Mohon tunggu...
Uswatun Khasanah
Uswatun Khasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi FAI Tarbiyah Unissula

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nurul Qodim

15 Januari 2023   01:02 Diperbarui: 15 Januari 2023   01:05 7676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pondok pesantren  Nurul  Qadim adalah Pesantren yang cukup terkenal di jawa timur khususnya di Kab. Probolinggo . Di lihat dari letak geografisnya Pondok pesantren nurul qadim tersebut berada di Desa kalikajar kulon,Kec. Paiton,Kab. Probolinggo, Jawa Timur. Pondok pesantren ini mempunyai luas tanah kurang lebih 5 hektar, untuk menuju ke pondok tersebut membutuhkan waktu dan menempuh jarak  kurang lebih 25 km dari jalan pantura yang merupakan ibu kota Kab.  Probolinggo. Pondok pesantren NQ merupakan peninggalan yang berharga dan tidak ternilai dari Kyai H. Hasyim dimana masyarakat lebih mengenal dengan sebutan  Kyai. Mino, pondok pesantren ini awal mulanya hanya sebuah Langgar Angkring yang sangat terlihat sederhana, kyai H. Nuruddin Musyiri menyebutkan bahwa pada tahun 1947 juga ada sebuah asrama yang sangat sederhana. Dengan berjalannya waktu semakin banyak para orang tua/wali santri yang menginginkan putra-putrinya untuk mondok dan menimba ilmu ditempat tersebut. Maka dengan begitu kyai Mino kemudian membangun dan membuat tempat yang nyaman dan lebih layak untuk belajar para santrinya yaitu sebuah gedung Madrasah. akan tetapi setelah empat tahun berjalan kegitan belajar mengajar tersebut "bubar" dikarenakan adanya kendala pada tenaga mengajar dan kurangnya fasilitas. Akan tetapi dengan berjalannya waktu pelan-pelan terus dikembangkan sampai akhirnya menjadi pondok pesantren seperti yang kalian lihat saat ini. Pada saat ini ponpes nurul qodim dipegang oleh kyai H. Nuruddin musyiri dan kyai H. Hasan abdul jalal dimana saat ini beliau berdua masih menyelesaikan belajarnya di ponpes sarang,lirboyo,krapyak, meskipun begitu beliau berdua berjuang saling membantu satu sama lain untuk mengembangkan ponpes agar terus bertahan dan bahkan bisa terus maju. Yang awal mulanya madrasah diniyah berjaya kini madin tersebut tinggal kenangan. Ruang kelas maupun fasilitas yang ada didalamnya mulai terbengkalai hal tersebut terjadi sampai tahun 1964. Ditahun itu juga menantu beliau berdua yaitu menantu kyai mino dan kyai nurudin musyiri mencoba menghidupkan kembali madin yang telah lama tertidur tersebut. Pelan-pelan mulai membangun dan memperbaiki tempat belajar tersebut. Suatu hari ada seseorang alumni pondok genggong pajarakan yaitu zainul zaha atau dikenal dengan nama zaha, zaha kemudian membantu membangun madin tersebut, kemudian zaha mempunyai ide bahwa kegiatan belajar dilakukan dipagi hari saja. Dengan hal tersebut nama madin kemudian diubah menjadi madrasah ibtidaiyah nurul hasan. Tidak sebatas itu saja kyai nuruddin juga mulai membukan dan menerima kembali asrama santri putrid yang dulu juga sempat tak terurus. Syukur Alhamdulillah sejak saat itu pondok pesantren maupun madin terus mengalami perkembangan yang luar biasa mulai dari banyaknya santri yang masuk dari berbagai daerah di Indonesia mulai dari banyuwangi,Cirebon,Madura,jember meskipun mayoritas santri dari daerah setempat dan masyarakat sekitar. Kyai Nuruddin bersama putra almarhum kyai mino yaitu Kyai H.Hasan abdul Jalal terus mengembangkan ponpes terutama pada sektor pendidikannya karena melihat banyaknya santri yang telah lulus tetapi menginginkan untuk tetap mondok maka beliau berdua kemudian berfikir bersama dan membangunlah madrasah tsanawiyah atau biasa dikenal MTs pada tahun 1970. Akan tetapi MTs tersebut tetap menggunakan sistem pembelajaran salaf dimana kitab-kitab yang digunakan yaitu kitab peninggalan dari ulama salaf terdahulu atau biasa disebut dengan kitab kuning. Setelah 4 tahun berjalan ponpes kembali mengalami dilemma karena mereka para alumni MTs kebingunan mencari sekolah ke jenjang selanjutnya,akhirnya hal tersebut digagas oleh pengasuh pondok kemudian tak lama berdirilah MA atau madrasah aliyah. Dimana madrasah aliyah ini digunakan untuk mereka yang ingin melanjutkan pendidikan nya setelah MTs. Dengan terus  berkembangnya disektor pendidikan formalnya maka hal tersebut membuat semakin banyaknya santri maupun siswa yang ingin belajar diponpes maupun dipendidikan formalnya. Maka dengan hal tersebut pada tahun 1979 pengasuh pondok maupun pimpinan pondok berdiskusi bersama dan bermusyawarah kembali mendirikan bangunan baru lagi yaitu asrama untuk para santri putri yang dikenal dengan nama pesantren putri NQ banat satu . Alhamdulillah dengan berdirinya banat 1 tersebut jumlah santri semakin bertambah lagi hingga pada tahun 1988 membangun tempat lagi dan diberi nama pondok pesantren putrid Banat 2.

Perkembangan
1. Membangun sebuah Masjid

Karena Kyai H. Nuruddin Musyiri mempunyai keinginan untuk membuat masyarakat semakin akrab seperti mengadakan shalat jumat bersama,mengadakan kegiatan keagamaan dan karena kecintaan beliau terhadap ilmu sehingga hal tersebut membuat beliau mempunyai ide dan tekad untuk membangun sebuah masjid pada tahun 1942. Pada saat itu masjid tersebut merupakan masjid pertama yang beliau bangun. Beliau juga telah membangun puluhan masjid sesudah itu. Masjid tersebut juga digunakan untuk tempat sekolah. Masjid tersebut dulunya hanya sebuah rumah sederhana yang kemudian dibangun dan diperbaiki dijadikan masjid. Sampai sekarang beliau telah membangun masjid sebanyak 57 masjid,dan itu tersebar diberbagai daerah maupun desa desa terpencil didaerah kab.Probolinggo. setelah beberapa waktu akhirnya pembangunan masjid tersebut selesai dan siap untuk dioperasikan. Tidak berselang lama kemudian beliau kyai H. hasyim / kyai mino meresmikan dan membuka masjid tersebut dengan melaksanakan sholat jumat bersama masyarakat sekitar untuk kali pertamanya.

 

2.  Masa  perkembangan

Pada tahun 1963 Kyai H. Nuruddin musyiri diambil menantu oleh kyaii Hasyim mino. Kemudian tgl 6 september 1963 pendidikan madrasah ibtidaiyah nurul hasan dibuka kembali dan kegiatan belajar nya dilaksanakan pada pagi hari. Di tahun itu pula juga dibuka kembali Madin putri, asrama yang telah lama tidak digunakan kini juga telah difungsikan kembali. Seiring dengan berjalannya pondok santri mulai bertambah dan terus berdatangan dari berbagai daerah terutama daerah sekitar. Pada waktu itu nama pondok pesantren ini bernama pondok pesantren darus salam yang kemudian pada tahun 1975 ini menjadi pondok pesantren nurul qodim. Dengan berkembangnya zaman dan seiring berjalannya waktu ponpes selalu mengalami perubahan dan terus berkembang yang signifikan dan bagus. Alhamdulillah sampai sekarang ini santri pondok pesantren Nurul qadim sudah mencapai lebih dari 1037 santri yang terdiri dari santri putra dan santri putri yang berada didalam asrama maupun komplek pondok.

3. Pondok pesantren Putri nurul qadim Banat I dan banat  II

            Sejak pesantrrenn terus mengalami perkembangan yang pesat munculah gagasan dari masyarakat sekitar untuk menambah kuota santri lalu kemudian hal tersebut dimusyawahkan oleh Kyai H. Moh.Hasyim Atau yai Mino dengan keluarga dan kerabat. Pada tahun 1979 dengan iin dan rahmat Allah SWT. Berdirilah pondok pesantren putrid banat I . sejak saat itu pondok pesantren putrid terus mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat/signifikan sehingga pada akhirnya pada tahun 1988 berdirilah pesantren putri Nurul qodim banat II.

4. Madrasah Formal

Sejak pertama berdirinya,pondok pesantren ini fokus pada pendidikan non-formal atau biasa disebut salaf dimana mengacu dan lebih berkonsentrasi pada ilmu-ilmu agama dan tidak terdapat pelajaran umum.

Seiring dengan berjalannya waktu ,pada tahun 1990 an banyak masyarakat dan para alumni pondok menyampaikan pendapatnya yang menginginkan system pendidikan pondok yang mulanya focus pada pendidikan salaf berubah menjadi pendidikan formal. Karena dengan adanya pendidikan formal akan ada ijazah setelah selesai pendidikan yang itu nantinya digunakan untuk mencari pekerjaan. Akan tetapi keinginan tersebut tidak disetujui oleh pengasuh pondok karena pengasuh pondok menginginkan kelak santrinya yang membayar bukan mencari bayaran. Akhirnya keinginan tersebut ditolak oleh beliau pengasuh pondok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun