Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jejak Langkah Sang Guru (Part 3 Kehidupan Keluarga)

13 April 2021   08:31 Diperbarui: 13 April 2021   08:45 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Oleh : Vera Syukriana,S.Pd


Kehadiranku membuat kakak-kakak berbagi tugas  dalam segala hal. Kehidupan kami yang serba pas-pasan menyadarkan kami akan rasa kebersamaan dan saling mengerti.

Misalnya, apabila kakak pertama ( Kak Yeni ) dan kedua ( Kak Lia ) membantu Mama ke sawah, maka kakak ketiga ( Kak Rita ) harus menjaga aku dan Wan Hen di rumah. Kak Yeni harus pulang terlambat dari sawah ketimbang Kak Lia. Kak Lia harus  pulang lebih cepat agar bisa memasak untuk makan malam kami. Di keluargaku, Kak lia lebih pandai memasak.

Kami diajarkan cara bersyukur dan menikmati apa yang ada. Kami selalu memakan apa yang dimasak. Kadangkala, Mama memasak satu telur untuk kami makan berlima tanpa memikirkan dia dan Papa. Mama bersiasat agar telurnya besar dan bisa dibagi kepada lima anaknya dengan menggiling nasi sampai halus, lalu memasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi satu telur, daun bawang dan cabe.

Mencium bau telur bikinan Mama memancing selera makan kami. Setiap pagi, kami dibiasakan makan nasi. Telur bikinan Mama sudah siap di potong lima. Kami diberi sepiring nasi dengan menu sepotong telur, sambal, dan rebusan daun singkong yang dipanen dari halaman belakang.

Begitu susahnya orang tuaku mencukupkan kebutuhan kami. Untuk makan daging kami menunggu masa panen tiba. Biasanya, mama membuat rendang daging. Rendang daging mamaku number one rasanya sampai sekarang. Paduan rempahnya sungguh menggugah selera. Jangankan makan dagingnya, cabe rendangnya saja bisa menghabiskan satu piring nasi yang ada dihadapanku apalagi pakai daging. Mmmm...nyammi...lezzzat.

Sungguh Allah memberi nikmat yang tak terhingga pada keluargaku. Kami hidup sehat dan bahagia. Apa yang ditakutkan Papa dulu tidak terjadi. Bahkan, hadirku menambah kebahagiaan pada keluargaku. Sesuai janji Allah , apabila kita selalu bersyukur maka nikmat-Nya akan bertambah.

Firman Allah pada surat Ibrahim ayat 7 yang artinya:
"Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim: 7)

Sebagai anak bontot, aku menjadi rebutan kakak-kakak. Untuk memulai tidur saja, kami perlu heboh dalam penentuan posisi tidur. Semua ingin tidur didekatku. Kami berempat para wanita tidur dalam ruang terbuka di ruang tamu berselimutkan sehelai selimut yang sudah sobek. Sobek gara-gara kakak saling tarik menarik supaya mendapatkan selimut yang banyak. Untung, Wan Hen tidur sendiri dan kadang-kadang ditemani Mama di kamar.

Ada lagi yang paling menyedihkan, ketika kami harus makan sambal dari olahan pisang mentah. Kebetulan Mama panen pisang di kebun belakang rumah. Hanya ini yang kami punya. Uang untuk membeli sambal tidak ada, beras pun tidak ada yang bisa dijual. Beras yang ada cukup makan kami sehari itu. Kakak membersihkan kulit buah pisang,  menggeprek, memberi garam, dan menggoreng pisang tersebut. Setelah itu diberi cabe hijau.

Kakak mencari labu siam di halaman dan merebusnya. Alhamdulillah, kami tetap makan dengan lahap.
Jika kupikir dan bayangkan sekarang, kehidupanku jauh lebih baik dari masa kecilku. Sekarang anak-anakku mendapatkan masakan yang enak-enak. Sekarang makan daging aja tidak sesulit dulu. Kalau dulu, jangankan makan daging mendapatkan sambal ikan saja kami menunggu Mama ke pasar dan kami dapat memakannya sekali seminggu karena pasar jauh dari kampung sehingga Mama hanya sekali seminggu ke pasar.

Dengan kehidupan keluarga seperti ini, aku semakin semangat dan bertekad ingin merubah nasib keluarga lebih baik lagi. Tidak ada kata menyerah bagi kami. Meskipun anak petani, tapi kami harus berbeda dari temanku yang lain.

Di kampungku, orang tua sibuk kerja ke sawah dan kurang mempedulikan pendidikan anak.  Berbeda dengan orang tuaku, mereka lebih mementingkan pendidikan anak di atas kepentingan yang lain. Dari semua teman SD, hanya aku yang tidak punya rumah baru. Kami masih tinggal di rumah peninggalan nenek. Rumah yang beralaskan papan dan masih model lama.

Tak jarang kami harus menampung air tetesan hujan karena atap kami bocor. Kalau sudah hujan lebat, kami harus bergantian ke loteng membuang air tampungan yang sudah penuh. Apalagi kalau angin kencang, malam hari mata kami tidak bisa tidur karena bunyi atap yang dibanting-banting angin. Nah, paginya keadaan rumah sangat terang. Kubuka jendela ternyata atap rumahku sudah bertebaran kian kemari. Taman bunga sudah ditutupi atap yang lepas karena angin.

Hhhh...masa yang sangat berat. Kadangkala teman mencibir padaku. Mereka sering mengatakan aku orang miskin. Kehidupanku yang serba pas-pasan membuatku sering ditertawakan mereka. Hal ini tidak membuatku menjauh dari mereka. Aku berjanji akan melihatkan kelebihanku dibidang lain. Kekayaan bukan segala-galanya tapi ilmu adalah segalanya apalagi ilmu agama.

Aku bersyukur mempunyai Mama yang memiliki ilmu agama yang kuat. Dia selalu mengajarkan kami akan kesabaran, bersyukur, tidak boleh dendam, tidak boleh iri, dan selalu berlapang dada menerima keadaan. Walaupun teman-teman lebih baik ekonominya dibanding kami tapi ini bukan masalah dan tidak menyurutkan semangat untuk maju.

Dukungan dari orang tua terhadap pendidikan kami menjadi peluru bagi kami untuk lebih baik. Karena orang yang menuntut ilmu berada di jalan Allah dan akan menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Dengan ilmu kita akan mudah dalam menjalani kehidupan di dunia dan memperoleh kebahagiaan di akhirat. Selalulah bersyukur dalam keadaan apapun. Jangan menyerah ketika yang lain mencibir kepada kita. Jadikan, cibiran mereka motivasi kita untuk bersemangat mencapai tujuan hidup yang lebih baik.

Solok,13 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun