Sejumlah kalangan akademisi yang terdiri dari mahasiswa dan dosen menggelar aksi protes di beberapa kampus Amerika Serikat. Aksi protes tersebut sudah berlangsung selama beberapa hari terakhir dan meluas ke berbagai perguruan tinggi.
Ratusan mahasiswa di AS sudah menggelar protes membela Palestina dan menuntut pihak kampus memutus segala kerja sama dengan Israel sejak beberapa pekan terakhir.
Mahasiswa-mahasiswa ini melakukan demonstrasi besar-besaran di kampus-kampus mereka dengan membawa spanduk, poster, dan bendera Palestina. Mereka berbicara di depan umum untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan AS yang tidak adil terhadap Palestina.
Juga untuk mengecam kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Palestina. Dengan menggunakan hak demokrasi mereka, mereka berusaha menggalang dukungan dan kesadaran di masyarakat AS mengenai situasi di Palestina.
Demonstrasi yang berpusat di kampus-kampus AS itu makin meluas, di mana para pedemo mendirikan tenda dan kemah di kompleks sekolah.
Bermula dari mahasiswa Columbia University yang pertama kali memulai aksi pro-Palestina pada 18 April kini menjalar ke beberapa mahasiswa di kampus-kampus di belahan dunia lain.
Salah satunya dilakukan para pelajar di Inggris. Mereka berasal dari beberapa kampus besar, seperti The University of Manchester, The University of Leeds, York University, Newcastle University, The University of Sheffield, dan The University of Bristol.
Pihak kepolisian juga telah diturunkan di beberapa kampus untuk mengadili dan menangkap para demonstran. Demo yang melibatkan sejumlah elemen masyarakat hingga akademisi tersebut menjadi buntut dari upaya pembungkaman yang dilakukan kampus terhadap mahasiswa.
Lebih dari 2.000 orang, termasuk mahasiswa, telah ditangkap selama demonstrasi pro-Palestina di AS, dan para pengunjuk rasa menuntut universitas-universitas divestasi dari Israel.
Aksi protes yang terjadi di beberapa kampus AS merupakan salah satu upaya penegakan hak asasi manusia di Gaza, Palestina. Banyak dari demonstran yang mengaku kecewa terhadap AS yang tetap membiayai Israel untuk menggempur Palestina dalam beberapa waktu terakhir.Â
