. Dia juga mengambil satu mangkok sup buah untuk dimakan ketika berbuka.

Bunyi beduk bertanda waktu berbuka sudah tiba. Umar meminum air teh manis hangat, air putih, sub buah, dan bakwan. Tapi masih ada menu berbuka yang belum dan tidak mau disentuh Umar yaitu buah kurma.

itulah Umar, tidak suka dengan yang terlalu manis. Dari kecil tidak suka yang terlalu manis. Sampai sekarang giginya masih utuh dan rapi.

Berbeda dengan Rasyid. Dia suka makan yang manis. Coklat dan permen makanan yang diincarnya saat berbelanja di warung. Sehingga giginya sudah mulai menghitam di makan ulat.

Alhamdulillah, puasa keempat Umar tercapai. Dia berusah bertahan dan melawan godaan yang ada. Bahkan bisa melawan bau nangka yang mengundang selera. Semoga Umar tetap kuat sampai akhir ramadhan.

Solok, 20 April 2021


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun