Mohon tunggu...
Ni Nyoman Vena Riana Dewi
Ni Nyoman Vena Riana Dewi Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Currently studying Communication Science. Food and beauty enthusiast. Interested in Journalism. :) Email: venariana.dewi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

LIMA (2018): Ingin Kenalkan Pancasila, namun Terhadang Masalah Sensor

11 Desember 2020   07:00 Diperbarui: 11 Desember 2020   08:43 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @filmgenerasilima

Film LIMA (2018) merupakan film karya Lola Amaria yang tayang pada tanggal 31 Mei 2018 silam. Film ini dibuat untuk menyambut hari lahir Pancasila, yang jatuh pada tanggal 1 Juni.  

Jika biasanya satu film dikemas oleh satu sutradara, LIMA lantas dikemas oleh 5 sutradara sekaligus. 

LIMA mengangkat cerita yang diambil berlatar dari Pancasila, sehingga para sutradara membuat jalan cerita berdasarkan masing-masing sila dalam Pancasila. 

Shalahuddin Siregar menyutradarai sila pertama, sutradara Tika Pramesti sila kedua, Lola Amaria dengan pokok sila ketiga, Harvan Agustriansyah dengan sila keempat, dan Adriyanto Dewo untuk sila kelima.

Sinopsis LIMA

Film LIMA dibuka dengan kisah keempat saudara yakni, Fara (Prisia Nasution), Aryo (Yoga Pratama), dan Adi (Baskara Mahendra) yang baru saja ditinggalkan ibu mereka Maryam (Tri Yudiman) untuk selamanya. Perasaan duka juga dirasakan oleh Ijah (Dewi Pakis), sang asisten rumah tangga.

Maryam merupakan seorang muslim, namun hanya Fara yang memeluk agama Islam diantara saudaranya. Mereka lantas memperdebatkan bagaimana Maryam untuk dimakamkan.


Ada juga kisah Adi yang kerap dibully menyaksikan peristiwa yang dianggap tidak berperikemanusiaan dan berusaha menolongnya. 

Lalu, kisah Fara selaku pelatih renang yang bertentangan dengan bosnya selaku pemilik club untuk menentukan atlet yang dikirim dalam pelatihan nasional tanpa unsur ras dalam penilaian.

Sementara itu, Aryo yang harus menjadi pemimpin untuk persoalan warisan karena merupakan lelaki tertua di keluarganya dan kisah Ijah yang harus pulang kampung untuk menyelamatkan keluarganya demi menuntut keadilan.

Banyaknya persoalan yang harus diselesaikan dan sesungguhnya hanya membutuhkan penyelesaian yang kembali dalam lima hal dasar, yakni Pancasila.

Tidak Lolos Sensor Kategori Usia 13 Tahun ke Atas

Film LIMA sempat bermasalah dengan Lembaga Sensor Film (LSF) untuk penayangannya di bioskop. 

LIMA dibuat dengan target penonton berusia 13 tahun ke atas, karena mengangkat nilai-nilai Pancasila yang dibutuhkan oleh generasi muda masa kini.

Hanya saja, LSF menentang film LIMA untuk mendapatkan kategori penonton 13 tahun ke atas, dan memutuskan bahwa film LIMA lebih pantas diberi kategori penonton 17 tahun ke atas (dewasa).

Tertulis dalam Pasal 17 Permendikbud No. 14 tahun 2019, bahwa terdapat kode penggolongan usia penonton film di Indonesia. Yakni:
a. SU untuk penonton semua umur;
b. R13 untuk penonton usia 13 (tiga belas) tahun atau lebih;
c. D17 untuk penonton usia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih; dan
d. D21 untuk penonton usia 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih.

Sumber: detik.com
Sumber: detik.com
Adapun merujuk dari Pasal 19 ayat (1) yang menerangkan bahwa:

“Film dan Iklan Film dengan kode R13 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b, merupakan Film dan Iklan Film yang khusus dibuat dan ditujukan untuk remaja yang mengandung nilai pendidikan dan ilmu pengetahuan, nilai sosial budaya, budi pekerti, hiburan, apresiasi, estetika, kreatifitas, dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang positif tentang lingkungan sekitar.”

Film LIMA dianggap tidak termasuk kriteria dalam pasal tersebut sehingga gagal untuk lolos sensor 13 tahun ke atas, dan pada akhirnya film ini pun harus diberi kategori usia dewasa, yakni 17 tahun ke atas.

Lola Amaria selaku produser dan salah satu sutradara dalam film LIMA mengaku cukup kecewa dengan keputusan LSF. Lola pun memutuskan untuk melakukan mediasi dengan pihak LSF, memperjuangkan agar LIMA dapat ditonton oleh penonton 13 tahun ke atas.

Sumber: tagarfoto
Sumber: tagarfoto
Hasil mediasi berakhir dengan tidak menemukan titik temu. Pihak LSF rupanya merasa keberatan dengan salah satu adegan di film LIMA, khususnya di adegan Sila 1. LSF meminta produser untuk melakukan revisi jika ingin lolos sensor di atas 13 tahun. 

Namun, karena waktu yang terbatas dan kebutuhan untuk tayang segera di bioskop nasional, Lola dan timnya pun memutuskan untuk tidak merevisi dan menerima bahwa film LIMA harus mendapat sensor 17 tahun ke atas.

Hingga saat ini, penulis sendiri pun belum pernah menemukan film LIMA di platform streaming manapun. Padahal, film ini sangat bagus dan mengandung nilai Pancasila yang penting untuk ditonton oleh masyarakat Indonesia. 

Semoga, film LIMA kedepannya bisa segera hadir di layanan streaming film favorit kita semua ya! :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun