Mohon tunggu...
Rainif Venesa
Rainif Venesa Mohon Tunggu... -

Pecinta hujan dan senja. Tukang ukur jalan. Hobi foto dan tukang foto. Penulis puisi, cerpen belum jadi dan penulis buku antalogi Sang Jejak, Wheh I Miss U. Dan terakhir menerbitkan buku berjudul skripsi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Batik Besurek Khas Bengkulu Terasing di Negeri Sendiri

2 Oktober 2015   17:17 Diperbarui: 2 Oktober 2015   17:40 3834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, tanggal 2 Oktober adalah hari Batik Nasional dengan ditetapkannya sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Batik di Indonesia begitu beragam. Setiap daerah memiliki batik dengan ciri khas tersendiri. Keunikan dan kekhasannya membuat siapapun takjub dan bangga memakainya. Karena hari ini adalah hari Batik Nasional, tak dipungkiri lagi semua media menyorot dan menjadikan pembahasan utama tentang batik. Di salah satu acara di sebuah televisi swasta mengangkat tema batik. Dalam perbincangannya, disebutkan macam-macam batik dari berbagai daerah yang sering disebutkan, terkecuali, batik besurek khas Bengkulu. Sungguh saya amat sangat sedih. Sebagai orang yang dibesarkan di Bengkulu, saya ingin sekali batik besurek dikenal luas di Indonesia. Orang hanya tau, batik Solo, batik Cirebon, batik lasem, batik mega mendung, dan lain-lain. Bahkan untuk di Provinsi Bengkulu sendiri, batik besurek ini kalah dengan batik lain. Batik besurek hanya dipakai di perkantoran dan sekolahan, itupun batik printing. Namun untuk keseharian, warga Bengkulu nyaris tidak ada yang menggunakannya. Kalo begini caranya bagaimana kita bisa melestarikan batik besurek ini? Setelah saya telusuri inilah alasannya:

  1. Bengkulu masih sedikit memiliki Industri Batik yang mandiri.

    Ketika saya ingin membelikan baju buat teman saya dari Banten yang begitu mencintai batik, saya dikejutkan dengan harga sebuah baju batik printing berkisar Rp.  130.000 ke atas, kira-kira segitu, karena saya sudah lupa harga saat itu. Dan kalo beli kainnya per meter batik besurek printing, Rp 30.000 saja kita sudah dapat. Lalu saya tanyakan kepada pramuniaga di sana kenapa bisa mahal. Mereka menjawab, ongkos menjahitnya yang mahal. Intinya mereka masih menggunakan jasa penjahit di luar, karena mereka belum mempunyai pegawai khusus untuk menjahit. Mereka juga mengatakan kalau ongkos menjahit di Kota Bengkulu begitu mahal, mencapai Rp 100.000/ lembar. Lalu saya ke Gallery batik satunya lagi masih dalam misi membandingkan harga. Di sana saya mendapatkan harga yang wajar menurut saya dibandingkan dengan gallery sebelumnya dengan baju batik printing yang harganya mahal. Di Gallery kali ini, saya bisa mendapatkan baju batik tulis yang dikombinasikan dengan batik cap seharga Rp. 140.000. Pilih mana coba? Ya tentu saja saya memilih kombinasi batik tulis dan batik cap. Tidak lupa pula saya bertanya kepada Pramuniaga Gallery tersebut, apa yang membedakan antara Gallery yang saya datangi daripada gallery lain dari segi harganya lebih murah. Pramuniaga tersebut menjawab, "Karena kami memiliki para pembatik sendiri dan penjahit sendiri yang kami gaji khusus, sehingga kami bisa menekan biaya produksi yang akan berimbas pada harga batik." Coba kalo Gallery yang kedua saya kunjungi ini di contoh dengan gallery lain, dengan maksud punya Gallery yang lengkap sekaligus konveksi sendiri alias punya tenaga penjahit sendiri, tentunya tidak akan mahal harga baju batik. Kalo batik tulis sih wajar mahal, lah kalo selain batik tulis mahal, bagaimana mereka yang dari kalangan menegah ke bawah yang cinta batik mau beli.

    Jika dibandingkan dengan kota Solo yang sudah mempunyai gallery dan industri batik yang banyak. Saya bisa perkirakan setiap gallery batik mempunyai tenaga penjahit sendiri yang digaji khusus sehingga biaya produksi tidak begitu membengkak, hingga akhirnya batik bisa didapatkan dengan harga murah. Ketika saya berkunjung ke Kota Solo, tentunya saya tak lupa mampir ke pasar Klewer sentra batik terbesar di Asia Tenggara. Di sana saya disuguhi batik-batik yang cantik-cantik dan bisa saya dapatkan dengan harga cukup murah. Bisa ditawar pula. Bawa uang Rp 25.000 saja kita udah dapat. Jadi tidak heran kenapa di Jawa, khususnya di Solo, batik begitu sering dipakai dari anak-anak, hingga dewasa dalam aktivitas apapun. Melihat geliat baju batik Solo di tempat sendiri begitu bagus, maka pemerintah setempat gencar mempromosikan batik ini ke mancanegara. Bahkan, motif batik khas Solo ini dijadikan dekorasi di setiap, tempat, seperti hotel, bandara. Maka tak heran batik di Jawa menjadi Go Internasional.

    2. Kurang adanya dukungan Pemerintah

    Batik Besurek juga tidak kalah bagusnya dan cantiknya dengan batik daerah lain. Namun karena minimnya dukungan pemerintah, maka geliat industri batik di Bengkulu lesu. Jika saja pemerintah memberikan bantuan dana/barangkepada pengusaha batik skala kecil/rumahan, saya yakin mereka merasa sanngat terbantu. Dengan adanya bantuan dana, tentunya para pengusaha batik tak perlu lagi mengeluarkan ongkos jahit yang membuat batik jadi mahal, akan tetapi mereka memiliki mesin jahit sendiri dan merekrut para penjahit yang diberi gaji. Dan para pengusaha juga bisa mengadakan pelatihan kepada kaum ibu rumah tangga untuk membatik dan merekrut mereka sebagai pengrajin baik. Tentunya ini akan membantu menekan angka pengangguran di Bengkulu dan meningkatkan produksi batik di Bengkulu.

    3. Kurangnya promosi

    Pemerintah Bengkulu selalu saja diam dalam mempromosikan kebudayaan kota Bengkulu yang cukup kaya. Namun, sebenarnya untuk masalah promosi, bukan hanya tugas pemerintah saja yang berpromosi, tapi adalah tugas semua masyarakat Bengkulu. Di zaman serba canggih ini sebenarnya sudah cukup banyak media promosi, namun belum dioptimalkan lebih jauh lagi. Kita bisa mempromosikan batik besurek, lewat media massa, youtube, facebook, bbm, twitter, instagram, bahkan dalam sebuah tulisan fiksi dan nonfiksi juga kita bisa promosikan batik besurek. Ya media itulah yang setidaknya sudah cukup membantu dalam promosi. Sebenarnya jika pemerintah mau mempromosikannya, bawalah batik ke event nasional, seperti Jakarta Fashion Week atau acara lainnya. Tidak cukup dengan menggelar event-event besar Bengkulu saja, kalau yang menyaksikan juga warga Bengkulu. Dalam hal ini, memang Bengkulu perlu mempercantik diri, sebelum mengadakan event di Bengkulu, karena kita perlu memancing wisatawan sebelum mempromosikan batik. Jika wisatawan datang karena keindahan alamnya, otomatis mereka akan melihat sisi lain Bengkulu, yaitu budaya dan batiknya. 

Nah itulah beberapa alasan kenapa Batik Besurek masih asing di negeri sendiri. Nah bagi yang belum tahu batik besurek itu seperti apa. Ini dia sejarahnya dengan sumber dari http://ardli099.mywapblog.com/sejarah-dan-asal-usul-kain-besurek.xhtml (dengan penambahan tulisan)

Kerajinan Kain Besurek mulai dikenal oleh Masyarakat Bengkulu yaitu pada saat pengasingan pangeran Sentot Ali Basa dan keluarganya di bengkulu oleh Kolonial Belanda. Pada saat pengasingan itu keluarga Sentot Ali Basa membawa bahan dan peralatan membuat batik, yang tujuannya untuk mengisi kesibukan selama di pengasingan. Pada saat keluarga Sentot Ali Basa melakukan pekerjaan membatik, warga Bengkulu melihat dan memperhatikan mereka. Kemudian warga Bengkulu tersebut tertarik dan minta untuk belajar pada keluarga Sentot Ali Basa untuk membuat batik. Kemudian warga Bengkulu belajar membatik sampai bisa. Namanya tetap batik. Batik berasal dari kata jentik yang berarti tulisan.

Keahlian yang telah didapat masyarakat Bengkulu itu terus dilakukan higga sekarang. Untuk menjaga kelestarian (kelangsungan) Kain Besurek sampai kapanpun, sekarang ini dilakukan pembinaan oleh beberapa lembaga antara lain Departemen Industri & perdagangan, Departemen Pariwisata, Departemen Pnedidikan & Kebudayaan, dimana menetapkan Kain Besurek sebagai mata pelajaran di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun