Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mandi Sungai Riam

22 Februari 2024   13:23 Diperbarui: 22 Februari 2024   13:40 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tempat mandi sungai riam (dok. pribadi)

Menurut orang-orang zaman dulu, jika seseorang memiliki kaitan dengan Datuk atau Pangeran Suryanata maka dia harus melakukan mandi sungai riam. Jika lalai, akan berdampak pada kehidupannya.

Bagi masyarakat Banjar, acara mandi-mandi merupakan ritual yang dilakukan sebelum menjalani sebuah kegiatan besar, seperti menikah dan selamatan pada masa kehamilan. Acara mandi-mandi tersebut dilakukan di rumah dengan beberapa peralatan khusus seperti air yang dilengkapi dengan bunga dan kembang manggar atau bunga dari pohon kelapa. 

Sudah beberapa kali saya mengikuti dan melihat kegiatan mandi-mandi, namun baru kali ini saya mendapat kabar akan acara mandi-mandi sungai riam. Dahi saya langsung berkerut karena heran mendengar namanya. Memang baru kali ini saya mendengar acara mandi-mandi dengan nama itu.

Ketika dikabari, saya tidak berpikir dua kali untuk mengiyakan. Walaupun diwanti-wanti kalau acara akan dilakukan setelah usai sholat subuh. Tempatnya di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru. Kira-kira 15 menit dari rumah yang berada di Kecamatan Banjarbaru. 

Sesuai janji, saya sudah meninggalkan rumah sebelum azan berkumandang. Jalanan masih sepi. Beberapa motor dan mobil terlihat di jalan raya, entah menuju ke mana. Saya menikmati suasana kota yang sepi sambil tetap menjaga kewaspadaan. Terutama saat melewati simpang empat bundaran. Biasanya bundaran ini ramai oleh kelompok remaja atau perkumpulan sepeda motor. Namun pagi ini sepi, bisa jadi mereka sudah kembali ke rumah untuk merajut mimpi.

Lampu jalan yang terang menemani perjalanan saya hingga pertigaan Cempaka. Selanjutnya penerangan berasal dari lampu-lampu rumah penduduk. Tidak boleh lengah sebab truk-truk melintas dari arah Pelaihari menuju Kota Banjarbaru atau ke Martapura. Suasana semakin sunyi ketika melewati area pemakaman umum yang mengapit jalan.

Tenang, tenang. Tetap mengemudi dengan waspada karena jalan mengecil. Ukuran jalan sedikit melebar selepas pemakaman umum. Suara orang mengaji mulai terdengar dari pengeras suara yang berasal dari masjid. Motor terus melaju melewati Masjid Jami Cempaka menuju arah Kampung Pumpung.

Walau termasuk dalam wilayah Kota Banjarbaru, tetapi suasana di sini sangat berbeda. Deretan rumah kayu membuatnya seperti berada di sebuah perkampungan. Apalagi lampu jalannya tidak tersebar merata serta tak ada trotoar pembatas jalan, benar-benar seperti berada di luar Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

Sambil melaju, saya memerhatikan betul bangunan dan persimpangan jalan. Berkendara di siang dan subuh sungguh berbeda. Beruntung beberapa warga sudah mulai keluar rumah menuju langgar dan masjid untuk melakukan ibadah. Saya jadi tidak merasa sendiri.

Tepat di pertigaan yang dilengkapi dengan papan petunjuk arah menuju monumen intan trisakti, saya berbelok masuk. Sepi sekali. Sebagian besar rumah sudah mematikan lampu. Langit yang seharusnya sudah mulai terang tampak tetap terlihat gelap. Rupanya awan tebal mengantung. Cepat-cepat saya berbelok masuk ke sebuah halaman. Pintu yang tertutup rapat terbuka. Saya pun melangkah masuk. Acara belum dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun