Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Blogger, kompasianer,

Budaya, sejarah, masyarakat, makanan adalah ragam cerita untuk dituangkan pada kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pada Suatu (Pasar) Malam

12 Maret 2023   08:19 Diperbarui: 12 Maret 2023   08:24 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya tidak ada kabar soal pasar malam di lapangan depan Rumah Sakit Syamsudin Noor, namun karena kebetulan saya dan si kecil lewat jadi tau ada keramaian.

Yuk, mampir saja sekalian. Kebetulan malam minggu dan cuaca cerah. Pas buat menikmati kebersamaan sama anak.

Sempat berputar-putar mencari tempat parkir. Sebenarnya beberapa petugas parkir berdiri di tepi jalan dan mengarahkan calon pengunjung. Tapi saya mencari lokasi parkir yang agak terang agar mudah mencari kembali motor yang terparkir.

Begitu dapat parkiran di dekat pintu masuk, baru deh berjalan bersama anak. Magrib baru saja usai sehingga suasana belum terlalu padat. 

Suara musik juga belum terdengar, hanya mesin dari wahana kora-kora yang terdengar. Sesekali terdengar teriakan pengunjung yang menaiki wahana kora-kora. Suasana pasar malamnya semakin terasa.

Tiba-tiba suara klakson cukup keras terdengar. Rupanya itu tanda permainan kora-kora akan berakhir. 

Jajan apa?

Karena wahana belum semua dimainkan, saya dan si kecil memutuskan untuk berkeliling. Tujuannya para penjaja makanan yang ada di tepi area wahana.

Duh, banyak sekali jajanan yang ditawarkan. Ada beragam makanan kering seperti keripik, astor, dan kerupuk. Ada pentol, gorengan, corndog, permen kapas alias rambut nenek. Si rambut nenek ini warna-warni banget. Bikin gemes.

Oh ya ada juga lho jajanan yang ngebul itu. Meski sempat mengundang kontroversi ternyata masih ada peminatnya.

Lanjutan perjalanan ke bagian ujung. Ramai banget. Pengunjung mengerubungi seorang pedagang yang nggak berhenti berteriak menawarkan barang.

Sebuah seprai dan handuk ditawarkan seharga Rp 150.000. Lalu berbagai peralatan elektronik dengan harga miring tentu saja menarik perhatian pengunjung. 

Wah, ini benar-benar pasar malam.

Ombak di pasar malam

Puas menyaksikan aksi pedagang barang kelontong, saatnya berkeliling melihat berbagai wahana yang ditawarkan.

Ada empat wahana besar yang ditawarkan ke pengunjung, wahana ontang-anting, kincir angin, komedi putar, kora-kora dan ombak. Semua wahama berhias lampu warna-warni, namun tentu saja yang jadi ikon adalah kincir angin.

Tapi keramaian justru berasal dari wahana kora-kora. Teriakan penonton memenuhi malam setiap kali kora-kora bergerak. Teriakan mulai berhenti saat suara klakso terdengar keras. Tanda permainan akan usai.

Namun saya tidak terlalu tertarik sama kedua wahana. Saya mengajak si kecil melihat wahana ombak. Dulu sekali ketika masih anak-anak, saya pernah naik wahana itu.

Terayun-ayun di wahana yang terbuat dari kayu sungguh mendebarkan. Sensasinya bertambah karena suara derak kayu. Rasanya gimana gitu.

Kalau sekarang wahana ombak terbuat dari besi. Meski demikian cara mengoperasikannya masih sama. Perlu di dorong secara manual.

Wahana ombak. dokpri
Wahana ombak. dokpri

Para awak akan berbagi tugas. Tiga orang mendorong dari bagian dalam, sementara seorang awak mendorong dari tepi luar. Ia akan ikut melayang saat wahana ombak yang dipegangnya naik. Dengan sigap ia akan mendorong tubuhnya ke atas seperti sedang mendorong agar wahana turun.

Putaran semakin kencang. Beberapa pengunjung yang naik berteriak. Ramai sekali.

Tetapi keriuhan belum berhenti. Setelah mendorong wahana, ke empat awak memanjat besi-besi penyangga. Seorang awak berdiri di puncak wahana. Sisanya mengambil posisi di bawah lalu mengaitkan kaki dan melepas tangan. Mereka berakrobat.

Ketika putaran mulai melambat, satu persatu awak turun dan bersiap menghentikan wahana. Permainan pun usai.

Meski hanya melihat, saya dan si kecil benar-benar menikmati keriuhan dan suasana pasar malam. Setidaknya ada kenangan yang akan tersimpan di ingatan. Selanjutnya kita kemana lagi ya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun