Pernahkah kalian berpikir ke mana sampah-sampah plastik yang dibuang begitu saja ke selokan, got, dan sungai akan berakhir? Tentu saja ke laut. Nah, salah satu masalah yang menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dunia saat ini adalah keberadaan sampah plastik yang melimpah dan sangat berpotensi mengancam ekosistem laut.
Sampah laut merupakan kumpulan sampah yang berasal dari aktivitas manusia maupun alam sekitar yang bergerak mengikuti arus lautan. Â Ada banyak sekali macam sampah di laut, baik berupa sampah padat, cair maupun gas. Namun, sampah yang lebih mendominasi keberadaanya di laut adalah sampah plastik dengan sifatnya yang sulit untuk terurai. Kebanyakan sampah laut berasal dari aliran sungai yang bermuara ke laut. Sungai yang telah tercemar oleh sampah akibat dari sisa aktivitas manusia baik disengaja maupun tidak, akan mengalir menuju lautan. Dengan begitulah, Laut akan menjadi tempat pembuangan langsung sampah maupun limbah dari aktivitas manusia.
Menurut salah satu riset yang telah dirilis oleh Jurnal Nature Communications, setiap tahunnya terdapat 1,15 hingga 2,41 juta ton sampah plastik yang menggenang di perairan dunia. Dari riset lain juga didapat fakta bahwa di dunia ini ada 20 sungai yang kebanyakan berlokasi di Asia terkontaminasi sampah plastik dalam jumlah yang cukup besar. Bahkan sampah-sampah ini berkontribusi sebanyak 67% dari total produksi sampah plastik dunia.
Partikel-partikel sampah plastik (mikro plastik) yang menumpuk di laut tidak hanya memberikan dampak buruk bagi biotanya saja. Dalam jangka waktu panjang, manusia pasti juga akan merasakan dampaknya. Bayangkan saja jika ikan di laut yang kita konsumsi sehari-hari juga sebelumnya mengonsumsi mikro plastik di habitat mereka?. Tentunya hal ini dapat mengganggu kesehatan manusia. Hal itu terjadi karena ikan atau hewan laut yang sudah menelan mikro plastik akan menyerap racunnya. Racun ini lalu berpindah ke manusia yang memakan ikan atau hewan laut yang sudah terkontaminasi. Oleh karena itu, keberadaan sampah plastik dapat meningkatkan risiko global penyakit manusia dan hewan melalui jalur kontaminasi.