Mohon tunggu...
A Evan
A Evan Mohon Tunggu... Freelancer - engineer

penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun In Do (Nesu)

28 Juli 2020   19:53 Diperbarui: 28 Juli 2020   20:02 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemerdekaan burung justru sangat berbeda dengan kemerdekaan kadal ataupun tokek, apalagi jenis kemerdekaan pada manusia sangat begitu relatif dan dinamis. seperti di berbagai kota sendiri maupun masyarakat tradisional memiki corak kemerdekaan tersendiri, corak - corak kemerdekaan ini juga menjadi pintu sebagai ekspresi dari keadaan yang dialami serta di hayatinya selama hidup. apalagi pertumbuhan modernisasi yang begitu pesat merambah gerbang - gerbang persawahan juga perkebunan kita. 

Apa yang kita lihat di depan mata kita hari ini adalah tentang bayi tabung zaman yang kebanyakan kita impor dari luar peradaban kita, mungkin indonesianya sendiri bisa jadi hasil impor seperti apa yang kita alami dan lakukan pun juga bukan karya asli bangsa kita. sayang seribu sayang, lucu seribu lucu, garis - garis kemerdekaan kita sudah dihapus oleh kejadian - kejadian yang membuat kita terpaksa lupa pada proses menuju kemerdekaan, sebut saja soal pendidikan menurut konsep KI HADJAR DEWANTARA melalui pendidikan "taman siswa"-nya itu, 

Meskipun saya sejujurnya belum terlalu jangkep memahami secara keseluruhan apa yang ingin dibangun oleh sesepuh bangsa kita ini. tapi mengenai pilihan kata yang dipakai oleh KI HADJAR bukan sekedar arti tanpa makna, atau sekedar ocehan orang yang kehabisan rokok. tetapi ada esensi dari kata - kata dan makna akan konsep yang melatarbelakangi pemilihan kata itu, bisa jadi latar belakang sejarah, sosial, humanitarian, filsafat atau juga sampai ke konsep tauhid (syariat, hakikat, makrifat). 

Maka taman siswa adalah suatu proses tempat siswa - siswa saling menggeluti kehidupan, saling mencari alternatif solusi zaman, saling memiliki kepekaan terhadap lingkungan yang akan atau sedang ia hadapi. ini bukan hanya mendidik seorang siswa untuk mengerti lingkungannya tetapi juga untuk mengerti dirinya untuk apa ia dan akan kemanakah ia. segala faktor masuk disitu! maka puncaknya adalah masing - masing siswa yang terlibat bukanlah hanya menjadi seorang siswa, bukanlah hanya menjadi seseorang kepribadiaan, atau profesi juga segala macam formalisme yang disanjung - sanjung. 

Tetapi ia lah mengetahui bahwa bagaimanapun siswa itu adalah manusia, yang nanti akan mampu mengembangkan dirinya dan juga untuk kemanusian di luar dirinya. tak perlu panjang lebar kalau kita ingin melakukan riset pada bidang pendidikan kita hari ini, apakah efektif serta efisien dalam membangun serta mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang sering kita ucapkan setiap minggu maupun setiap upacara - upacara kebangsaan / nasional, kelihatanya hanya sebuah tembang - tembang penghantar tidur. 

Padahal itulah salah satu tujuan kita capek - capek membikin negara dengan segala macam pelembagaanya, itu juga kontinuasi perjuangan kita hari ini menyusun formalisme hukum juga asas kita dalam mengelola kekayaan alam indonesia yang tak usah jauh - jauh membayangkan bagaimana surga tetapi kalau kita berkeliling ke berbagai proponsinya dari aceh sampai papua maka kiranya inilah replikasi dari surga itu. jangan sampai surga itu menjadi tragedi kedua bapak kita ADAM di usir dari surga akibat memakan buah terlarang. mungkin besok - besok kitalah yang gantian akan diusir oleh entah siapa akibat suka memakan buah surga sendiri - sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun