Mohon tunggu...
Velnara Helga Adyasta
Velnara Helga Adyasta Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Music

Memahami Makna Kesehatan Mental di Balik Lagu 'Secukupnya'

6 Januari 2024   14:20 Diperbarui: 6 Januari 2024   14:30 2014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Generasi muda zaman sekarang memilih musik sebagai alternatif untuk menghilangkan stress. Lirik lagu merupakan media komunikasi yang efektif. Melalui lirik, musisi menggunakan kreativitasnya untuk menciptakan daya tarik unik dan tersirat dalam lagu. Lagu yang terbentuk dari hubungan antara unsur musik dan unsur syair merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Pada kondisi ini lagu sekaligus merupakan media penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dalam jumlah yang besar melalui media massa. Pesan dapat memiliki berbagai macam bentuk, baik lisan maupun tulisan. Lirik lagu memiliki bentuk pesan berupa tulisan kata-kata dan kalimat yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana dan gambaran imajinasi tertentu kepada pendengarnya sehingga dapat pula menciptakan makna-makna yang beragam (Hidayat, 2014).

Komunikasi antara pencipta dan pendengar lagu berjalan ketika sebuah lagu mengandung pesan yang dapat menjadikan audiens terhanyut dalam suasana berupa cerita, curahan hati, atau sekedar kritik yang dituangkan dalam bait-baik lirik. Lirik sendiri memiliki sifat Istimewa. Tentunya dibandingkan pesan pada umumnya lirik lagu memiliki jangkauan yang luas di dalam benak pendengarnya. Mendengarkan lagu-lagu tentang kesehatan mental dapat membuat pendengar merasa terhubung dan tidak sendirian dalam perjuangan mereka. Musik memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan seputar kesehatan mental, dengan pencipta lagu berbagi pengalaman, memberikan dukungan, dan meningkatkan kesadaran akan sebuah isu. Penyakit mental dapat menyebabkan interaksi atau hubungan dengan orang lain menjadi rusak dan juga menjadikan aktivitas tidak produktif. Salah satu pengobatan mental ilnes yaitu dengan self healing atau mengobati diri sendiri untuk luka batin. Metode ini dilakukan seseorang saat menyimpang luka batin yang menganggu emosinya. (Kementrian Kesehatan, 2018).

Hindia, juga dikenal dengan Baskara, adalah Musisi terkenal Indonesia sejak tahun 2019 memiliki lagu-lagu mengenai kritik isu-isu sosial. Album pertama Hindia, "Menari Dengan Bayangan," terdiri dari 15 lagu. Salah satunya lagu "Secukupnya" dinominasikan sebagai Song of The Year di ABBI 2020 dan sangat populer dengan lebih dari 69 juta streaming. Lagu ini juga menjadi single pertama Hindia dan termasuk dalam soundtrack film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" (NKCTHI). Lagu 'secukupnya' menggambarkan perjalanan kehidupan dewasa dan lagu-lagu tentang mengkritik isu sosial. Salah satu lagu Hindia yang mendapatkan sorotan dan banyak pujian karena isi dari liriknya yang memiliki relevansi dengan banyak orang terutama generasi muda zaman sekarang yang lebih banyak disebut dengan generasi overthinker yaitu lagu 'secukupnya'. Lagu ini kerap mendapatkan sebutan salah satu mantra untuk self healing dari kondisi diri disaat tidak baik-baik saja. Citra yang dibentuk akan memiliki makna yang berbeda dan citra tersebut tidak memiliki kepastian akan sesuai sebagaimana mereka diciptakan. Maksudnya setiap tanda itu memiliki makna yang berbeda dan setiap tanda yang dimaknai tidak selalu berfungsi sesuai yang diinginkan (Abdul Haris Maulana, 2017).

Musik itu penyembuh, tapi lirik adalah pembunuh, merupakan salah satu perumpamaan yang mendeskripsikan makna dari lagu 'secukupnya'. Lirik merupakan karya sastra yang berisi ekspresi (curahan) perasaan pribadi yang lebih mengutamakan cara mengkespresikanya. Lirik lagu 'secukupnya' dapat mentransformasi kesedihan, kekecewaan, dan lagu 'secukupnya' menggambarkan menggambarkan masalah sosial individu yang baru memasuki tahap awal masa dewasa yang sedang mengalami pendewasaan. Hal ini mendorong Self Awareness untuk memberikan motivasi agar dapat menghargai diri sendiri. Seperti yang diungkapkan dalam lirik "Tak perlu memikirkan apa yang akan datang, di esok hari" yang artinya kita harus menjaga keseimbangan antara ambisi dan realitas. Pesannya adalah jangan terlalu khawatir tentang masa depan. Menurut (Bahrian, 2022). Overthinking menyebabkan ekspektasi tinggi, kekecewaan, dan berpotensi merusak kesehatan mental dengan risiko yang serius. Seorang mahasiswa berusia 19 tahun dari Jember, Jawa Timur, hampir bunuh diri akibat overthinking terkait tugas kuliah dan pekerjaannya sebagai panitia kegiatan kampus. Meskipun percobaan bunuh diri berhasil digagalkan, ia mengalami luka pada lehernya. Overthinking ini mempengaruhi kesehatan mentalnya dan menghambat aktivitas sehari-hari, menunjukkan gejala depresi yang timbul akibat pikiran, perasaan, atau tindakan negatif. (Rosa, 2022).  

Makna Lirik

"Tubuh yang berpatah hati Bergantung pada gaji, Berlomba jadi asri Mengais validasi"

"Dan akupun tak hadir seakan paling mahir menenangkan dirimu yang merasa terpinggirkan dunia tak pernah adil kita semua gagal angkat minumanmu bersedih Bersama-sama"

"Sia sia (pada akhirnya), putus asa (terekam pedih semua)' masalahnya (lebih dari yang secukupnya)"

"Rekam gambar dirimu yang terabadikan bertahun Silam Putra-putri sakit hati Ayah-ibu sendiri Komitmen lama mati Hubungan yang menyepi"

 "Wisata masa lalu Kau hanya merindu Mencari pelarian Dari pengabdian yang terbakar sirna Mengapur berdebu Kita semua gagal Ambil sedikit tisu Bersedih lah secukupnya".

"Semua yang sirna kan Kembali lagi, Semua yang sirna kan nanti berganti"

Makna tersirat dalam setiap baitnya menggambarkan isu Kesehatan mental yang mana diciptakan dengan tujuan memberikan pesan kepada mereka agar menyikapi semua dengan secukupnya tidak tergesa-gesa. Lagu ini juga mengajarkan cara melihat dan menghadapi kegagalan, mengingatkan kita untuk tidak berputus asa, tidak menyalahkan diri sendiri, dan mendorong untuk beriman kepada sang pencipta. Dalam lirik lagu "Secukupnya," Hindia menunjukkan bahwa kita harus membiarkan hal-hal yang sudah terjadi berlalu, tidak apa-apa jika kita masih mengingat masa lalu, tetapi jangan biarkan masa lalu menjadi penyesalan yang mendalam. Kita tidak bisa mengubah keadaan yang sudah terjadi, yang dapat kita lakukan adalah menjadikan masa lalu sebagai pembelajaran dan refleksi diri untuk terus maju.

Menurut Teori Ferdinand de Saussure digunakan dalam lagu Secukupnya untuk menghubungkannya dengan isu Kesehatan mental. Lagu berfungsi sebagai Penanda yang menginterpretasikan dan mewakili makna. Dalam lagu tersebut, penulis menggunakan tanda-tanda untuk memberikan pemahaman tentang isu Kesehatan mental. (Putri & Gutama, 2015). Teori kritis Jrgen Habermas dan semiotika Michael Riffaterre dapat digunakan untuk menganalisis pesan yang terkandung dalam lirik lagu. Pusat pemikiran kritis Habermas terletak pada paradigma komunikasi yang dinilai memiliki peranan melakukan perubahan sosial. Melalui pemikiran Habermas menunjukkan posisi penyanyi dan penulis lagu Hindia sebagai pelaku kritik sosial. Hindia sebagai masyarakat komunikatif yang mencoba menyampaikan kritik sosial melalui sebuah lagu terhadap keadaan sosial yang terjadi dalam masyarakat di era teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun