Pagi ini saya ingin menikmati sarapan bubur ayam, salah satu menu yang digemari banyak orang karena praktis bisa ditemukan di banyak tempat. Apalagi untuk pekerja yang tidak sempat masak di rumah maka bubur ayam menjadi salah satu pilihan tepat untuk memulai hari.
Sarapan itu sangat penting karena sebagai landasan kita beraktivitas, ibaratnya sebagai bahan bakar yang akan dipakai untuk kegiatan awal hingga waktu tertentu.
Sebenarnya bagi orang Indonesia masih banyak yang menganggap nasi adalah makanan paling cocok karena memang cepat mengenyangkan dan lebih lama bertahannya. Beda dengan bubur ayam yang kadang baru satu jam sudah bikin lapar lagi.
Bubur ayam yang berisi suwiran ayam, kacang kedele, cakwe, daun bawang, bawang goreng dan kerupuk ini sangat lezat dihidangkan panas.
Umumnya bubur ayam dihidangkan dengan aneka sate, seperti sate telur puyuh, sate hati ayam dan sate usus. Tambahan menu ini sebagai pelengkap kebutuhan tubuh kita. Dari buburnya kita mendapatkan karbohidrat, sate-sate itu melengkapi protein dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.
Kalau masuk warung bubur ayam tapi gak ada satenya saya mending keluar cari tempat yang lain, karena sate itu hukumnya wajib bagi saya.
Telur puyuh sangat banyak kandungan manfaatnya, ada protein, vitamin A dan kolin, serta tinggi selenium dan zat besi.
Masih banyak orang salah paham yang mengatakam telur puyuh kolesterolnya tinggi, 1 butir telur puyuh sama dengan 5 butir telur ayam. Anggapan ini salah besar, yang sebenarnya adalah satu porsi telur puyuh (isi 5 butir) mengandung 6 gram protein yang ternyata sama banyak dengan satu butir telur ayam.
Jadi pemahamannya suka terbalik ya gaes.
Sekarang sudah gak perlu khawatir lagi makan telur puyuh asal jangan kebanyakan juga.