Mohon tunggu...
Valentino daffaris
Valentino daffaris Mohon Tunggu... Siswa

Baca buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Topeng raka

24 September 2025   08:30 Diperbarui: 24 September 2025   08:23 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

---

*Judul: Topeng Raka*

Di sekolah, Raka dikenal sebagai siswa teladan. Ia rajin, selalu rapi, dan sopan kepada guru. Ia sering dipercaya menjadi ketua kelas dan perwakilan lomba. Wajahnya selalu tersenyum, tutur katanya lembut, dan perilakunya terlihat sangat baik. Namun, tak banyak yang tahu bahwa semua itu hanya topeng.

Di balik senyumannya, Raka menyimpan hati yang keras dan sikap munafik. Ia hanya baik jika ada yang melihat. Ketika di luar jangkauan guru, ia gemar merendahkan teman, menjelekkan guru yang tak disukainya, dan memanfaatkan teman untuk keuntungan sendiri.

Suatu hari, guru memilih Aldi sebagai ketua panitia acara kelas. Raka tidak terima. Ia merasa lebih layak. "Aldi cuma numpang nama," bisiknya ke teman-teman. "Dia itu nggak becus. Nanti acara jadi berantakan."

Raka mulai menyebarkan gosip. Ia menuduh Aldi curang dan mencari muka. Anehnya, teman-teman percaya. Raka memang pandai bicara dan pandai menyembunyikan niat buruknya. Aldi pun merasa tertekan dan mulai dijauhi.

"Kenapa kamu bilang hal-hal buruk tentangku, Raka?" tanya Aldi suatu hari dengan nada kecewa.

Raka tersenyum sinis. "Aku cuma menyampaikan kenyataan. Kalau kamu merasa tersinggung, itu masalahmu."

Sikap keras hati dan munafik mungkin bisa menipu orang untuk sementara waktu, tapi kebenaran akan selalu terungkap. Jadilah pribadi yang jujur dan rendah hati, karena itulah yang membuat orang dihargai sesungguhnya.

 Raka menolak semua masukan. Ia yakin dirinya benar dan merasa paling hebat. Hatinya keras, tak mau mendengar nasihat siapa pun. Bahkan ketika wali kelasnya menyarankan agar ia belajar bersikap rendah hati, Raka hanya tersenyum manis dan menjawab, "Baik, Bu," meski dalam hati ia tidak peduli.

Waktu berlalu, topeng itu mulai retak. Beberapa teman mulai menyadari perubahan sikap Raka. Mereka mulai melihat kejanggalan---omongan Raka yang saling bertentangan, sikapnya yang pura-pura ramah hanya di depan guru, dan bagaimana ia sering memutarbalikkan fakta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun