Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Trance di Depan Mata

6 Februari 2022   10:54 Diperbarui: 6 Februari 2022   10:57 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas ashar. Jalan mulai ramai. Kebanyakan kendaraan roda dua berjalan ke tengah kota. Tempat dimana keramaian berada. Sementara saya justru melaju ke batas kota. 

Kecepatan lumayan karena ingin menepati janji dengan kelompok kuda lumping yang tengah menggadakan pertunjukkan. 

Hanya bermodal informasi 200 meter dari sanggar. Tanpa keterangan acara atau kegiatan apa. Sudah cukup membuat saya mengaktifkan mode pencarian. 

Artinya setelah sanggar bersiap pasang mata agar bisa mengamati kalau-kalau ada keramaian. Ternyata mode pencarian tak terpakai lama. Sebuah papan sederhana bertuliskan nama kelompok kuda lumping yang ditaruh ditepi jalan menjadi petunjuk tempat pertunjukkan. 

Melewati sekelompok anak muda yang mengarahkan jalan, lalu sekelompok ibu-ibu yang membagikan tanda parkir berbayar, saya masuk ke area pertunjukkan yang berada di dekat perkebunan karet. 

Area parkir dadakan berada di seberang tempat pertunjukkan. Suara gamelan jelas terdengar dari sana. Bunyinya gegap gempita, mengundang semakin banyak penonton mendekat ke batas area yang berpagar bambu. 

Hanya terlihat orang-orang, tua muda saja. Saya tak bisa melihat pertunjukkan. Mau tak mau mencari jalan masuk langsung ke dalam arena pertunjukkan. Dan saya pun ada di sana. 

Tepat di dalam arena bersama para pemain. Bagaimana rasanya? Awalnya tenang karena belum ada permainan yang bikin deg-degan. Pemain masih menari mengikuti irama. 

Namun, seorang biyung berbisik, sebentar lagi akan tampil tari leak, tarian baru hasil kolaborasi tari bantengan. Saya diam. Berarti harus menyiapkan diri. 

Benar saja tak lama dua orang biyung berdiri di depan pintu keluar pemain. Mereka memegang gelas berisi bunga. Di kantung celana tersimpan hio. Keduanya tersenyum. 

Tak lama musik ditabuh semakin kencang. Asap mengepul dari dekat pintu. Menutupi seorang pemain leak yang berdiri tegak. Seluruh tubuhnya tertutup kostum leak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun