Mohon tunggu...
VANIA FREDERICA SITANGGANG
VANIA FREDERICA SITANGGANG Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Unpar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

PKN di Era Digital: Cancel Culture di Kalangan Selebritas

19 Oktober 2022   16:50 Diperbarui: 19 Oktober 2022   16:55 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jerome Polin Sijabat adalah seorang YouTuber, selebriti internet, dan pengusaha berkebangsaan Indonesia. Jerome dikenal setelah memulai kanal YouTube bernama Nihongo Mantappu yang membagikan kehidupan pribadinya sebagai mahasiswa Indonesia di Jepang.

Dua tahun yang lalu, tepatnya pada 4 Juni 2020, Jerome membagikan thread tentang privilege yang ternyata dinilai sebagian besar orang sangat tidak relevan dengan realita. Cerita ini berawal dari isi twitnya yang seperti ini.

Kemudian twitnya menjadi viral dan banyak yang membalas twitannya.

@mardiasih
@mardiasih

Balasan tweet @JeromePolin
Balasan tweet @JeromePolin

Ribuan retweet banyak yang tidak mendukung jerome dan banyak yang beramai-ramai 'meng-cancel' Jerome. Alasannya karena pendapat Jerome yang diketahui punya privilege dianggap justru memberi pandangan tidak logis terhadap privilege itu sendiri. Akhirnya Jerome kesulitan membela dirinya dan threadnya pun berakhir.

@JeromePolin
@JeromePolin

Mengacu pada Dictionary.com, cancel Culture adalah sebuah praktik yang sedang populer di media dengan berusaha mengumpulkan dukungan untuk 'meng-cancel' seseorang jika ia telah melakukan atau menyatakan sesuatu yang ofensif maupun tidak menyenangkan. Sederhananya, menghentikan dukungan karena perspektif mereka menyebabkan ketidaknyamanan khalayak. Biasanya orang yang terkena cancel culture adalah selebtriti atau tokoh terkenal, dan sebutan untuk mereka adalah 'cancelled'.

Sebuah penelitian menyebutkan sebanyak 84 orang dengan rata-rata umur 19 tahun sebagian besar menggunakan media sosial lebih dari 3 jam per hari (54,8%) dan mengalami kecemasan (59,5%). Subyek yang menggunakan media sosial lebih dari 3 jam per hari secara signifikan lebih besar kemungkinannya mengalami kecemasan dibandingkan dengan yang kurang dari 3 jam per hari. Maka, degan adanya praktik cancel culture akan memperparah rasa kecemasan dari pengguna media sosial.

Dari contoh permasalahan diatas bisa kita lihat bagaimana peran tukang 'cancel' alias netizen yang langsung men'skakmat' Jerome terlepas dari benar atau tidaknya pendapat dia. Akibatnya apa? Orang yang 'di-cancelled' ini jadi takut untuk kembali menyuarakan pembelaannya karena semakin banyak suara yang tidak membelanya. Tentu hak kebebasan berbicara korban menjadi terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun