Mohon tunggu...
Valerie Thalia
Valerie Thalia Mohon Tunggu... Lainnya - Person

:)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hak untuk Sama: Difabel Juga Ingin Nyaman Bersekolah

1 Februari 2024   10:30 Diperbarui: 1 Februari 2024   10:34 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Indonesia, masih banyak sekolah yang belum sepenuhnya menerapkan prinsip ramah bagi siswa difabel atau disebut juga dengan disabled-friendly. Ketidaksetaraan ini terlihat dari kurangnya fasilitas sekolah yang memadai, menjadi hambatan utama bagi para siswa difabel untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah dan mengikuti proses pembelajaran. Keterbatasan dalam fasilitas dapat membuat mereka merasa terasing dan sulit untuk mendapatkan pengalaman belajar sepenuhnya bersama teman-teman lainnya.

Pemerintah dan beberapa yayasan Indonesia telah menyediakan Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi anak-anak difabel. Namun, pandangan publik mengenai bersekolah di SLB yang kurang bagus membuat orang tua anak difabel lebih bersedia untuk menyekolahkan anaknya di sekolah biasa seperti sekolah negeri atau swasta. Oleh karena itu, menjadi sebuah tugas bagi kita semua untuk bersama-sama menciptakan perubahan positif dalam dunia pendidikan bagi para siswa disabilitas untuk dapat merasakan kenyamanan dan dukungan penuh selama proses pembelajaran.

Kebanyakan sekolah biasa belum siap untuk menerima murid difabel. Menurut Unicef, 3 dari 10 anak dengan disabilitas di Indonesia tidak pernah mengenyam pendidikan. Separuh dari anak-anak tersebut berasal dari keluarga kurang mampu. Jika orang tua menginginkan anaknya yang difabel untuk bersekolah di sekolah biasa, banyak fasilitas khusus difabel yang dapat diaplikasikan di sekolah tersebut untuk mendukung anak-anak difabel.

Fasilitas-fasilitas umum yang dapat disediakan pihak sekolah bagi murid difabel berupa toilet disabilitas, jalan khusus bagi difabel yang menggunakan kursi roda, dan lift khusus yang dapat membantu para murid-murid difabel. Hampir semua SLB di Indonesia memiliki sumber air yang cukup tetapi 1 dari 4 SLB tidak memiliki sarana toilet khusus untuk murid dan hanya separuh SLB yang memiliki sarana toilet terpisah untuk murid lelaki dan perempuan. Mencangkup juga bahwa data ini hanya membahas tentang keberadaan toilet khusus di SLB. Sekolah biasa belum tentu menyediakan toilet khusus sama sekali. Tidak semua sekolah biasa juga mempunyai jalan dan lift khusus difabel.

Guiding block dan buku pelajaran braille dapat membantu siswa tunanetra. Guiding block merupakan jalan khusus berpola untuk membantu tunanetra berjalan, umumnya terletak di pinggir jalan. Guiding block ini dapat disebar di lantai-lantai gedung sekolah untuk memudahkan akses ke fasilitas di dalam maupun di luar gedung sekolah. Sementara ini, sekolah-sekolah Indonesia belum menerapkan sistem guiding block ke gedung sekolahnya. Braille sudah diterapkan bagi murid tunanetra di SLB, namun belum diterapkan di sekolah biasa. Sekolah negeri maupun swasta dapat mengimplementasikan penggunaan braille bukan hanya untuk murid difabel, tetapi bisa sebagai pengetahuan baru bagi siswa-siswi “normal” di sekolah. Sekolah juga bisa menyediakan perpustakaan khusus yang berisi buku-buku pelajaran, fiksi, non-fiksi, dsb, yang mengutamakan penggunaan braille.

Penting juga untuk melatih guru dan staf sekolah untuk memahami kebutuhan khusus murid difabel. Guru dapat diberikan pelatihan khusus mengenai teknik-teknik pengajaran yang beragam, penggunaan alat bantu, serta strategi pendekatan kepada para murid difabel. Partisipasi siswa lain memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk kehidupan sosial siswa difabel. Daripada menunjukan tindakan diskriminatif, siswa diharapkan menumbuhkan rasa empati terhadap siswa difabel sebagai bentuk dukungan dan inklusi. Dengan adanya program pendidikan inklusif memberikan beberapa manfaat bagi siswa difabel, antara lain:

  1. Sistem pengajaran yang sesuai kebutuhan murid difabel dapat meningkatkan perkembangan intelektual siswa. 

  2. Siswa difabel dapat belajar untuk menghadapi tantangan dan berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari yang dapat mendorong siswa difabel menumbuhkan sikap kemandiriannya.

  3. Keterampilan sosialisasi siswa difabel meningkat. Bergaul dengan teman-teman sebaya dapat meningkatkan keterampilan sosialisasi mereka. Selain meningkatkan kemampuan bersosialisasi nya, pendekatan ini juga bertujuan untuk mencegah siswa difabel merasa terasingkan atau dikucilkan.

  4. Kematangan emosional siswa difabel dibentuk, dengan memberikan perhatian dan kebutuhan khusus bagi murid difabel, murid difabel tidak mudah merasa rendah diri dan putus asa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun