Mohon tunggu...
VEGA MA'ARIJIL ULA
VEGA MA'ARIJIL ULA Mohon Tunggu... KARYAWAN SWASTA -

Alumni Universitas Negeri Semarang. Hobi membaca koran, menulis dan bermain futsal. Penggemar tim sepakbola Arsenal FC. vegaensiklopedia10@gmail.com vegaensiklopedia10.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Feminisme di Era Milenial

25 April 2018   17:08 Diperbarui: 25 April 2018   17:15 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Vega Ma'arijil Ula

 Feminisme secara sederhana dipahami sebagai emansipasi atau kesetaraan antara wanita dengan pria. Banyak yang masih mengkaitkan gerakan feminisme dengan sebuah gerakan pada abad 18 silam yang tak lain merupakan gerakan revolusi, bingkai demokrasi hingga tatanan politik.

Sebenarnya tidak demikian, di era milenial seperti saat ini, kesetaraan gender sangat diperlukan. Kita tidak dapat terus menerus mengatakan bahwa kaum pria selalu memiliki derajat yang lebih tinggi keimbang kaum wanita. Kita juga tidak dapat melanjutkan opini yang mengatakan bahwa wanita selalu identik dengan persoalan rumah tangga saja. Wanita sejatinya lebih dari itu bahkan setara dengan kaum pria. Oleh karenanya, sentimen negatif terhadap perempuan layak kita tinggalkan utamanya di era yang sudah modern ini.

            Beberapa waktu lalu, kita memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21   April. Belajar dari R.A Kartini yang telah memperjuangkan hak-hak bagi kaum wanita, perempuan era milenial telah jauh berubah kearah yang lebih baik bahkan kini sudah dapat disandingkan dengan kaum laki-laki. Kembali lagi pada sentimen negatif beberapa dekade lalu bahwa derajat perempuan yang selalu dikatakan berada dibawah laki-laki harus dihilangkan dan kita patut berbangga mengingat sentimen tersebut perlahan hilang. Mengutip dari The Intelligence Group, yakni sebuah lembaga pemerhati perilaku konsumen yang berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat, merilis riset yang menyatakan bahwa dua per tiga generasi milenial percaya bahwa kini perkara gender makin buram dan tak berlaku lagi. Sebuah harapan tentunya bagi kesetaraan gender.

            Kita dapat melihat perempuan Indonesia kini relatif lebih berkembang, mereka tak lagi di cap sebagai penghias dapur semata. Perempuan kini telah dapat bersaing di dunia global bersama kaum laki-laki bahkan sudah ada beberapa perempuan Indonesia yang kini telah menginspirasi anak-anak bangsa serta sudah banyak pula perempuan yang masuk dalam pemerintahan dan berkontribusi pada pemutusan kebijakan. 

Sebut saja tokoh-tokoh publik wanita yang menginspirasi seperti Sri Mulyani (Menteri Keuangan), Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan), Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), Najwa Shihab (Jurnalis), Dian Pelangi (Desainer), Anggun (Penyanyi), Liliana Natsir (Atlet Bulutangkis), Dewi Lestari (Penulis) dan masih banyak lagi perempuan inspiratif lainnya. Bahkan kabar terbaru mengatakan saat memperingati Hari Katini, bapak Presiden Republik Indonesia dikawal oleh Paspamres perempuan. Padahal, biasanya orang nomor satu itu dikawal oleh Paspamres laki-laki.

Beberapa hal tersebut sejatinya sudah dapat membuka mata kita bahwa di era modern dan milenial ini, kedudukan seorang perempuan dapat dikatakan setara dengan laki-laki. Satu hal yang pasti, kini gender tak lagi dipandang sebagai sesuatu yang berat sebelah melainkan sudah menjadi hal yang layak untuk dihormati, gender tak lagi dipandang sebagai tembok penghalang bagi kaum perempuan untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup. Hal ini juga dapat kita lihat dari fenomena perempuan masa kini yang menunda usia perkawinan semakin meningkat.

Selain itu, mengutip dari riset Pew Research Center, Perempuan milenal saat ini rata-rata menikmati pendidikan yang lebih baik ketimbang ibu atau neneknya. Generasi milenial saat ini adalah generasi paling terdidik. Kondisi ini menjadikan generasi milenial utamanya perempuan yang makin kritis terhadap ketidakadilan berbasis gender yang masih ada di lingkungan mereka. Sejatinya feminisme bisa membantu kita sebagai masyarakat Indonesia untuk memenuhi hak keadilan gender dan membebaskan semua orang untuk dapat memilh apa yang terbaik bagi mereka. Emansipasi wanita kini mulai terdorong, namun hal ini juga turut menyisakan pertanyaan besar perihal sejauh mana batas kebebasan perempuan ini akan melebar.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun